Lima Makna Hidup Yang Diajarkan Ibu Terhadap Anaknya (foto penulis) |
Lima makna hidup yang diajarkan ibu terhadap anak-anaknya. Ibu sangat berperan penting dalam hal mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkannya hingga dewasa. Hal yang substansi dalam peran ibu terhadap anaknya yakni cintakasih (mencinta), menghargai, kerendahan hati, rajin dan kejujuran. Kelima nilai hidup ini menjadi sesuatu yang perlu disadari, direnungkan dan dihidupi oleh manusia (anak-anaknya).
Siapakah manusia itu? Manusia adalah pribadi yang terlahir dengan akal budi untuk berpikir dan bertindak. Manusia terlahir sebagai pribadi yang penuh kesadaran akan hidup. Manusia sebagai pribadi yang selalu mencari dan menciptakan sejarah hidupnya sendiri. Manusia dituntut untuk saling menghormati dan menghargai.
Baca: Tiga Jalan Menunda Pemilu, Simak Penjelasan Lengkapnya
Guru pertama yang mendidik manusia untuk bertindak layaknya seorang manusia adalah keluarga. Dan salah satu yang berperan penting dalam keluarga adalah ibu. Dia yang lebih dekat dengan anak dalam keluarga. Kata pertama yang diungkapkan oleh seorang anak saat mulai berbicara adalah ibu atau mama. Hal ini menunjukkan kedekatan antara ibu dan anak. Dalam hal ini saya ingin merefleksikan peran ibu dalam mendidik saya hingga saya bertumbuh dewasa hingga saat ini.
Ibu bukan cinta anonim, akan tetapi cinta sejati yang menanamkan dalam diri makna cinta. Ibu mengajarkan etika hidup yang baik dalam masyarakat dan menuntun saya untuk bertumbuh menjadi manusia yang dewasa bukan menjadi manusia yang kerdil. Ibu seperti malaikat yang selalu melindungi dan mengayomi saya agar tidak terluka dan tetap bahagia dalam hidup. Kebahagiaan ibu terletak pada melihat saya bahagia. Ibu bagi saya seorang pribadi yang multifungsi dalam menjalankan hidupnya. Yang terbaik bagi ibu adalah kebaikan anaknya.
Plato merefleksikan cinta dalam bentuk pribadi yang mencintai, yang menyatukan diri. Cinta dalam hal ini energi yang menyatukan. Karena cinta jiwa yang mencari pasangan.
Perjuangan seorang ibu terhadap anaknya sangat luar biasa. Setelah menikah dengan suami sebagai sebuah pasangan yang bersatu karena cinta, ibu mengandung anaknya. Ibu mengandun mengandung anak selama sembilan bulan di dalam kandungan hingga melahirkan anak itu.
Perlu diingat bahwa ibu sangat menderita mengandung kita dalam rahimnya, di mana dia harus membawa kita kemana-mana selama sembilan bulan, semisal memasak, mencuci, belanja dan pekerjaan lainnya.
Baca: Wisuda Bukan Akhir
Ibu sangat menderita secara fisik kalau dipandang dari kita sebagai seorang laki-laki. Saat ibu mengandung, ia rela tidak melakukan aktivitas yang disenanginya demi kebaikan anaknya, dan hal itu ada dalam budaya tertentu misalnya saat seorang ibu mengandung tidak diperbolehkan untuk makan daging tertentu dan membunuh hewan. Akan tetapi bagi seorang ibu penderitaan selama mengandung itu hilang dan ada rasa kebahagiaan di saat anak yang dalam kandungannya lahir dengan selamat dan menangis tanda bahwa ada kehidupan dalam diri anak itu.
Setelah melahirkan ibu juga mesti merawat seorang anak hingga bertumbuh dewasa, mulai dari menyusuinya, memberinya makan, mengendongnya, melatihnya berbicara dan berjalan. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang ibu demi kebahagian anaknya. Saat dia sakit pun dia tidak peduli, dia tetap memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Pernah seorang anak bertanya kepada ibunya, ibu waktu mengandung saya sakit tidak? Ibu menjawab iya nak sakit, tapi ibu tidak merasakan sakit itu dalam menanti kelahiranmu, yang ibu lakukan hanya menanti kapan kamu hadir di bumi ini. Saat kamu lahir di rumah hanya ada ibu dengan ayah, dan ibu melahirkan kamu tanpa bantuan dari orang lain, ketika bidan datang kamu sudah berada di luar rahim ibu. Bagaimana saya waktu kecil? (lanjut anak itu) Dan ibuny menjawab, waktu kamu kecil kamu nakal sekali. Sering maki dan kepala batu. Dan kamu cepat berbicara dan berjalan.
Lima Makna Hidup
Mencintai
Cinta itu indah dan cinta bernyala seperti emas. Setiap orang ingin memiliki cinta layaknya ingin memiliki emas. Dan cinta mendorong manusia untuk mencintai dan terus menerus memperbahrui diri. Cinta membuat hidup manusia penuh dan punya gairah untuk hidup.
Sejak dalam rahim ibu melatih saya untuk menjadi pribadi yang mencintai sesama sama seperti ibu mencintaiku dalam rahimnya. Ibu mengharapkan agar saya tumbuh menjadi pribadi yang mampu mencinta orang lain.
Baca: Tak Sepenuhnya Salah Pemerintah Pusat (Tanggapan atas Artikel Sil Joni)
Untuk itu ibu selalu mengatakan kepada saya bahwa kamu hidup bukan sendirian dan kamu hidup bersama dengan orang lain, cintailah mereka sama seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Saya pun selalu mengingat apa yang disampaikan oleh ibu saya. Dan dalam kehidupan memang saya melihat ibu saya tidak pernah dendam dengan orang lain, dan selalu menerima siapa saja yang datang ke rumah. Bahkan merawat orang yang sudah tua yang mau tinggal di rumah kami. Dari ibu saya belajar menjadi manusia yang mencintai.
Kesaksian akan apa yang dilakukan oleh ibu saya mendorong saya untuk melakukan hal yang sama. Saya berusaha untuk menjadi pribadi yang mencintai semua orang, mencintai perdamaian. Hal ini membuat saya tidak pernah berkelahi dengan orang lain meskipun saya pribadi yang nakal, saya nakal hanya dalam gaya hidup. Bagi saya ibu itu sumber cinta yang menanam dalam diri saya cinta dan cara mencintai.
Menghargai
Emas akan berharga bila terus menerus dibersih dan bercahaya disaat dipantulkan ke sinar matahari. Emas yang tidak dibersihkan dan simpan di tempat yang gelap tidak menunjukkan pancarannya yang indah. Manusia juga demikian, semakin kita menghargai orang lain, dia yang kita hargai akan merasa diri menjadi dihargai. Dengan demikian dia akan hidup penuh semangat, berjuang dan mengejar mimpinya.
Ibu juga mendidik saya untuk menjadi pribadi yang mampu menghargai orang lain. Ibu selalu mengatakan bahwa kita semua adalah sama. Kita memiliki martabat yang sama, untuk iu hargai orang lain sama seperti kamu juga menghargai dirimu sendiri.
Jangan memandang rendah orang lain. Jangan berpikir kamu memiliki kelebihan karena kamu hebat dan orang lain tidak memiliki kehebatan. Semua kita masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila ada orang yang lemah, hargai dia. Tidak boleh menghargai orang lain hanya dilihat dari sisi kelebihannya.
Rendah Hati
Kita sopan bukan berarti kita tidak punya apa-apa, kita diam bukan berarti kita lemah. Akan tetapi kita sopan dan diam karena kita tahu menempatkan diri dengan baik dalam hidup ini. Rendah hati bukan rendah diri itu yang ibu saya katakan. Tidak boleh bertindak sombong dengan orang lain. Rendah hati dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Rendah hati ini dengan berusaha menjawab orang dengan kata-kata yang sopan, tidak sombong bila sudah menjadi orang hebat.
Rajin
Rajin dalam hidup adalah sebuah semangat karena ada pembaharuan diri. Rajin ini sebagai sebuah kerja untuk mencapai kesuksesan. Untuk dapat bertahan hidup orang harus bekerja mencari nafkah. Ibuku juga mengajarkan saya untuk bekerja keras dalam hidup. Dia selalu menekankan agar rajin dalam menjalankan aktivitas.
Saat masuk sekolah dasar ibu saya selalu membangunkan saya di pagi hari untuk mengingatkan saya bahwa saatnya untuk ke sekolah dan mempersiapkan diri dengan baik, tidak boleh malas.
Begitupun pada malam hari ibu selalu menyuruh saya untuk belajar. Dalam hal ini ibu mendidik saya untuk mencintai proses dan segala rutinitas yang menjadi tanggungjawab saya. Dan hal itu saya rasakan ketika saya jauh dari ibu. Saya sudah terbiasa untuk fokus pada aktivitas yang sedang saya lakukan.
Kejujuran
kejujuran adalah sebuah sikap ketulusan dalam hidup dan kejujuran itu sikap menyingkirkan keegoisan diri dan nafsu untuk memiliki segalanya. Kejujuran penting dalam hidup, dengan sikap jujur orang akan mempercayai saya dan kamu dalam menjalankan tugas-tugas. Kejujuran akan membawa manusia pada kesuksesan dan keharmonisan hidup.
Ibu selalu mengajar saya sejak kecil untuk bersikap jujur dalam hidup. Tidak boleh mencuri barang milik orang lain. Apa itu milik orang lain katakan bahwa itu miliknya bukan milik saya, begitupun sebaliknya.
Baca: Keluar dari ‘Jebakan Narasi Besar Pariwisata’ (Catatan Kritis-Reflektif H.U.T ke-19 Kabupaten Mabar)
Dari kelima makna hidup ini yang diajarkan oleh ibu kepada saya merupakan sebuah fondasi yang mesti saya terapkan kepada anak-anak saya dan juga siapa saja yang saya jumpai dalam hidup.
Kelima makna ini harus dilaksanakan melalui perbuatan dan perkataan. Untuk itu sebagai laki-laki saya mendari bahwa harus menghargai kaum perempuan. Hindari anggapan yang mengatakan bahwa derajad laki-laki lebih tinggi dari perempuan.
Konsep pemikiran seperti ini akan membuat kekerasan terhadap perempuan terjadi. Ingat bahwa kita semua terlahir dari rahim seorang perempuan. Kalau kita tidak menghargai wanita lain berarti sama saja kita tidak mencintai ibu kita. Oleh karena itu dengan cinta dari ibu aku merasa hidup dalam kelimpahan harta yang tidak ada bandingnya.
Oleh: Charli Duhar
( tulisan ini pernah dipublikasikan di kompasiana)