Menggugat Sunyi, Doa Persembahan (Antologi Puisi Anno Rebon) |
Oleh: Anno Rebon
Menggugat Sunyi
Suatu sunyi mengendap
Serupa bunyi yang perlahan melambat
Mendekap dan meresap
Pada suatu titik, di nadi jiwa
Baca: Pelantikan Kepengurusan Baru IKSAM; Ini Pernyataan Tegas Pengurus Baru Periode 2022-202
Di luar, langit Februari
Menembakkan ujung gerimis
pada atap-atap rumah
Dan pergi meninggalkan sore yang jadi sembab
Dan ketika malam datang
Bulan nampak pucat
Di sekelilingnya, gemawan hitam menggantung
Sesaat sebelum kulit langit kembali, jadi biru
Sementara aku, masih bertekuk sunyi
Menjajal rayu dan harap
seperti sebuah sembah yang tak jelas
Menghitung ketidak-pastian dan bahagia
“Tuhan, beri aku sepatah bunyi”
Begitulah selalu kuakhiri frasa di ujung sunyi
Sebelum Kau seka namaku dari jeda nafas-Mu
Sebelum kusangsikan nama-Mu dikokok ke-3 pagi nanti
Malang, 14 Februari 2022
Baca: Strategi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
Doa Persembahan
Kepada tuan yang menghitam, di Kayu Palang
Di sembah yang miskin
Di penghujung 'Amin'
Kusisipkan sebait sakit
Jangan Kau pangling
Dari madah yang jatuh, dari sujud yang rapuh
Sebab telah kusisihkan sedikit nista
jauh dari pelupukMu
Bebaskan aku dari lembah pekat
Dari surgaku yang rekat
Beri aku sepatah tuah
Seperti salak anjing
Tuk seberangi aku
Dari geram dan racun
Baca: Bos OJK Sebutkan Beberapa Fasilitas Kredit Yang Aman dan Legal
Kepada Tuan
Yang menghitam, di Kayu Palang
Jangan sangsikan aku dari pelupukmu
Beri aku isyarat, dari senyapMu yang tak terbaca itu
Sebelum 30 keping perak ini,
berdenting dalam saku bajuku
Sebelum ciuman dingin ini,
mendarat di wajahMu
Malang, 16 Februari 2022