Tuanku lagi pergi, Seberkas risau, Aku pasrah (Puisi-puisi Fr. Adryan Naja) |
Oleh: Fr. Adryan Naja
Kumpulan puisi Fr. Adryan Naja seperti Tuanku Lagi pergi, Seberkas Risau, dan Aku Pasrah memiliki refleksi filosofis yang perlu diketahui para pembaca. Penyair mengajak khalayak untuk bermenung tentang misteri di balik antologi puisinya.
Tuanku Lagi Pergi
Entah ke mana, dia tidak ada
Aku sendiri di sini, menggumuli kenyataanku
Aku melihat diriku dalam kesendirianku
Menatap wajahku berkali-kali
Di cermin hidupku
Baca: Catatan Lepas, Selalu saja begitu, Kisah sebuah waktu, Mengulek aksara
Tak ada takdir menenunkan pilihanku
Tak ada dia yang terbersit dalam benakku
Bukan karena kata tak lagi menjelma dirinya
Bukan karena angin tidak menghembus
Bukan pula karena gelap menutupinya
Sepertinya dia lagi pergi
Ke tempat mana dia ingin
Atau mungkin juga dia sedang sibuk
Mengurusi sahabat-sahabatnya
Mungkin juga sedang lelah
setelah seharian menegakkan mereka yang pasrah
memanggil pulang mereka yang lama pergi meninggalkannya
Entahlah!!!
Sementara aku terpuruk sendiri di dini
Seperti sedang ditinggal pergi
Jauh kini aku dengannya
Tak ada yang kutakutkan
Tak ada dosa, sesal juga
Tak ada akhir yang mengakhiri kesendirianku
Tak ada yang membatasi mauku
Apa saja, tak ada
Bukankah tuan lagi pergi
Tinggal aku seorang diri
Bergulat dengan diri
Aku terdesak memungut jalanku sendiri
Tanpa harus menunggunya kembali
Bagiku ia telah pergi
Baca: Gempa Bumi Lebih dari 15 Kali Guncang Manggarai, Sangat Terasa Di Satarmese Barat
Seberkas Risau
Tetes embun pagi keluar dari teduhan bonsai
Perlahan-lahan menyetuh kulit tipis ini
Aku sedikit menggigil
Bukankah hari masih pagi
Di usia fajarku ini
Aku masih betah baring di alam mimpi
Ragaku terlalu rapuh mencecap beban yang kau tambati
Belum siap tuk memikul kuk
Tubuhku masih menggigil
Embun pagi masih melekat
Tak sempat aku menyeka
Potongan-potongan risau yang masih
Baca: Mulai, Tujuan Akhir, Satu Kali, Kecewa (Antologi Puisi Lilis Ratu)
Aku Pasrah
Aku tak mengerti mengapa aku tidak seperti mereka
Menjadi seorang pengembara
menciptakan ketidakbebasan pada diri sendiri
Aku ingin bayanganku memelukku
Bukan dia, bukan juga mereka.
Aku ingin, keinginanku menjadikan diriku sebagai aku
Tapi, ternyata ada dia dan mereka
berpasrah pada kekuatan di luar diri mereka sendiri
Mereka tampak nyaman berada dalam batasan itu
Apakah mereka bebas?
Tidak tahu adalah jawaban ku
Sebab aku dan mereka tidak boleh sama, jangan sama.
Jangan menyatukan aku pada kamu
Aku bukan pilihan kebebasan mu
Tapi, aku tahu bahwa aku tidak kuat lagi
Menahan diri sendiri dalam kesendirianku
Aku pasrah!!
Aku ingin jiwaku pergi kepadanya
Bersahabat dengan-Nya
Menjalani kebebasan Dia pada jiwaku
Sebab, menahan diri pada diri sendiri
hanyalah penjara yang tidak kan berakhir pada ketakharmonisan.
Malang, 2022
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Widya Sasana Malang, Jawa Timur