Wisuda Bukan Akhir (foto penulis) |
Wisuda bukanlah akhir segalanya melainkan awal dari perjuangan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan dan kecemasan merupakan dua sisi yang masuk dalam pemikiran mahasiswa semester akhir. Bahagia dirasakan dengan pencapaian perjuangan selama kuliah yang akan berhasil. Kecemasan karena memikirkan pekerjaan yang akan dikerjakan nanti dan ketersediaan lapangan kerja untuknya. Bapa dan mama saya sudah lulus, saya akan wisuda, ungkapan penuh bahagia yang akan disampaikan ke orang tua. Tuhan terima kasih karena anakku sudah lulus, ungkapan yang biasa orang tua sampaikan.
Baca: Tak Sepenuhnya Salah Pemerintah Pusat (Tanggapan atas Artikel Sil Joni)
Orang tua juga akan merasakan bahagia dengan kerja keras mereka yang membiayai anak mereka hingga sarjana. Orang tua merasa bahwa mereka telah menjalankan tanggungjawab mereka sebagai orang tua, yaitu salah satunya kesuksesan anaknya. Dalam wisuda dalam suasana kebahagiaan ada yang merayakan kebahagiaan setelah wisuda dengan acara-acara besar-besaran. Ada juga yang setelah wisuda tidak melakukan acara apapun. Berbagai ungkapan kebahagiaan akan diekspresikan mahasiswa setelah kelulusannya.
Bahagia
Mahasiswa merasakan kebahagiaan karena perjuangannya dalam kuliah telah berakhir. Dia telah lulus dan berhasil menghadapi tantangan sebagai anak kuliah, anak rantau, anak kos dan sebagainya yang dirasakan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Rasa syukur itu menjadi bagian dalam kebahagiaannya. Tidak
mengherankan jika dia berbangga pada dirinya. Menjadi mahasiswa memang hidup dalam perjuangan. Pertama hidup sebagai anak kos. Hidup sebagai anak kos hampir dirasakan oleh seluruh mahasiswa rantauan. Menjadi anak kos tidaklah mudah. Belajar, mengatur waktu dan mengolah uang bulanan adalah bagian dari kehidupan mahasiswa. Ada kalanya tidak makan, makan sekali sehari, dan banyak cerita lainnya dari mahasiswa. Belum lagi beban belajar, tugas dan aktivitas kuliah lainnya. Menjadi mahasiswa tidaklah muda.
Perjuangan menjadi mahasiswa itu selama kurang lebih empat tahun S1 penuh dengan tantangan. Tidak mengherankan saat sudah berada di semester akhir seorang mahasiswa akan merasa bahagia. Saya akan wisuda dan meraih gelar sarjana. Perjuangan saya tidaklah sia-sia. Bermacam-macam ungkapan kebahagiaan dan muncul pemikiran bahwa beban orang tua akan semakin berkurang dengan lulusnya saya.
Baca: Keluar dari ‘Jebakan Narasi Besar Pariwisata’ (Catatan Kritis-Reflektif H.U.T ke-19 Kabupaten Mabar)
Kecemasan
Setelah lulus saya dapat kerja tidak. Apa yang harus saya kerjakan? Saya akan melamar kerja dimana. Muncul berbagai pertanyaan terhadap diri sendiri setelah lulus kuliah. Sudah mulai memikirkan untuk membantu keluarga. Sudah mulai merenungkan mengenai untuk membiayai adik-adik dan membantu orang tua dalam memenuhi
kebutuhan finansial. Kecemasan seperti itu hal wajar yang muncul dalam pikiran mahasiswa semester akhir. Ditambah lagi dengan situasi saat ini yang dipengaruhi oleh covid-19. Mahasiswa semester akhir tentu juga semakin cemas dengan cara mencari uang dan menemukan pekerjaan
Dalam pikirannya tentu memikirkan bahwa dia akan bersaing dengan banyak orang dalam mendapatkan pekerjaan. Karena bukan hanya satu orang saja yang mencari pekerjaan melainkan banyak orang yang dengan potensinya masing-masing.
Kreatif dalam Mencari Uang
Setelah lulus kuliah kita akan mendapat banyak pengetahuan. Dengan pengetahuan itu kita sebenarnya bisa semakin menjadi pribadi yang kreatif dalam hidup. Kreatif dalam bekerja, membangun usaha baru dan mampu bersaing dengan banyak orang. Kreatifitas sangat dibutuhkan tentunya. Melamar di tempat yang sesuai jurusan kita juga hal terpenting dalam mencari uang. Dan melamar di tempat yang sesuai jurusan kita adalah hal pertama dalam mencari uang. Tentu kita akan bersaing dengan teman-teman lain pula. Berbisnis juga hal penting lain dalam mencari uang. Berbekalkan pengetahuan yang kita dapat dari perguruan tinggi dapat menjadi modal dalam berbisnis. Dengan mencari peluang usaha yang sesuai dengan kebutuhan di tempat kita berada.
Baca: Bupati Hery Nabit Lantik 162 Kepala Sekolah dan 22 Kepala Puskesmas di Gedung Berbeda
Terus Belajar
Belajar bukan hanya saat di perguruan tinggi saja. Belajar itu seumur hidup sampai kita menghembuskan nafas terakhir. Dalam belajar kita tentu belajar pada pengalaman orang lain dan berani untuk mencoba.
Untuk itu tidak boleh takut untuk mengalami kegagalan. Yang terpenting adalah keberanian. Keberanian dan kerja keras, saya yakin akan mencapai kesuksesan. Belajar bahwa dalam mencapai kesuksesan tidak ada yang langsung mencapai kesuksesan tanpa bekerja keras. Kesuksesan dicapai berkat kerja keras. Kita lulus dan mendapat gelar sarjana karena kerja keras pula. Untuk itu dalam mencapai kesuksesan setelah kuliah kita belajar dari pengalaman.
Oleh: Charli Duhar