Cawan Rindu, Duka Senja, Air Mata Gadis Belia (Puisi-puisi Vinsensius Jemadi) (foto ist.) |
Kumpulan puisi Vinsensius Jemadi seperti Cawan Rindu, Duka Senja, Air Mata Gadis Belia memiliki makna filosofis yang perlu diketahui publik. Permenungan penyair memampukan dia mengeja bait demi bait. Untuk mengetahui isi puisi, anda diajak untuk membacanya hingga selesai.
Oleh: Vinsensius Jemadi
Cawan Rindu
Secawan rindu
Mengadu pada titik temu
Serentak merebak berujung ragu
Cawan rindu tak bernoda
Menggepal sesak di dada
Melesat tikamkan raga
Cawan rindu
Sang dara samar di awan kelabu
Aku masih rindu pada gadis itu.
Duka Senja
Dikau senja
Puan menyendiri
Sebab pilu
Memikul sendu
Di ujung bibir pantai
Yang kering tiada kasih
Dikau senja
Sembilu pilu
Saling membahu
Memikul sakit
Yang hampir saja jatuh
Sebab senja berganti malam
Dikau senja
Duka Puan telah merunduk
Dikekang rasa bersalah
Untuk sebakul pilu yang membatu
Di bibir pantai
Yang hampir saja di telan air laut
Dikau senja
Anak nelayan telah berpulang
Meniduri kelam yang temaram
Sebab duka adalah semu
Yang menjamu diakhir petang
Senja menangis.
Air Mata Gadis Belia
Di malam itu
Di sudut Kota itu
Begitu ramainya Kota itu
Membuat suasana begitu hiruk-pikuk
Bergelut di keramaian Kota
Ia binggung
Ia menangis
Di sudut Kota itu
Di sebuah jalan tol
Di situlah ia berada
Tak ada yang peduli akan kehadirannya
Dia hanya menunduk dan menangis
Tak seorang pun mendekatinya
Ia hanya tertunduk lemas
Air matanya
Terus mengalir
Air mata suci
Dari seorang gadis kecil
Yang mengharapkan kasih dan sayang
Apakah ini takdirnya?
Apakah ia sedang menjalankan hukuman?
Apakah ia anak gelandang?
Sepertinya tidak
Ia seorang gadis belia
Semesta
Pandanglah gadis belia itu
Gadis yang tak berdosa
Jangan biarkan air mata itu
Jatuh dan mengalir di daratan ini
Jangan kau biarkan itu terjadi
Jangan!!!