Ingat! Perempuan, Bukan Barang Kepunyaan Laki-Laki (Feminisme) |
Sejarah kelam menceritakan bagaimana penindasan kaum perempuan oleh kaum laki-laki secara tidak bermoral. Menganggap kaum perempuan tak punya harga diri dan tak bermartabat. Sehingga kaum perempuan di anggap sebagai barang kepunyaan laki-laki. Hal ini Sarah dan Angelina dengan gigi menentang untuk membebaskan kaum perempuan. Pada tahun 1833 di amerika serikat didirikan serikat anti perbudakan perempuan dan sebagai tempat peresmian yang lumrah, yang mempertautkan penindasan para budak dengan subordinasi kaum perempuan.
Baca: Bupati Hery Nabit Mengecek Kondisi Aset Pemda di Langkas, Ada Apa Dengan Pemerintah Provinsi NTT?
Sojourner Truth adalah seorang mantan budak dalam pidatonya yang terkenal "And Ain't I a Woman" tidak saja tentang kehinaan martabat karena dimiliki oleh orang-orang lain, tetapi juga beban duka cita yang di timpahkan ke atas budak-budak perempuan yang di pisahkan dari anak-anak nya ketika mereka di jual ke tempat-temapt yang tidak diketahui tujuannya.
Berkat perjuangan dan Kerja keras kaum perempuan hingga pada penghujung tahun 1970-an sebuah perkembangan baru feminis tampil, yang menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan menyangkut ras dan kelas sosial kaum perempuan.
Dalam realitas hidup kita saat ini ada banyak perlakuan yang tidak semena-mena terhadap kaum wanita. Implikasihnya adalah bahwa kaum perempuan masi tetap tudak dilihat sebagai makhluk insani yang sepnuh-penuhnya. Oleh karena itu, perlakuan yang tidak baik terhadap perempuan malahan di absahkan.
Baca: Soal Perekruitan Guru Komite, Stanislaus Stan: “Pemda Mabar Jangan Lecehkan Para Sarjana Lagi”
Dalam konteks sekarang, Ada berbagai banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan para wanita, terlepas dari semua kebutuhan yang paling mengerihkan adalah kebutuhan ekonomi, sehingga banyak kaum wanita yang mencari hidupnya secara tidak jelas, ada yang menjual diri dan lain sebagainya. Ada banyak perempuan di wilayah indonesia yang hidupnya masi morat-marit.
Persoalan lain ialah kondisi sosial yang hampir tak kentara yang memaksa kaum perempuan untuk enggan mengembangkan cita rasa harga dirinya. Ekstrimnya terpampang dalam ketidakmapuan kaum ini untuk memberi perhatian yang memadai bagi dirinya sendiri, sentah secara fisik, emosional psikiologis dan spiritual. Hal ini kebebasan perempuan masih belum di penuhi.
Setelah kita mengamati secara sungguh-sungguh, di mana ada banyak pemasukan yang di kerjakan oleh perempuan untuk ekonomi hidup rumah tangganya. Di samping itu kebanyakan kaum perempuan yang menjadi kepala rumah tangga di mana ia dan anak-anaknya menderita karena tuna wisma dan gizi buruk.
Untuk spirit baru bagi kaum perempuan adalah kinerja kerja kaum perempuan jauh lebih baik di bandingkan dengan cara kerja laki-laki, tetapi sama sekali tidak merendahkan pekerjaan laki-laki, Sehingga banyak kaum perempuan yang berada di bangku instansi maupun tempat-temapt umum.
Hidup kaum hawa💪
Oleh: Febri Nala
Mau Memuat tulisan di BernasINDO.id?
Silahkan kirim ke email redaksi:
redaksibernasindo.id@gmail.com