Menggenjot Kreativitas Bermedia (Sosial) Para siswa SMK Stella Maris |
Oleh: Sil Joni*
Berkaca pada pengalaman selama mengadakan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) ketika pendemi Covod-19 mengguncang publik global, rasanya hampir semua siswa dan para staf pengajar sudah bergaul akrab dengan telepon pintar (handphone/Hp) yang terkoneksi dengan jaringan internet. Itu berarti, peluang untuk mengoptimalisasi fungsi media digital, semakin menemukan momentum untuk dimanifestasikan.
Perangkat teknologi digital dengan aneka aplikasinya, bisa dimanfaatkan sebagai ‘sarana ideal’ menghidupkan kultur literasi (baca-tulis) warga sekolah. Dewasa ini, dalam dunia jurnalisme, kita mengenal istilah ‘media alternatif’ yang tentu tampil beda dengan media arus utama (mainstream). Ruang virtual (digital) merupakan ‘wahana utama’ dalam mengembangkan tradisi menulis alternatif itu.
Atas dasar itu, para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam dunia pendidikan, secara konsisten mendorong anggota komunitas sekolah untuk coba memanfaatkan secara kreatif pelbagai kemudahan yang tersedia dalam budaya digital saat ini. Intensi utamanya adalah segenap ‘warga ilmiah’ mesti memiliki semacam ‘habitus baru’ dalam mengasah potensi literasi.
Salah satu ‘kekhasan generasi milenial’ adalah keterpesonaan dan keterlibatan secara aktif dalam jagat maya. Saya kira, para siswa yang sedang ‘bergelut dengan dunia ilmu pengetahuan dan keterampilan’ di SMK Stella Maris saat ini, masuk dalam warga milenial semcam itu. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita memberi ‘bobot baru’ dari keseringan berselancar di ruang virtual, dengan cara ‘mengonstruksi dan menghadirkan’ sebuah media siswa berbasis online.
Jika para siswa jaman old (tempo doeloe), menggunakan bingkai yang digantungkan di dinding sekolah atau yang populer disebut ‘Majalah Dinding (Mading)’, sebagai wadah pengekspresian gagasan, maka para siswa jaman now, tentu tampil lebih keren sebab ‘dinding digital’ menjadi preferensi utamanya. Kita tidak perlu menguras energi dan kapital, untuk mengetik dan menenmpel tulisan di Mading sekolah, tetapi cukup dengan membuka website, facebook, instagram, dan lain-lain yang bisa diakses dengan mudah saat ini.
Jadi, sebetulnya, dengan sarana atau fasilitas digital yang ada, semestinya budaya literasi bertumbuh mekar di sekolah. Seandainya semua siswa berpartisipasi aktif dalam memaksimalkan keberadaan ‘teknologi digital’ sebagai instrumen bermedia (sosial) yang positif, tentu berpotensi mendongkrak ‘kualitas lulusan’ dari sekolah tersebut. Saya kira, lembaga pendidikan yang dengan tekun merawat dan menghidupkan budaya akademik seperti membaca, menulis, berdiskusi, dan membuat refelksi kritis di mana platform digital sebagai ‘alat pengungkapannya’, pasti mampu berdaya saing dan menjadi sekolah idaman publik.
SMK Stella Maris Labuan Bajo sedang ‘berikhtiar dan berjuang keras’ agar roh akademik itu terus menyinari wajah sekolah. Revolusi teknologi digital dilihat sebagai ‘momentun strategis’ untuk menghidupkan budaya literasi itu. Seksi publikasi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang dimoderatori oleh pak Ferdinandus Jerhau, S. Fil, coba menginisiasi pembuatan sebuah Majalah Sekolah versi online.
Kehadiran Majalah Sekolah berbasis digital itu, meski agak telat, merupakan sebuah ‘terobosan positif’ di awal tahun 2022 ini. Seksi Publikasi OSIS SMK Stella Maris ‘meracik’ sebuah program kerja yang praktis, simpel dan realistis. Majalah yang diberi nama “Suara Bintang Laut” itu, menjadi salah satu wadah untuk mengaktualisasikan potensi berliterasi para siswa.
Nama “Bintang Laut”, sebetulnya terjemahan bebas dari frase Bahasa Latin, Stella Maris yang dijadikan nama sekolah. Saya kira, nama Stella Maris ini sudah menjadi semacam ikon dan trademark dari lembaga ini. Melalui majalah “Suara Bintang Laut”, para siswa boleh memancarkan cahaya di tengah samudra kehidupan yang maha luas ini. Sinar Stella Maris akan membias ke seluruh penjuru dunia melalui butiran permenungan yang terangkai dalam aneka genre tulisan pada majalah itu.
Mungkin impian menjadi ‘bintang langit’ terlalu ideal dan utopis. Tetapi, menjadi bintang laut, saya kira merupakan cita-cita yang relistis dan membumi. Kita coba menngunakan apa yang kita punyai untuk bisa dinikmati oleh publik pembaca yang lebih luas. Siapa tahu, dengan membaca aneka goresan sederhana para siswa dalam majalah itu, publik mendapat inspirasi baru dan tercerahkan. Ketika itu terjadi, maka kita boleh menjadi ‘bintang penuntun dan penunjuk jalan’ bagi yang lain.
Sebagai staf pengajar yang kebetulan punya minat yang besar dalam dunia literasi, saya menyambut baik kehadiran dan peluncuran edisi perdana dari Majalah Sekolah ini. Tentu, apresiasi setinggi-tingginya kepada seksi Publikasi OSIS SMK Stella Maris atas inisiatif dan perjuangan menghadirkan Majalah Sekolah versi daring ini. Berharap para pengelola (kru) media ini, tidak kehabisan stamina untuk merawat dan membesarkan majalah ini.
Untuk itu, saya merasa perlu untuk ‘menodong’ para guru agar tak pernah jedah dan lelah mendampingi para siswa dalam menelurkan ide bernas yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Saya sangat optimis bahwa sebenarnya, dalam diri para siswa, sudah tersimpan pelbagai mutiara pengetahuan yang bisa dibagi kepada publik pembaca. Selain itu, saya berpikir majalah Suara Bintang Laut ini merupakan wadah untuk ‘berlatih menulis’.
Menulis adalah sebuah keterampilan dan seni. Sebagai sebuah skill, maka tidak ada cara lain untuk terampil menulis, selain dengan membiasakan diri berlatih menulis secara teratur. Dengan itu, sebetulnya setiap siswa berpotensi menjadi penulis top, jika kesadaran untuk berlatih ini, tertanam kuat dalam diri. Intinya, menulis itu bukan bakat bawaan yang hanya dimiliki oleh segelintir individu.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat ‘berlatih menulis’ serta menikmati butiran pemikiran dari para siswa SMK Stella Maris dalam Majalah Suara Bintang Laut ini. Kontribusi tulisan baik dari para siswa maupun para guru, sangat diharapkan oleh para awak media ini. Ketika kita memiliki spirit dan antusiasme yang tinggi dalam menyumbangkan tulisan, maka pada saat itu, Suara Sang Bintang Laut, tidak redup.
*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.
Mau Memuat tulisan di BernasINDO.id?
Silahkan kirim ke email redaksi: redaksibernasindo.id@gmail.com