Pilar Pilar Besi (foto ist.) |
Ada yang tak bisa tergambarkan oleh kata
Diantara kebisingan kota
Berceceran insan dunia
Dengan alas derita
Demi berdirinya pilar pilar besi yang ditatap sedih
Entah kapan akhirnya
Gonggongan tak berdaya,
Siapa yang peduli?
Demi layaknya hidup sekawanan dewa Dewi angkuh
Segala menebal
Hingga segala derita kekerasan,
Jaya berdiri.
Baca: WALHI NTT: Perlunya Kesadaran Bersama Dalam Pengendalian Perubahan Iklim di NTT
Tersenyum kasihan,
Sang pemeluk teguh memandang anak-anak nya
Gembira diatas serakah
Tak berdaya binasa ditindas,
Yang lainnya lupa,
Bagaimana menghembuskan nafas dengan layak
Tanpa sedikit iba dari dewa Dewi anggkuh
Dunia begitu terang
Namun hati mulai kelam
Semua berawal dari manisnya bibir
Berujung derita berkesinambungan
Demi berdirinya pilar pilar besi
Yang ditatap sedih
Baca: Ingat! Perempuan, Bukan Barang Kepunyaan Laki-Laki (Feminisme)
Pada sepertiga persimpangan sana
Menteng mangkuk dipinggir jalan sembari mengibah
Kamukah yang cacat diatas kenormalan fisik berpura-pura?
Kamu terus memahat membingkai alun alun
Ingin rasanya kuterjang Binatang jalang
Yang asyik terlentang
Bangga dengan fananya dunia
Bersamaan debu itu
Membutakan mata jiwa tamak itu
Baca: Bupati Hery Nabit Mengecek Kondisi Aset Pemda di Langkas, Ada Apa Dengan Pemerintah Provinsi NTT?
Ku lihat dia mulai tertawa
Terkesan menang jiwa berkasa
Wajahnya sinis berkesan bengis
Melipat tangan nanangkuh
Menyoroti pilar besi
Yang tertata rapi
Siapa bisa mendunga
Bintang cerdas berdasi
Bermuara diatas alun-alun
Bersekutu dengan sipir penjara
Selamat untuk pilar besimu