Ritual Unik Manggarai! Mobil Baru Injak Telur, Kok Bisa? Simak Penjelasannya |
BernasINDO.id - Ritus unik Manggarai, kendaraan baru (mobil, sepeda motor dan sebagainya) menginjak telur lalu dimandikan di sungai, dikatakan bagian dari pelestarian budaya leluhur. Banyak desas desus atau pertanyaan, kok bisa hal itu terjadi? Bagi orang-orang Manggarai, hal itu menjadi momen spesial dan penuh makna.
Untuk mengetahui maksud tradisi tersebut, pembaca diajak untuk simak penjelasan berikut ini.
Baca: Wajah Itu (Cerpen Alkuinus Ison Babo SMM)
Ritual Kendaraan Baru Injak Telur
Ritus injak telur yang disebut gerep atau wedi ruha dalam bahasa Manggarai merupakan tradisi yang diwariskan leluhur secara turun-temurun. Ritual adat unik tersebut menjadi pemandangan tersendiri bagi masyarakat Manggarai.
Injak telur memiliki makna penyambutan, penerimaan dan pengesahan status seorang gadis untuk bersatu dengan lelaki yang dicintainya seumur hidup. Dengan kata lain, wedi ruha merupakan status perempuan sebagai istri seorang lelaki sudah sah dan tinggal bersama di rumah lelaki tersebut.
Namun, ritual injak telur ini tidak hanya dikenakan pada upacara perkawinan adat Manggarai, tetapi juga terkait kendaraan seperti mobil atau motor baru dan sebagainya atau yang baru dibeli.
Kendaraan baru, dalam ritual adat Manggarai, injak telur diartikan sebagai bentuk pengakuan dan pengesahan status kepemilikan. Bahwa, kendaraan tersebut secara sah dimiliki oleh pembelinya.
Ritual mobil atau motor baru, gerep atau wedi ruha menjadi tanda syukur kepada Mori Jari Agu Dedek (Tuhan, Sumber Rejeki) atas rejeki yang diperoleh dan intensi keselamatan tatkala dipakai dalam pencarian nafkah, dan atau sarana pelayanan.
Upacara injak telur dalam adat Manggarai bukanlah habitus baru, melainkan tradisi lama yang barangkali sudah dikenal oleh kebanyakan orang Manggarai.
Ritual mobil atau motor baru injak telur disaksikan oleh tamu undangan atau keluarga yang diundang baik anak rona (keluarga mama), anak wina (saudari/ pihak keluarga lelaki) dan paang mandong ngaung musi (warga kampung). Bahwa kendaraan baru atau yang baru dibeli tersebut bae pesing le golo kudut tana wa beang eta. Artinya mobil itu diketahui oleh masyarakat sekampung. Selain itu, tanah dan langit dalam tradisi keyakinan orang-orang Manggarai, tidak kaget dengan kehadiran kendaraan tersebut.
Baca: Pengaruh Sosial Media Bagi Remaja
Kesaksian keluarga dan masyarakat yang diundang dalam acara injak telur sangat terkait dengan kebersamaan sebagai bentuk syukuran dan dukungan atas kedatangan "molas weru" (kendaraan baru).
Punya kendaraan baru tentu menjadi kebanggaan dan sukacita, baik bagi pemilik, keluarga maupun warga sekampung.
Sarana mobil atau motor sangat penting dan sifatnya urgen untuk memudahkan mobilitas. Jangan heran tatkala setiap orang memiliki kerinduan untuk memiliki barang-barang tersebut, atau salah satunya, syukur apabila memiliki semuanya.
Ritual adat Manggarai (injak telur) dilanjutkan dengan hidangan bersama yang merupakan ungkapan syukur. Momen kebersamaan menelurkan nilai-nilai positif lainnya sehingga suasana sukacita dapat dialami dan diarasakan.
Tradisi Mandikan Kendaraan Baru di Sungai
Kendaraan baru atau yang baru dibeli biasanya dimandikan di sungai. Tradisi Manggarai itu merupakan bentuk simbolis dari pembersihan dan pembebasan kendaraan baru dari segala kemungkinan buruk.
Dalam konteks itu, tidak berlebihan apabila kata babtis dikenakan dalam acara mandikan kendaraan baru. Artinya, kendaraan baru atau yang baru dibeli dibabtis secara adat agar selain status kepemilikan juga mobil atau motor baru itu dan pengendaranya terhindar dari segala kemungkinan sial (kesialan).
Kendaraan yang sudah dibersihkan atau dibabtis menjadi baru dalam kebaruannya. Atau dalam kebaruannya, mobil atau motor tersebut menjadi baru. Dan pemakaiannya dilakukan dengan cara baru yakni dengan semangat baru dan dengan penuh kasih-sukacita.
Baca: Sebuah Pengharapan (Cerpen Mario Alexander Betu)
Kesimpulan
Tradisi injak telur dan mandikan kendaraan baru tersirat pengharapan agar dalam pemakaiannya, mobil atau motor baru atau yang baru dibeli selalu aman dan terlindungi serta itu dijadikan sarana untuk mengais rejeki atau wujud pelayanan.
Perwujudan tradisi Manggarai ini merupakan bagian dari kesadaran terhadap pelestarian budaya yang diwariskan leluhur. Seperti peribahasa Manggarai yang sangat populer, "Neka oke kuni agu kalo" (adat atau tradisi leluhur tidak boleh dilupakan). Kita sebagai orang Manggarai perlu mewujudkan budaya nenek moyang sejauh substansinya tidak merusak atau merugikan orang lain.
Oleh: Nasarius Fidin
Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial, Politik dan Budaya.
Mau Memuat tulisan di BernasINDO.id?
Silahkan kirim ke email redaksi:
redaksibernasindo.id@gmail.com