Syair Kampus, Bandit-Bandit Kampus, Perihal Cinta, Bukan Selangkangmu (Antologi Puisi Arnolda Elan) - ilustrasi: google |
Oleh: Arnolda Elan
Syair Kampus
Mahasiswa yang banyak
Sepucuk surat berisi syair
Menyebut namamu dalam barisannya
Mengolok mereka di ruangan kedap suara
Menghujam mereka yang bermuka hipokrit
Mahasiswa yang lugu
Sepucuk surat berisi syair
Menulis tentangmu dalam baitnya
Menyalin dukamu yang setapak jalan penguasa
Meretas kemelaratnmu dalam Flamboyan gedung kampus
Mahasiswa yang Paripurna
Yang dijadikan kelinci percobaan
Yang pasif akan penindasan digital
Dijadikan boneka oleh mereka yang hierarki
Setelah itu lepas tangan busungkan dada
Mahasiswa yang tersayang
Wajah-wajah penuh peluh dekap tugas
Penuh sesak pikir registrasi
Sambar tegar untuk skripsi
Kampus bersyair
Untuk penghuninya
Baca: Catatan Harian Regina (Cerpen Videlis Gon)
Bandit-Bandit Kampus
Pagi-pagi menenteng tas
Derap langkah kaki beralaskan sepatu kulit
Stelan jas berpadu dengan dasi bercorak batik
Senyum hipokrit menghias perjalanannya
Dihormati sepanjang masa jabatannya
Mereka itu
Yang mematahkan jiwa-jiwa aktivisme tunas bangsa
Yang ingin menjadi Borjuis
Yang saling menjatuhkan dan memperebutkan kursi rektor
Yang bermain petak umpet di lorong-lorong kampus
Mengucilkan kunci-kunci skripsi mahasiswa
Mereka itu
Calon Borjuis yang masif
Segala pedagogi yang penuh kelicikan
Dijadikan kelinci percobaan
Gedung kampus Yang megah
Adalah selimut kulit yang menutup segala aib
Mahasiswa lugu
Registrasi tiap semester
Selalu lemah setiap eskalasi registrasi
Dedikasi bandit-bandit
Semua demi apresiasi semata
Kampus megah
Bandit-bandit terpintar
Mahasiswa lugu
Jadi air mata ibu Pertiwi
Baca: Pilar Pilar Besi
Perihal Cinta, Bukan Selangkangmu
Siapa yang tertidur
Siapa yang ditiduri
Hingga tertulis
Pada pelipis
Puan, vaginamu teriris
Jari kelingking
Mengikat janji
Sembilu rindu
Liar membatu
Puan, selangkangmu rapuh
Duri menusuk
Menjahit birahi
Darah Nirmala
Enggan mengalir
Takut dosa
Baca: WALHI NTT: Perlunya Kesadaran Bersama Dalam Pengendalian Perubahan Iklim di NTT
Puan, sucimu lari
Derap langkah kaki
Menyibak tirai
Afsun daksamu Puan
Nakal dalam bercumbu
Liar pula saat bermain
Puan, payudaramu terlepas
Jangan menangis puan
Sebab engkau berharga
Usap air matamu puan
Sebab engkau indah
Puan, perihal cinta
Bukan selangkangmu