Oleh: Martin Sandy*
Pemanfaatan teknologi diarahkan terutama untuk kemajuan masyarakat desa melalui alternatif baru dalam hal pemasaran sekaligus pemberdayaan masyarakat.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dielakkan. Ia menjadi semacam air
mengalir yang tidak dapat dibendung dan memasuki semua lini kehidupan. Implikasi
dari kemajuan itu sendiri telah menghantar masyarakat pada suatu tatanan dunia yang baru. Masyarakat terutama yang
masih berada di pelosok pun turut mengalami perubahan akibat dampak dari
kemajuan itu baik secara evolutif maupun refolutif. Kultur yang satu
mempengaruhi yang lain.
Pertemuan antar
kultur itu sendiri bisa berwajah inkulturatif, asimilatif dan sebagainya. Di
tengah pertemuan dan interaksi dengan kemajuan itu, masyarakat kemudian
dihadapkan dengan pilihan apakah menerima atau menolaknya? Melalui tulisan ini,
penulis berkepentingan untuk menawarkan paradigma konstruktif dalam pemanfaatan
teknologi.
Baca: Mereguk Dari Sumber Sendiri: Pancasila sebagai Local Wisdom di Tengah Kemelut Modernitas
Seperti sudah
dijelaskan bahwa di tengah arus kemajuan masyarakat mau tidak mau harus memilih
menerima atau menolak. Menerima berarti bersikap kritis sekaligus proaktif
mengambil peran untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan mengupayakan
keluhuran martabat manusia. Karl Popper dalam bukunya “The open society dan it’s enemies” (1995)
mempromosikan konsep-konsep dasar tata hidup bersama yang mengatakan sebuah
societas modern.
Societas yang
terbuka atau open society memaksudkan
tatanan hidup bersama yang interaktif dengan
kemajuan, tradisi, dan segala hal yang menjadi pengalaman hidup
keseharian. Suatu tatanan kehidupan yang berdialog secara kreatif untuk
menyesuaikan hidup pada konteksnya. Kemajuan di bidang digital menjadi salah
satu fenomena kehidupan yang sangat dominan dewasa ini. Pengaruhnya tidak hanya
dirasakan di lingkungan perkotaan tetapi sampai di lingkungan pedalaman
sekalipun.
Kemajuan di bidang digital pada gilirannya harus sampai kepada pemanfaatannya secara benar dantepat serta bijaksana. Konsep appropriete
digitaly yang penulis maksudkan mengandung gagasan yang berkaitan dengan
pengembangan teknologi yang sesuai dengan situasi budaya dan geografis
masyarakat. Artinya, kemajuan teknologi dalam bidang digital sedapat mungkin menawarkan
alternatif-alternatif untuk mendayagunakan teknologi demi kesejahteraan
masyarakat. Mengapa demikian?
Baca: Menambang Kekayaan Kearifan Lokal Manggarai
Jacques Ellul
mengetangahkan bahwa salah satu tolok ukur penggunaan teknologi ialah apakah
itu menolong pemberdayaan dan pengembangan
teknologi tradisional, unsur dan pola budaya setempat. Hemat penulis, di
sinilah diperlukan implementasi dari digitalisasi yang kontekstual. Penulis
dalam hal ini memberi perhatian terutama pada upaya kontektualisasi tersebut
pada masyarakat desa.
Pemanfaatan sarana
digital dewasa ini harus diupayakan secara tepat guna. Masyarakat Indonesia
yang masih kental dengan kearifan
lokalnya sedapat mungkin diarahkan pada digitalisasi yang kontekstual.
Pemanfaatan yang kontekstual memaksudkan implementasi sarana-sarana digital
untuk kepentingan promosi, pengembangan dan pemberdayaan serta penguatan
kearifan lokal dalam kebudayaan masyarakat Indonesia. Digital dipahami sebagai
sarana, dan sebagai sarana ia
mewadahi ekspresi-ekspresi dan komunikasi kebudayaan atau tradisi yang bersifat
dinamis sembari melalui sarana itu juga penguatan makna dan konten tradisi itu
sendiri tetap dipertahankan.
Digitalisasi memungkinkan
tersedianya daya dan upaya untuk mengembangkan sektor bisnis, pendidikan, dan
lainnya dalam kehidupan masyarakat. Pertanyaanya bagaimana memanfaatkan sarana
digital yang kontekstual? Pertama, dalam sektor perekonomian masyarakat desa
dapat masuk dalam ruang pemasaran berbasis digital. Masyarakat dimudahkan untuk
memasarkan produk-produk mereka dalam media online.
Di tengah konteks masyarakat dewasa ini pemasaran secara online berpeluang berhasil dibandingkan dengan memasarkan produk
secara konvensional sebab jejaring pemasaran online terbuka luas dengan biaya operasional murah. Selain itu,
pemanfaatan teknologi juga membantu masyarakat dalam mengakses penerapan
teknik-teknik pengolahan yang baru dan
efisien sehingga memenuhi standar dan mutu pasar.
Baca: Kemunculan Metaverse dan Ketiadaan Jaringan Internet di Daerah Terpencil
Kedua, dalam
sektor kebudayaan, pemanfaatan sarana digital justru membantu dalam hal promosi
kearifan-kearifan lokal dalam berbagai kebudayaan. Digitalisasi yang
kontekstual terarah pada upaya-upaya alternatif dalam mengkomunikasikan
kearifan-kearifan lokal untuk kepentingan edukasi terhadap generasi-generasi
saat ini sekaligus kepentingan generalisasi agar kebudayaan itu tetap eksis.
Selain itu, upaya mengkomunikasikan
dan mengekspresikan
kearifan lokal dalam media digital membantu dalam menguatkan eksistensi
kebudayan itu di tengah keberadaan kebuadayaan asing. Maka yang harus
diperjuangkan saat ini ialah upaya membuat konten ekplorasi kebudayaan secara
komunikatif dan pastinya menarik. Walhasil karya-karya tradisional serta nilai-nilai di baliknya seperti kesenian, sistem nilai, kebiasaan dan kearifan lainnya tersampaikan baik bagi anak-anak bangsa maupun turut dipromosikan
kepada dunia sehingga identitas negara Indonesia semakin menguat sebagai negara
yang kaya akan kebudayaan.
Baca: Internalisasi Keutamaan dalam Aktus Dodo Masyarakat Manggarai
Pemanfaatan teknologi secara tepat guna menjadi kebutuhan bersama dewasa ini. Digitalisasi yang kontekstual harus selalu diupaya oleh berbagai pihak agar manfaatnya dapat memajukan dan memberdayakan masyarakat Indonesia. Kemajuan teknologi dalam bidang digital mesti menawarkan alternatif-alternatif untuk mendayagunakan teknologi demi kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks
Indonesia dewasa ini pemanfaatan teknologi diarahkan terutama untuk kemajuan
masyarakat desa melalui alternatif baru dalam hal pemasaran sekaligus
pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknik-teknik baru yang menunjang
kegiatan masyarakat itu
sendiri. Ada pun pemanfaatan yang tidak kalah penting ialah menjadi garda dalam
menguatkan eksistensi kearifan-kearifan lokal serta diiringi upaya edukasi bagi
anak-anak bangsa.
(Martin
Sandy/BernasINDO)