Hati Menjerit Bersama Lirik, Rindu Tertua, Mentari Dari Timur Kota, Rindu Mereka Yang Dulu (Kumpulan Puisi Venansius Alfando Satrio)
Oleh : Venansius Alfando Satrio
Hati Menjerit Bersama Lirik
Bersama senja aku lukiskan
tentang rasa yang terpendam
denting melodi serasa tersampaikan
tentang hati yang buram
Aku ingin berdamai dengan perasaan
merangkul setiap kesempatan
mengolah kenyamanan yang akan dijadikan kenangan
Lirik demi lirik aku tuturkan
pandangan selalu menatap raut keindahan
senyuman seakan badai pembawa ketenangan
Ragaku seperti menentang keras
untuk tidak pulang
bahkan seketika membenci waktu
kenapa keadaan ini
mesti akan terhenti di sini
Aku tak letih untuk mengutik
tak kehabisan lirik untuk menjerit
senyumanmu yang selalu membalut raut
menentangku untuk tidak pulang
Sandaranmu yang membuat nyaman memaksaku tetaplah bertahan
sebelum semuanya jadi kenangan
Baca: Ikatan Keluarga Besar Satarmese Malang, Sukses Menyelenggarakan Turnamen Futsal IKSAM CUP I
Rindu Tertua
Rindu tertua,
Yang dulu pernah bilang
Jangan berhenti berjuang lalu pulang.
Rindu tertua,
Yang dulu pernah bilang
Boleh lelah jangan kalah dan raihlah angan.
Rindu tertua,
Yang dulu pernah bilang
Harta bukanlah segalanya
Kenikmatan dari berjuang mesti di rasa.
Rindu tertua,
Yang dulu pernah bilang
Gagal itu wajar, tantangan mesti dihajar.
Rindu tertua,
Yang dulu pernah bilang
Duduk sejenak jangan berhenti mengejar,
karena menang tidak akan datang tanpa berjuang.
Mentari Dari Timur Kota
Aku diam dengan dingin.
Menatap jendela bersinarkan cahaya,
dengan mata yang masih samar
sedikit hangat karena sinarnya yang menembus kaca jendela kamar.
Aku bangun dengan tenang.
Menghirup sejuk segarnya udara,
lantas fajar mulai nampak terang
mengajak untuk beranjak dan mulai bersajak.
Aku duduk dengan hangat,
Mata menatap dengan penuh makna,
tentang pagi yang berarti untuk memulai
mengolah rasa dijadikan kata.
Baca: Pesan di Atas Kertas Putih (Cerpen Yakobus Syukur SMM)
Rindu Mereka Yang Dulu
Dulu kita pernah bertemu
bahkan bertempur bersama di tempat itu
Menghadapi dan melewati jutaan kisah
dibaluti suka bahkan duka
Canda tawa yang dulu telah berlalu menyisakan kisah pada album abu
Entah di mana kini kalian berlabuh
tidakkah rindu pada tempo yang dulu
Jangan segan menyapa jika bertemu
Jangan takut mengejek seperti yang ditutur waktu pertama kali kita bertemu
Kita tetap saudara walau tak sedarah
Sampai jumpa pada hari yang telah diatur oleh waktu
Penulis merupakan Mahasiswa Unika St. Paulus Ruteng
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia