Menjadi Sekolah Penggerak (Budaya) |
Oleh: Sil Joni*
Teater kolosal "Randang Lingko" telah digelar. Namun, ingatan akan peristiwa itu, belum kelar. Marina Waterfont City, Labuan Bajo menjadi 'panggung utama' pementasan teater tersebut. Rasanya, tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa 'Teater Randang Lingko' merupakan atraksi paling memukau dalam event Festival Golo Koe yang dihelat dari tanggal 8 sampai 15 Agustus 2022.
Baca: Demi Masa Depan Anak-anak Stella Maris (Apresiasi untuk Panitia ANBK)
Komunitas SMK Stella Maris (para guru dan siswa) mempunyai andil yang besar, baik sebagai pelatih, koreografer, maupun sebagai 'pemeran' dalam teater itu. Hampir 700 orang dari lembaga ini, terlibat aktif dalam menyukseskan pementasan teater itu.
Kerja keras, pengorbanan, keringat dan lelah selama sebulan yang dialami oleh komunitas SMK Stella Maris, 'terbayar lunas dan tuntas' pada Hari itu, Sabtu (13/8/2022). Sebuah 'maha-karya', teater yang dikemas dalam bentuk sendratari (seni, drama, dan tari) 'Randang Lingko' dipentaskan secara elegan dan atraktif di jantung kota wisata Labuan Bajo.
Kendati demikian, tetap disadari bahwa "Festival Golo Koe" diinisiasi dan difasilitasi oleh pihak Keuskupan Ruteng. Ketua Komisi Budaya dan Pariwisata Keuskupan Ruteng, Rm. Dr. Inosensius Sutam, Pr merupakan 'arsitek hebat' di balik pementasan teater ini. Beliau, tidak hanya berperan sebagai 'sutradara, penyusun skenario', tetapi juga bertindak sebagai 'pelatih kepala'.
Hari ini, Senin (22/8/2022), "sang sutradara" berkunjung ke SMK Stella Maris. Para siswa dalam keadaan berbaris dan sedang mendengar penyampaian dari Kepala Sekolah. Sambil menebarkan senyum, Rm. Ino berjalan di beranda sekolah. Beberapa guru terlihat begitu semangat mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan dirinya.
Baca: Kisah "Kasih" di Stella Maris
Tak lama berselang, Kepala SMK Stella Maris mempersilakan Rm. Ino menyampaikan sesuatu berkaitan dengan pementasan Teater Randang Lingko kemarin. Ada dua hal yang diutarakan Rm. Ino. Pertama, beliau mengucapkan terima kasih kepada segenap komunitas SMK Stella Maris, mulai dari Kepala Sekolah, para guru yang terlibat, dan semua siswa yang menjadi aktor/aktris dalam teater itu.
Kedua, selain ucapan terima kasih, beliau juga menyampaikan permohonan maaf jika dalam sesi latihan dan pementasan, ada hal yang kurang berkenan di hati para pemeran. Rm. Ino sadar bahwa dalam sesi latihan, kadang terlihat marah dan bentak-bentak.
Tetapi, di tengah pembicaraannya, Rm. Ino sempat menyentil soal status SMK Stella Maris sebagai salah satu Sekolah Penggerak (PK) di Manggarai Barat (Mabar). Baginya, budaya menjadi salah satu bidang operasional dalam kedudukan sebagai SMK PK itu. Artinya SMK Stella Maris menjadi sekolah penggerak budaya lokal juga.
Saya berpikir, mungkin dorongan untuk menjadi sekolah penggerak budaya ini, menjadi 'poin penting' yang perlu direspons secara serius dan kreatif oleh lembaga ini. Sebetulnya, sejak SMK Stella Maris ditetapkan sebagai SMK Pusat Keunggulan, perhatian pada dimensi kearifan lokal, semakin intensif, baik dalam level konseptual, maupun pada aras praksis.
Secara teoretis, penguatan dan revitalisasi budaya lokal itu, terangkum dalam mata pelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sedangkan, pada tataran praksis, hampir semua acara resmi di kompleks SMK, semuanya dikemas dalam nuansa adat Manggarai. Intinya, SMK Stella Maris bertekad dan mempunyai komitmen yang kuat untuk menghidupkan budaya lokal. Praksis pembelajaran berbasis kearifan lokal terus digalakkan.
Karena itu, pernyataan Rm. Ino agar SMK Stella Maris menjadi sekolah penggerak budaya, tentu dilihat sebagai suplemen spirit, motivasi, dan energi dalam menjabarkan apa yang menjadi komitmen bersama di lembaga ini. Dorongan itu, semakin memantapkan komitmen sekolah ini untuk berada pada barisan terdepan dalam 'mengangkat, menghidupkan, dan memuliakan' praksis budaya, yang cenderung diabaikan dalam panggung globalisasi dan modernitas saat ini.
Baca: Mensyukuri Kemerdekaan sebagai Anugerah Tuhan
Sebelumnya, pihak SMK pernah mengundang Rm. Ino sebagai salah satu 'narasumber' dalam sebuah workshop bagaimana mengintegrasikan elemen budaya lokal dalam kurikulum SMK Pusat Keunggulan. Rencananya, sang pakar budaya Manggarai ini kembali diminta untuk menjadi 'narasumber' seminar lanjutan program SMK PK, khususnya berkaitan dengan desain konten budaya lokal dalam proses pembelajaran.
Mutiara dalam kandungan kebudayaan kita sebetulnya sangat berkilau dan menawan. Sayang, sebagai ahli-waris dari kebudayaan itu, kita kurang bergairah untuk merawat dan menggaulinya dengan sepenuh hati. Padahal, budaya yang eksotis itu menjadi salah satu 'atraksi wisata' yang begitu memesona saat ini.
*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.