Masih Relevankah Himbauan Menjaga Moral Dalam kontestasi Politik? (Tanggapan terhadap Tulisan Saudara Silvester Joni) |
“Sebagai konstituen, kita mesti waspada. Pastikan bahwa 'perisai moral' tidak jebol di menit akhir itu. Tembok pertahanan diri perlu diperkuat untuk menangkis setiap 'serbuan politik kotor' menjelang fajar itu”.
Baca: Bidik Pemimpin dalam Bilik
Membaca tulisan saudara Silvester Joni dengan judul tulisan: Menghajar "Tim Serangan Fajar" menggelitik pikiran saya untuk menangggapinya. Tulisan beliau memang merupakan himbauan kepada wajib pilih agar berusaha sedapat mungkin untuk menghindari politik uang.
Saya pikir himbauan semacam itu patut diacungkan jempol. Namun, sangat disayangkan solusi yang dianjurkan Saudara Silvester, menurut saya, hanya sebuah idealisme yang ada dalam pikiran penulis.
Seruan untuk menjaga moral rupa-rupanya bukanlah solusi yang didambakan oleh pencinta demokrasi. Mengapa? Keluhan penulis untuk hati-hati dengan politik uang adalah sebuah fenomena yang menurut kesan saya dari tulisan Silvester merupakan kejadian berulang-ulang di setiap kontestasi politik. Pertanyaan saya adalah kemana moral wajib pilih kita selama ini? Apakah moral sebagian wajib pilih kita sudah hilang? Kalau sudah dihilang apakah tetap dijaga? Fenomena hilang tidak bisa diselesaikan lagi menjaga. Menjaga berarti masih ada. Moral kayaknya tak bisa dijaga lagi karena sudah hilang.
Baca: Menghajar "Tim Serangan Fajar"
Tesis saya adalah jika setiap kontestasi politik, uang menjadi dominasi bagi sebagian besar wajib pilih, maka sebenarnya solusi menjaga moral sudah tidak berlaku lagi. Jaga moral adalah suatu himbauan yang sudah tidak relevan lagi dengan situasi kekinian.
Ada semacam kegagalan internal dari sebagian wajib pilih dalam hal moralitas. Kalau gagal lantas apakah himbauan menjaga moral masih relevan? Saya pikir tidak. Solusi yang dianjurkan adalah meningkatkan kualitas penjagaan di luar wajib pilih. Faktor eksternal semestinya ditingkatkan kapasitasnya untuk menjaga wajib pilih yang doyan dengan politik uang.
Baca: Pilkades dan Prospek Demokrasi Desa
Setiap kontestasi politik, beberapa perangkat-perangkat penyelanggara pemilu sudah disiapkan dengan begitu baik. Hanya saja mungkin dari segi kuantitas penyelenggara pemilihan sudah terpenuhi namun tidak diimbangi dengan kualitas pelayananannya. Oleh karena itu, lebih baik perlu meningkatkan kualitas kerja penyelenggara seperti badan pengawas pemilihan dan jika perlu intelpol bekerja semaksimal mungkin satu minggu sebelum hari puncak penyelenggaraan pemilihan.
Oleh: Evridus Mangung, S. Fil.
Penulis adalah Staf Pengajar SMK Datak.