Renungan Minggu Biasa XXV: Pekerjaan Sederhana Dengan Cinta Yang Luar Biasa (Lk 16:1-13) |
“Kita dipanggil untuk setia dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana dengan cinta yang luar biasa” (Santa Bunda Teresa Dari Calcuta).
Jika ada kejujuran antara suami isteri, misalnya dalam hal penggunaan uang, akan melahirkan kesetiaan dan kepercayaan satu sama lain. Namun ketika tidak ada kejujuran dalam hal yang paling kecik seperti pengelolaan keuangan maka tidak ada juga kejujuran untuk orang lain. Para koruptor bukanlah orang-orang miskin, tapi karena mereka sudah terbiasa dengan yang namanya ketidakjujuran maka bagi mereka hal itu biasa yang membuat mereka jatuh dalam korupsi. Ketika tidak adanya kejujuran antar suami istri maka menunjukan kepada kita bahwa yang dilayani adalah kebohongan.
Baca: Seni Berbicara
Ketika yang dicari seorang imam adalah kekayaan materi maka akan melayani dengan kompromi dan pamrih. Jika ada yang meminta pelayanan, pertama yang dilihat adalah penampilan dan kendaraan yang dipakai. Jika menggunakan mobil atau minimal motor maka akan dengan mudah memberikan jawaban dan kesediaan untuk melayani. Namun jika naik angkot atau becak bahkan sepeda maka akan ada seribu satu macam alasan yang berakhir dengan anjuran mencari pastor yang lain. Jika ini yang terjadi maka yang dilayani adalah kekayaan material dan bukan ketulusan cinta.
Demikian juga jika ingin melayani namun dengan alasan karena sepi di rumah, tidak ada pekerjaan dan karena ajakan teman maka akan dengan mudah mengeluh dan merasa berat tanggungjawab yang diberikan. Cepat menyerah ketika diberi kepercayaan namun temannya tidak ikut dalam pelayanan itu. Misalnya latihan koor. Masih bertanya pada temannya; “kamu ikut tidak?” Jika jawaban temannya; “saya tidak ikut” maka iapun tidak ikut. Jika demikian maka yang dilayani bukan Allah tapi temannya.
Kalau kita mencintai tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan, maka seberat apapun tanggungjawab itu dan melelahkan kita tetap setia untuk melayani tanpa ada kebohongan, kompromi dan keluh atau protes. Jika motivasi pelayanan kita adalah hanya untuk Allah maka kita tetap melayani dengan tekun dan setia serta penuh sukacita. Melalui pelayanan, kita sejatinya sedang mengungkapkan iman kita yang sejati kepada Allah bahwa hanya Allah yang dilayani dan disembah dan bukan hp kita, bukan teman kita, serta bukan kegantengan dan kecantikan kita.
Baca: Bermazmurlah dan Bernyanyilah Bagi Tuhan
Selama para istri melayani suaminya dan sebaliknya maka yang harus dilakukan adalah tinggalkan sejenak hp kalian. Kadang suami atau istri sedang berbicara namun wajah kita hampir mencium hp. Kita seperti sedang berdevosi pada “santa nokia, santo samsung” dan lainnya. Mendengarkan pasanganmu adalah cara sederhana melayani dia.
Demikian juga, kalau sudah sampai didalam gereja, simpan dulu hpmu dalam tas atau sakumu. Bukan jadikan layar camera hp pengganti cerminmu di rumah. Mulai pasang gaya selfie tapi sibuk urus rambut, bedak dan make up. Tanda bahwa orang siap melayani dan mendengarkan Tuhan itu persiapannya mulai dari rumah bukan pada saat sudah berada di dalam gereja. Kalau sudah di dalam gereja tugas kita berdoa, mendengarkan Dia berbicara kepada kita. Itu juga bentuk sederhana kita melayani dan menyembah Allah.
Kalau sudah didalam gereja, tahan diri, pantat dan mulut untuk tidak berbicara dengan teman di samping kita. Kadang pastor sedang berkotbah, kita mulai geser pantat pelan-pelan lalu mulai membuka lapak gosip ataupun cerita hal yang tidak penting. Menahan diri untuk menciptakan keheningan dan ketenangan selama misa itu juga pekerjaan sederhana yang kita lakukan dengan kesetiaan dan cinta luar biasa bagi Allah dan sesama.
Kalau melayani entah sebagai lektor, anggota koor maupun pembawa doa umat, persembahan dan doa umat, hindarilah gerakan-gerakan yang mengganggu. Ketika di luar jalannya biasa saja. Tapi pas tugas mulai atur gaya jalan seperti jalannya miss universe atau orang lagi fashion show. Tangan kanan mulai sibuk urus rambut dan poni.
Tujuan dari pelayanan kita dari hal-hal yang sederhana adalah menuju pada kesetiaan kita pada Allah dan mencintai-Nya dengan segenap jiwa, pikiran dan kehendak. Maka yang dibutuhkan dalam pelayanan kita entah itu pelayanan antar suami istri dan pelayanan di gereja adalah cinta dan kesetiaan.
Dan agar cinta dan kesetiaan dalam pelayanan dapat berjalan dan berbuah dengan baik maka dibutuhkan prioritas nilai dalam pelayanan. Sebagai seorang suami jam pulang kerja ya langsung kerumah menjumpai keluarga dan berceritera dengan keluarga, bukan mampir ke tempat lain, matikan hp dan ketika ditanya alasan lowbat. Sebagai seorang istri yang berada di rumah, tunggulah anak-anakmu pulang sekolah atau bersih-bersih rumah. Bukan pergi cari teman lalu duduk di bawah pohon mangga lalu mulai membuka laporan insert. Anak pulang sekolah mau makan, masih harus teriak panggil mamanya di rumah tetangga.
Demikian juga sebagai imam. Prioritasnya adalah pelayanan. Meskipun pada hari itu adalah hari off atau rekreasi bagi imam, bukan berarti kemudian menolak pelayanan. Besok saja ya, karena hari ini mau rekreasi atau main badminton.
Baca: Homo Cantat
Sebagai pelayan gereja apapun tugas yang diberikan, setia dan cintailah jadwal agar pelayanan tidak terganggu. Jangan sampai nama tertulis besar namun saat pertemuan selalu tidak ada dengan rumpu rampe alasan. “Kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada kehendak, keinginan dan kesibukan kita sendiri.”
Manila: 18-September 2022
Tuan Kopong MSF