Berjalan Bersama, Bersama Bersukacita (foto ist.) |
Berjalan Bersama, Bersama Bersukacita - “Jangan pernah lupakan orang lain. Membuat mereka bisa tertawa itu adalah berkat melebihi kebahagiaanmu sendiri”, demikian pesan bijak kedua orang tua saya yang tidak pernah kulupakan.
Baca: Sulung “Sang Perintis” Dari Nusa Cendana Untuk Misi Seluruh Dunia: “Belis” Tidak Hilang!
Saya tidak menginginkan apa-apa di hari berahmat, hari ulang tahun peziarahan imamat saya yang ke lima belas tahun. Satu hal saja yang menjadi wish saya bahwa kebahagiaan dan sukacita saya hari ini boleh menjadi kebahagiaan dan sukacita bersama umat saya terutama umat yang paling sederhana, yang berada di pemukiman-pemukiman sederhana.
Maka sejak jauh-jauh hari saya sudah merencanakan untuk mempersembahkan misa bersama mereka di salah satu stasi seraya membagi buah-buah Ekaristi syukur ulang tahun imamat saya ke-15 dengan membagikan sembako kepada mereka. Tiga ratus paket sembako saya persiapkan untuk pengendara trycycle, security, petugas kebersihan dan umat di tiga stasi yang sederhana. Namanya sembako walau hanya beras sekian kilo yang saya usahakan sendiri dengan membeli dan meminta sumbangan dari umat dan kenalan saya.
Niat tulus saya agar mereka boleh merasakan kehadiran saya. Bahwa saya sebagai Gembala mereka tidak melupakan mereka dan tidak membiarkan mereka berjuang sendirian ditengah aneka kesulitan yang mereka hadapi. Sekalian juga untuk menguatkan mereka bahwa rumah mereka sejatinya adalah Gereja.
Saya merasakan bahwa perjalanan saya sebagai seorang imam tidak terlepas dari dukungan dan sapaan mereka setiap saat berjumpa; “Padre, mahal na mahal ka namin” (pastor kami sangat mencintai/menyayangimu) bahkan ada yang menyapa dengan “Tito Padre” (paman pastor). Sapaan sederhana namun tulus menggambarkan bahwa rahmat dan berkat Allah juga mengalir dari mereka untuk saya dalam ziarah imamat saya maka sebagai ungkapan syukur kepada rahmat dan berkat Allah, saya menjadikan momentum 15 tahun imamat sebagai kesempatan untuk bersyukur bersama dan membagikan berkat dan rahmat Allah yang saya terima kepada mereka.
Baca: Ketidakberanian Mengakui Kesalahan Adalah Kegagalan Yang Paling Tragis
Saya mengatakan kepada mereka bahwa;
“Perayaan syukur sore hari ini adalah perayaan syukur kalian. Saya hanya menjadi sarana bagi kalian untuk memiliki dan menikmati rasa syukur ini. Maka jangan lihat isi pemberian ini tetapi ini adalah sebuah ketulusan cinta dan pelayanan saya untuk kalian agar mensyukuri sukacita dari Allah bersama saya. Isi yang tidak seberapa ini, mengandung banyak kekayaan yang tidak tergantikan yaitu cinta, persahabatan dan solidaritas antara saya dengan kalian.”
Maka saya boleh menegaskan bahwa sukacita saya hari ini bukan karena saya dirayakan dengan ragam perayaan dan persediaan makan yang lesat termasuk kado namun lebih dari itu karena umat saya yang sederhana boleh bersukacita bahkan ada yang harus ijin pulang duluan dari kerja dan sekolah hanya untuk berjalan bersama saya dalam sukacita bersama.
Baca: Renungan Minggu Biasa XXV: Pekerjaan Sederhana Dengan Cinta Yang Luar Biasa (Lk 16:1-13)
Bagiku momentum hari ini mengajarkan saya bahwa tidak ada rasa syukur dan sukacita yang lebih besar selain berbagi bersama umat yang sederhana. Sukacita dan syukur sejati adalah yang bisa menangis bersama mereka yang menangis dan tertawa bersama mereka yang bergembira (bdk. Rom 12:15). Itulah pengalaman syukur dan sukacita yang kualami dan membekas dalam ziarah imamatku di hari ulang tahun imamat yang ke-15 tahun ini.
Manila: 22-Nov 2022
Tuan Kopong msf