Pengelolaan Pendidikan Berbasis Data |
Oleh: Sil Joni*
"Tergantung pada kata". Itulah kredo dalam dunia sastra yang dipopulerkan oleh kritikus sastra Indonesia kenamaan dari Belanda, mendiang A.A. Teuw. Ungkapan yang sama coba diadopsi dan diadaptasi dalam lapangan ilmu sosial saat ini. "Tergantung pada data", merupakan ungkapan yang sudah menjadi semacam kredo dalam memasuki labirin persoalan ilmu sosial. Perkembangan ilmu sosial hampir pasti tak bisa dipikirkan tanpa berurusan dengan proses penggalian dan pengolahan data empiris.
Baca: SDI Bangka Keli Meraih Juara 1 Lomba Cerdas Cermat (LCC) Tingkat Kecamatan
Keberadaan 'data' menjadi begitu krusial untuk semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Kita bisa bayangkan seperti apa wajah pendidikan kita, jika pengelolaannya tidak ditopang dengan 'suplai data' yang valid. Rasanya, lembaga pendidikan formal kita pasti 'sulit mengalami perubahan dan kemajuan yang signifikan'.
Proses identifikasi, refleksi dan pembenahan di sekolah tidak akan berjalan efektif jika tidak didukung dengan 'data empiris yang akurat'. Data yang kredibel merupakan 'pintu masuk' untuk menilai dan mengambil langkah solutif dalam mendesain dan mengeksekusi pelbagai kebijakan dan strategi dalam bidang pendidikan.
Poinnya adalah 'jangan main-main' dengan data. Data yang dipermainkan dan dimanipulasi, tentu kontraproduktif bagi upaya peningkatan mutu proses pendidikan. Data yang abal-abal atau seadanya, tidak digodok secara serius, berpotensi menjadi 'batu penghalang (stumbling block) bagi sebuah satuan pendidikan. Sedapat mungkin para pemangku kepentingan di sekolah 'menggauli data' secara intensif dan mesrah.
Baca: Kelas sebagai "Miniatur Industri"
Untuk itu, mungkin pertanyaan yang paling urgen untuk digumuli saat ini adalah bukan 'apakah data itu penting atau tidak', tetapi bagaimana dan seperti apa proses pengumpulan dan pengolahan data di sekolah untuk bisa dijadikan pijakan dalam mendesain dan mengimplementasikan sebuah program strategis-solutif? Sarana konvensional seperti Data Pokok Pendidikan (Dapodik), tentu saja tidak cukup untuk dijadikan referensi tunggal dalam membaca perkembangan sebuah sekolah.
Agar data tentang sekolah dan segala persoalannya bisa dipercayai, kita membutuhkan instrumen alternatif. Dalam kurikulum Merdeka, khusus untuk SMK, proses pengambilan atau pengumpulan data itu melalui 'Asesmen Nasional' untuk bidang literasi-numerasi, dan survei karakter dan lingkungan belajar. Selain itu, untuk mengetahui tingkat 'keterserapan' para alumni dalam Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), sarana seperti 'Tracer Study' (penelusuran alumni), menjadi opsi yang efektif.
Dapodik, Asemen, dan Tracer Study merupakan 'sumber data' yang bisa dijadikan rujukan dalam membuat dan menulis sebuah 'Rapor Pendidikan'. Dengan demikian, apa yang tersaji dalam 'Rapor Pendidikan' benar-benar hasil dari pengumpulan dan pengolahan data valid dan kredibel yang dibuat secara reguler dan serius. Isu 'Rapor' itu, dijadikan basis untuk melakukan 'tindakan atau intervensi kebijakan' dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu praksis pendidikan kita.
Oleh sebab itu, diharapkan agar 'hasil asesmen Nasional' tidak dimodifikasi atau lebih tepat 'tidak dimanipulasi' untuk menyelamatkan citra lembaga. Kita bisa melihat 'wajah asli' kualitas proses pendidikan di sekolah kita, melalui hasil asesmen itu. Asemen itu semacam alat untuk 'mendiagnosa' pelbagai kondisi patologis yang menghambat kemajuan sebuah lembaga pendidikan sehingga perlu ditanggapi secara arif dan cerdas.
Berita menariknya adalah data-data konkret yang tertuang dalam Rapor Pendidikan, bisa dijadikan panduan dan diintegrasikan dengan penyusunan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Arkas). Itu berarti Arkas yang digodok oleh pihak sekolah benar-benar berdasarkan 'kebutuhan nyata', bukan hasil rekayasa atau pikiran pragmatis dari pribadi tertentu. Dengan itu, celah munculnya aksi korupsi, semakin kecil, bahkan tidak ada sama sekali.
Itulah beberapa pandangan berbobot yang saya 'olah' dari kegiatan Workshop pelaksanaan SMK Pusat Keunggulan (PK) di SMK Stella Maris Hari ini, Sabtu (19/11/2022). Kegiatan yang bertema: "Perencanaan Berbasis Data" itu menghadirkan pak Ayub Sanam, S. Pd, Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabidikmen) Dinas Pendidikan dan kebudayaan Propinsi NTT. Selain itu, hadir juga dua orang perwakilan dari Perguruan Tinggi Pendamping (Politeknik Negeri Bali) yaitu; Ibu Ni Nyoman Indah Kusuma dan pak I Made Widiantara.
Pada kesempatan ini, pak Ayub menuntun dan mengarahkan para peserta Workshop terkait pentingnya perencanaan berbasis data di sekolah dan bagaimana data itu diintegrasikan dalam penyusunan Arkas. Jadi, ada dua topik yang dibahas; pertama, perencanaan berbasis data dan kedua, materi tentang 'Rapor Pendidikan dan Penerjemahan Rapor Itu dalam Arkas'.
Para peserta tampak sangat antusias menyimak presentasi materi dari pak Kabid Pendidikan Menengah Propinsi NTT itu. Kendati kedua topik yang dijelaskannya dilakukan berlangsung dalam jaringan (daring), tetapi hal itu tidak mengurangi bobot dan terlebih rasa ingin tahu peserta tentang apa yang dibaginya dalam kegiatan presentasi itu.
Baca: Manusia Sebagai Mahluk Otonom: (1) Suara Hati
Dua utusan dari Perguruan Tinggi Pendamping, ibu Indah dan pak Widi, pada sesi terakhir kegiatan, dengan jujur mengakui bahwa ada banyak hal positif yang mereka terima dari materi yang dipaparkan itu yang tentu saja berguna dalam kerja-kerja pendampingan mereka, tidak hanya di NTT, tetapi juga di luar NTT. Beberapa isu krusial yang disertai dengan contoh praktis, bagi kedua orang pendamping ini, merupakan tambahan pengetahuan yang memang belum sempat 'diperhatikan' oleh dunia pendidikan tinggi.
*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.