Program Misa Ekologis Paroki Roh Kudus |
Oleh: Fransiskus Ndejeng
Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, terletak di jalan Mgr. Van Bekum, Kelurahan Waekelambu, Kecamatan Komodo, jantung kota wisata Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Paroki ini digadang-gadang dijadikan sebagai calon Katedral Baru Keuskupan Labuan Bajo di masa yang akan datang. Terletak satu kompleks dengan Kevikepan Labuan Bajo, secara berdampingan satu lokasi yang sama. Dipisahkan dengan jalan Mgr. Vitalis Jebarus menuju Waemata yang berdampingan bagian Timur kompleks Seminari Yohanes Paulus II dan kompleks SMAK Santu Ignatius Loyola Labuan Bajo serta kompleks SMP Katolik Arnoldus Labuan Bajo.
Salah satu tantangan gereja lokal paroki kita di keuskupan Ruteng tahun sebelumnya, seperti serangan penyakit pandemi covid-19, penyakit Rabies, penyakit virus flu babi berasal dari Afrika, penyakit layu batang pisang, dan lain sebagainya. Maka tahun 2023, direncanakan untuk melakukan ritus gereja Katolik untuk membuat Misa Ekologis, berupa misa tolak bala. Sebuah ritus misa adat kebiasaan gereja Katolik, untuk menghalau semua pengaruh terhadap keberlangsungan ekologis lingkungan dunia dan pastoral lingkungan hidup demi kesejahteraan umat manusia yang adil dan makmur di wilayah pastoral keuskupan Ruteng dan calon keuskupan baru Labuan Bajo. Mengapa dibuat program kerja misa ekologis?
Baca: Ketika "Calon Pastor" Meracik Kelor Bersama Para Ibu Guru
Rencana yang mulia ini, diutarakan oleh RD. Laurensius Sopang, Pr. Selaku Pastor Kepala Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Minggu, 22 Januari 2023, di Ruang pertemuan Sosialisasi Hasil Pertemuan Pastoral Keuskupan Ruteng, 9-13 Januari 2023 di Ruteng. Sebagai acuan untuk menyusun program kerja baru tahun pastoral keuskupan Ruteng di tingkat Paroki Roh Kudus Labuan Bajo. Dari hasil diskusi yang hangat dan aktual para peserta sebagai ketua seksi DPP Roh Kudus mengusulkan salah satu program strategis gereja adalah dilaksanakan misa ekologis.
Aras pandangan para ahli pembangunan ekologi berkelanjutan adalah pendekatan yang banyak disuarakan akhir-akhir ini.
Prinsip ekologis berkelanjutan adalah respon dari kerusakan alam akibat pembangunan yang eksploitatif. Sehingga perlu adanya upaya untuk menyelaraskan pembangunan dengan kelestarian lingkungan. Salah satu prinsip yang paling berkembang adalah perspektif ekologi manusia, dimana pembangunan harus selaras antara pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Didukung oleh pandangan pakar ekologi Politik dan Ekologi moderen dari IPB, Dr. Soeryo Adiwibowo (dalam artikel 18 Juli 2020). Perpektif ekologis adalah pendekatan transdisiplin yang mengedepankan pada keseimbangan manusia dan lingkungan. Menurut pandangannya, ekologi manusia adalah mata air yang memadukan ilmu alam dan ilmu sosial. Sudut pandang dalam memandang kehidupan adalah menghubungkan antara ekologi hulu dengan ekologi terapan yang ada di hilir.
Oleh sebab itu, menurut refleksi dan pandangan yang berkembang sepanjang perjalanan orde reformasi pembangunan bangsa, kurang lebih 25 tahun yang telah dilalui ini, membutuhkan pembenahan administrasi dan dokumentasi pembangunan yang pro umat dan atau pro rakyat.
Karena ide dasar aras pembangunan ekologi, pembangunan ekonomi yang pro kehidupan manusia menuju umat dan / atau rakyat sejahtera, adil dan ekologis yang berkelanjutan. Sesuai dengan undang-undang otonomi daerah, yang mendekatkan pelayanan publik (umat) dalam bonum commune (kesejahteraan rakyat). Hal ini, membutuhkan kerja keras dan kerja sama yang berkelanjutan. Mulai dari tataran pembuat kebijakan di hulu dan implementasi program kerja yang menyentuh kebutuhan hidup umat (rakyat) di lapisan bawah. Terutama kelompok yang rentan, perlu dibangun secara holistik dan berkesinambungan.
Sesuai dengan tema dan program keuskupan Ruteng tahun 2023, pastoral ekonomi, sebagai penjabaran dari produk Sinode III, 2021-2025, disetiap paroki senantiasa dideskripkan kembali dalam bentuk program kerja pastoral tingkat Dewan Pastoral Paroki masing-masing, sesuai pedoman statuta Keuskupan Ruteng.
Ekonomi yang berkelanjutan untuk menuju umat keuskupan Ruteng yang sejahtera, adil dan ekologis (SAE), tidak bisa dilepas pisahkan dengan kekuatan lingkungan alam yang lestari.
Baca: Kelompok Pemberdayaan Hortikultura Desa Terong Panen 60-an Kilogram Lombok
Lingkungan hidup, sebagai sumber kekuatan ekonomi sebagai basis hidup yang selaras alam. Lingkungan tanpa perusakan, lingkungan hidup alam lestari sebagai sumber hidup umat( negara), yang berkelanjutan. Untuk memperoleh hasil pertanian, hasil perkebunan, tanaman hortikultura. Tidak merusak hutan. Hutan sebagai sumber air bersih dan sumber irigasi. Pengatur kelembaban dan suhu udara diatmosfer bumi.
Pemanfaatan pupuk bokasi yang tidak merusak tanah dan lahan pertanian dan perkebunan umat. Hindari penggunaan pupuk kimiawi buatan industri dan pestisida yang merusak lingkungan alam. Penyemprotan tanaman pertanian dan perkebunan secara bijaksana. Yang tidak akan mengganggu keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan, yang mematikan bakteri penyuburan tanaman dan cacing yang akan berfungsi secara alamiah untuk menggembur tanah pertanian lahan kering.
Hutan sebagai sumber suplai udara bersih berupa gas oksigen untuk kepentingan umat manusia. Tidak menimbulkan erosi, banjir bandang, musim yang ekstrem. Hutan sebagai aset penyeimbang ekologis umat manusia. Kesejahteraan umat manusia umumnya, tidak bisa didapat tanpa campur tangan dari pihak-pihak pengambil keputusan. Antara lainnya, gereja dan pemerintah berjalan bersama untuk mendorong umat Allah (rakyat) demi mencapai tujuan akan kesejahteraan yang adil dan berkelanjutan.
Dengan terbinanya hubungan baik diantara dua pilar utama pembangunan, yaitu gereja dan pemerintah daerah, maka niscaya kesejahteraan rakyat (umat) akan terwujud secara adil, makmur, merata, lahir batin, dan ekonomi yang berkesinambungan secara ekologis.
Ide dasar antara kedua pilar pembangunan, pemerintah dan gereja seyiogiakan sejalan dengan tujuan bernegara sesuai amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan beradab; kuat, kokoh, lahir batin dan berkesinambungan. Ketika dunia terganggu oleh berbagai jenis penyakit dan gangguan sosial lainnya. Seperti serangan hama wereng coklat (WHC), sejenis hama penggerek batang tanaman padi di area persawahan Lembor, yang menimbulkan puso( gagal panen); hama virus layu batang pisang yang menyerang kabupaten-kabupaten di daratan Pulau Flores. Flu Babi, yang menyerang babi peliharaan petani peternak, di Pulau Flores dan Lembata. Di samping itu, ada gangguan iklim yang ekstrem, akan berpengaruh terhadap hayat hidup orang banyak, umat seluruhnya. Antisipasi adanya jenis penyakit dan virus sumber pembawa malapetaka bagi petani dan pekebun, karena adanya perubahan musim yang selalu ekstrem. Sebab, rantai pasok ekonomi terganggu, akibat dari cuaca yang sangat ekstrem dan tidak menentu. Timbul berbagai jenis penyakit dan hama belalang dan walang sangit di sawah, kebun, dan pekarangan petani.
Oleh karena itu, gereja lokal Keuskupan Ruteng tahun 2023, membuat salah satu jenis program praktis untuk melaksanakan Misa Ekologis; bertujuan untuk memulihkan hubungan baik dengan alam semesta bagi kesejahteraan umat Allah yang adil dan merata serta makmur. Agar dijauhkan dari berbagai jenis gangguan alam berupa perubahan iklim yang ekstrem, sakit dan penyakit yang disebabkan oleh gejala alam yang ekstrem. Seperti flu babi (ASF), puso, karena akibat hama wereng coklat, penyakit layu batang pisang akibat virus dan jamur, dan lain sebagainya.
Baca: Jamsostek Dan Tenaga Kerja
Di samping itu, untuk menyambut Festival Golo Koe, 10-15 Agustus 2023, sebagai salah satu bentuk pariwisata yang berkelanjutan, yang berpusat di kota super premium, dan pelaksanaan kebersihan lingkungan kota pariwisata dan ssekitarnya menyiapkan kuliner lokal dan produk UMKM umat (rakyat); dalam rangka menyongsong pelaksanaan ivent internasional, berupa KTT Asean Sammit; gereja, dan pemerintah kabupaten Manggarai Barat serta didukung oleh berbagai pemangku kepentingan masyarakat lainnya. Bersama-sama menyiapkan lingkungan ekologis yang selalu bersih, indah, memesona, dengan adanya intervensi program pemerintah pusat, melalui pelaksanaan lomba adipura tentang tata kebersihan kota dan sekitarnya. Dihimbau kepada seluruh warga kota pariwisata super premium untuk tidak membuang sampah disembarang tempat. Menjaga dan merawat kota ini agar selalu bersih dan indah dinikmati para penghuni kota dan wisatawan.
Pandangan penulis, ada hubungan yang baik antara ekonomi dan ekologis, dalam kaitannya, dengan program misa ekologis keuskupan Ruteng ini. Misa ekologis bertujuan untuk memulihkan lingkungan alam sekitarnya demi kemuliaan umat manusia.
Dengan ekologis yang baik dapat merangsang pertumbuhan ekonomi umat( rakyat) yang kian sejahtera, adil dan berkelanjutan. Terutama kelompok masyarakat yang termarginalisasi, yaitu suatu kelompok umat, rakyat rentan, yaitu lemah, miskin dan, tak berdaya serta terpinggirkan.
Dari data Badan Statistik Nasional yang telah dirilis selama ini; menunjukkan bahwa kabupaten Manggarai Timur, Manggarai Barat dan Manggarai; masih tergolong rentan dengan masalah stunting, dililit kemiskinan ekstrem, yang masih dianggap tinggi. Masalah ini perlu dibawa ke dalam program misa ekologis untuk memuliakan alam lingkungan dan komunitas manusia( umat) yang masih rentan tersebut. Terus menerus mendorong partisipasi umat Allah di tiga wilayah kabupaten Manggarai raya untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan ekonomi umat yang berbasis pada pertanian, hortikultura, perkebunan dan peternakan dan koperasi yang berkesinambungan.
Ada pepatah budaya Manggarai yang telah menyatu dalam falsafah hidup, “Neka ngode holes neka mende hgese (red. Manggarai, diterjemahkan secara harafiah, jangan malas bekerja dan membangun ekonomi rumah tangga). Nada syukur dan ucapan terima kasih kepada sang penguasa alam semesta atas semua karunia ekologis dan ekonomi umat dalam ruang dan waktu. Tentu, memiliki kesediaan waktu sejenak untuk evaluasi dan refleksi diri atas umat Allah yang dikasih Tuhan dalam serangkaian misa ekologis yang berkelanjutan.
Barometer untuk mengukur kekuatan dan kelemahan pengaruh keseimbangan ekologis yang berkelanjutan, tak dapat hanya dilakukan pada ukuran data statistik semata yang didapat bagi pengambil kebijakan ekonomi dan ekologis yang berkelanjutan saja. Namun, perlu diambil tindakan dan kebijakan yang bersifat preventif demi memulihkannya menuju kemandirian hidup untuk berdiri kokoh, kuat dan mengangkat harkat dan martabat umat manusia secara utuh.
Pekerjaan semacam ini tidak mudah untuk dapat mengubah mainset manusia dalam tempoh singkat. Tetapi, program kerja dan dorongan yang terus menerus dari pihak gereja keuskupan dan dukungan pemerintah kabupaten, lambat laun pasti bisa dipulihkan. Pengembangan sumber daya manusia dari sisi kualitas hidup menjadi bahan diskusi refleksi untuk merubah kelompok yang masih rentan demi mencapai kesejahteraan, adil dan makmur secara berkesinambungan. Semoga dengan adanya rencana program pemulihan ekologis melalui Misa Ekologis umat keuskupan Ruteng, dan paling tidak misa ekologis ditingkat paroki dapat membawa manfaat bagi umat gereja lokal di seluruh paroki Keuskupan Ruteng. Semoga!
Penulis adalah Ketua Seksi HAK Paroki Roh Kudus Labuan Bajo. Tinggal di Jln. Bandara Soehadun, kota Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.