Oleh: Maria Nunik Rahayu, S. Pd
Memperkuat Profil Pelajar Pancasila Melalui Kurikulum Merdeka Di SMPN 5 Borong |
Abstrak
Penelitian ini bermaksud untuk memperkuat profil pelajar pancasila melalui Kurikulum Merdeka di SMPN 5 Borong, Manggarai Timur. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Baca: Kwarran Satarmese Barat Gelar KMD, Bahas Ekonomi dan Kesehatan Reproduksi Remaja, Kok Bisa?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Profil pelajar Pancasila menjadi salah satu kebijakan yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional dan kelanjutan dari program penguatan karakter. Locus (tempat) utama penelitian ini adalah SMPN 5 Borong, Manggarai Timur, NTT. Penulis mengambil tempat ini sebagai locus penelitian karena penulis sudah lama mengajar di tempat ini. Hasil penelitian ini meyimpulkan bahwa perwujudan profil pelajar Pancasila dalam kurikulum yang merupakan rencana dan susunan yang memuat tujuan, isi, materi dan metode pengajaran harus ditonjolkan dapat berdampak baik dalam implementasi nilai-nilai.
Untuk mendukung profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pertama, memberikan nasehat yang merupakan salah satu bentuk pembinaan kepada siswa agar tidak berbuat kesalahan. Kedua, sikap toleransi yang menjadi salah satu ciri karakter bangsa yang harus dimiliki setiap manusia.
Ketiga, menguatkan kedisiplinan yang berperan sangat penting untuk diimplementasikan di lingkungan sekolah guna membentuk karakter siswa yang disiplin. Keempat, cinta tanah air dimana banyak sekali agenda yang dilakukan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang akan berdampak positif untuk kemajuan bangsa.
Kata kunci: Profil Pelajar Pancasila; Kurikulum Merdeka; karakter siswa SMPN 5 Borong.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan totalitas interaksi manusia untuk pengembangan manusia seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses yang terus-menerus yang senantiasa berkembang (Edy Sutrisno, 2011). Sikap manusia merupakan predictor utama bagi perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan dan keyakinan seseorang (Darmiyati Zuchdi, 1995).
Pada dasarnya Pendidikan merupakan hak individu sebagai anak bangsa untuk bisa menikmatinya. Keberadaan Pendidikan sudah diakui dan mempunyai legalitas yang kuat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang isinya “setiap warga negra Indonesia berhak mendapatkan Pendidikan” dan selanjutnya ayat 3 menjelaskan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan mengadakan satu sistem Pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan sekaligus berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Indonesia adalah negara yang maju dan memiliki sumber daya manusia yang cukup baik, serta didorong dengan pendidikan yang memadai dan tenaga pengajar yang profesional.
Dasar pendidikan Indonesia adalah Pancasila, yang merupakan pedoman dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat penting untuk disampaikan kepada peserta didik dan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari (Aminullah, 2016).
Nilai tersebut di antaranya adalah perilaku yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, perilaku manusia yang berkaitan dengan diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, serta dengan negara, sehingga tidak dapat dipisahkan maupun digantikan oleh apapun. Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dan diwajibkan untuk seluruh warga Negara Indonesia untuk memperolehnya, dimana nilai Pancasila yang terkandung didalamnya sangat penting untuk kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada lingkungan sekolah, maka dari itu peneliti mengacu pada salah satu sila pada Pancasila untuk sebuah implementasi dalam pembelajaran (Asmaroini, 2016).
Profil pelajar Pancasila menurut Ernawati & Rahmawati (2022), dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yaitu bagaimana menghasilkan peserta didik dengan profil (kompetensi) yang diinginkan oleh sistem pendidikan dengan memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan identitas Nasional, ideologi, dan cita-cita. Faktor eksternal profil pelajar Pancasila dimana Pancasila adalah kehidupan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di abad 21 seperti masa revolusi 4.0.
Profil pelajar Pancasila menurut Lestari, Sunarto, & Cahyono (2020) terdiri dari 6 kompetensi (dimensi) yaitu iman, takut akan Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia, Ke-Bhineka-an Global, gotong royong, kreativitas, berpikir kritis, dan mandiri.
Baca: Penelitian Tindakan Kelas
Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil peserta didik Pancasila tidak hanya terfokus pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai identitasnya sebagai bangsa Indonesia dan warga dunia (Ernawati & Rahmawati, 2022).
Selanjutnya menurut Inayah (2021), nilai-nilai Pancasila merupakan sumber dari karakter bangsa, pendidikan, dan budaya yang diwujudkan pada masyarakat tanpa terkecuali, khususnya pada siswa yang merupakan generasi bangsa Indonesia. Sistem penerapan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung berupa kebiasaan, namun pada pengembangan moral perlu dilaksanakan dengan melatih mental siswa agar lebih percaya diri (Rachmawati, et. al., 2022).
Pada lingkungan sekolah pegawai/staf sekolah juga sangat penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dimana guru dalam pengimplementasian ini harus lebih baik karena guru merupakan inti dari kegiatan pembelajaran, yang nantinya pasti akan dinilai oleh siswa, maka dari itu guru harus memiliki 5 karakter yaitu religius, nasionalisme, mandiri, integritas, dan gotong royong (Rusnaini, et. al., 2021).
Metode Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa Proses penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif dalam bentuk tertulis maupun lisan individu yang diteliti. Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai suatu pembelajaran pada keadaan objek yang alamiah. Peneliti adalah instrumen hakiki, sistem pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik gabungan. Pengambilan suatu informasi data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih terpusat dari generalisasi. (Utama et al., 2021). Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif.
Penelitian memiliki tujuan dalam menggabungkan suatu informasi yang berkaitan dengan subjek penelitian dan tingkah laku subjek penelitian dalam era tertentu.
Penelitian kualitatif deskriptif menguraikan segala peristiwa atau kejadian apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan. (Setiyaningsih et al., 2020). Menurut (Meleong, 2013) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memerlukan pengenalan fase–fase yang akan dilalui oleh proses penelitian. Level ini dirancang secara sistematis untuk dapat memperoleh data yang signifikan (Santoso & Murod, 2021a).
Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila merupakah salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia yang mana mengedepankan pada pembentukan karakter (Susilawati, Sarifuddin, Muslim, 2021). Rusnaini, et. al. (2021) menjelaskan bahwa penguatan profil pelajar Pancasila memfokuskan pada penanaman karakter juga kemampuan dalam kehidupan sehari-hari ditanamkan dalam individu peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakulikuler maupun ekstrakulikuler.
Projek penguatan profil pelajar pancasila juga budaya kerja. Penguatan projek profil pelajar pancasila saat ini mulai diterapkan di satuan pendidikan melalui progam. Profil Pelajar Pancasila merupakah salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia yang mana mengedepankan pada pembentukan karakter (Susilawati, Sarifuddin, Muslim, 2021). Rusnaini, et. al. (2021) menjelaskan bahwa penguatan profil pelajar Pancasila memfokuskan pada penanaman karakter juga kemampuan dalam kehidupan sehari-hari ditanamkan dalam individu peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakulikuler maupun ekstrakulikuler.
Projek penguatan profil pelajar pancasila juga budaya kerja. Penguatan projek profil pelajar pancasila saat ini mulai di terapkan di satuan pendidikan melalui progam sekolah penggerak (PSP) baik jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan juga Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (Rachmawati, et. al., 2022). Menurut Rahayuningsih (2022), penerapan profil pelajar Pancasila dapat dilakukan melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakulikuler, kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler yang didalamnya fokus pada pembentukan karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu melalui implementasi profil pelajar pancasila diharapkan peserta didik terutama di sekolah dasar mampu berkembang nilai karakternya sehingga terbentuk perilaku yang baik dan melekat pada diri peserta didik. Terdapat enam kompetensi dalam dimensi kunci yaitu beriman, bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, mandiri bernalar kritis dan kreatif (Sari & Puspita, 2019).
Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan Pendidikan (Faiz, Parhan, & Ananda, 2022). Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia menurut Forey & Cheung (2019), dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum yang merupakan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 di bagian Bab I Pasal 1 ayat 19 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Merdeka belajar merupakan kebebasan didalam menentukan cara berperilaku, berprose, berfikir, berlaku kreatif guna pengembangan diri setiap individu dengan menentukan nasib dirinya sendiri (Sibagariang, Sihotang, & Murniarti, 2021).
Merdeka belajar dapat dimaknai pemberian ruang yang lebih terhadap siswa dengan adanya kesempatan belajar secara nyaman tenang dan bebas tampa adanya tekanan, dengan memperhitungkan bakat alamaiah yang dimiliki setiap siswa (Wijaya, Mustofa, & Husain, 2020). Merdeka belajar berarti kebebasan dalam suasana belajar yang tidak terasa mengikat diri dan tidak merasa terbebani bagi siswa dapat diliat dari asyiknya mereka dalam belajar, mecari informasi, menggali potensi diri dan begitu semangat dan ekspresif dalam menyelesaikan tugas-tugas dari beban kurikulum menjadi indikator yang penting dalam tujuan pembelajaran (Muji, et. al., 2017).
Hasil Dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian secara observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan di SMPN 5 Borong, Manggarai Timur, maka Kepala sekolah SMPN 5 Borong, Manggarai Timur, telah mengimplementasikan budaya literasi membaca dan menulis di lingkungan sekolah dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya pembiasaan gerakan literasi yang dilakukan oleh seluruh siswa, yang mana kegiatan tersebut sudah terjadwal dan rutin dilakukan baik di halaman sekolah maupun di ruang kelas masing – masing.
Peran guru juga sangat penting dalam meningkatkan literasi minat membaca dan menulis siswa dengan cara melakukan pembiasan literasi terlebih dulu selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Melakukan pendekatan agar siswa yang masih belum lancar membaca dan menulis agar didampingi oleh guru sehingga dapat mengetahui perkembangan kemampuan membaca dan menulis siswa tersebut. Agar menumbuhkan rasa percaya diri siswa, guru juga mengajak siswa untuk kunjungan keperpustakaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Baca: Gelar KMD Mandiri Kwarran Satarmese Barat, Begini Kata Ketua Kapusdiklat dan Kwarcab Manggarai
Para siswa diminta untuk memilih buku yang disukai kemudian menceritakan kembali hasil bacaan tersebut di hadapan guru dan teman-teman secara bergantian. Dengan adanya kegiatan pembiasaan gerakan literasi, pojok-pojok bacaan, dan kegiatan kunjungan perpustakaan. Para siswa menjadi lebih semangat dan aktif untuk meningkatkan kemampuan literasi membaca dan menulis. Bahan bacaan yang disukai siswa mudah didapat di sekolah seperti buku bacaan bergambar, siswa lebih tertarik dengan buku bacaan yang bergambar dibandingkan yang hanya teks saja.
Peran orang tua juga tidak kalah penting dalam meningkatkan literasi membaca dan menulis siswa yaitu dengan melakukan pendampingan untuk mengulang kembali apa yang telah diajarkan disekolah. SMPN 5 Borong, Manggarai Timur merupakan salah satu sekolah yang menjadi sekolah penggerak yang mana kurikulum yang digunakan adalah kurikulum merdeka.
Dikarenakan SMPN 5 Borong, Manggarai Timur sekolah penggerak maka diwajibkan menerapkan dan menjalankan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan observasi dan wawancara kepada kepala sekolah guru maupun siswa kelas satu. Bahwa SMPN 5 Borong, Manggarai Timur sudah melaksanakan hal tersebut.
Enam dimensi yang terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sudah diterapkan terbukti dengan adanya jadwal pembiasaan seperti: Upacara Penaikan Bendera, Doa Bersama, Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia, Lagu Wajib, Lagu daerah, Gerak Literasi, Gerak numerasi, Gerak English day, Gerak Jasmani, Gerak Rohani, Gerak Gizi Seimbang, Gerak Operasi Semut.
Proses pembentukan implementasi literasi projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) bagi peserta didik SMPN 5 Borong, Manggarai Timur sudah berjalan sejak tanggal 14 Juli 2022 tahap awal yang pembentukan dilakukan yaitu dengan adanya sosialisasi oleh fasilitator dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) kepada kepala sekolah dan guru-guru.
Pasca sosialisasi tersebut kepala sekolah melakukan pertemuan kepada wali murid mengenai adanya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dimana akan diterapkan dan dijalankan oleh peserta didik.
Untuk meningkatkan pemahaman atas Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kepala sekolah dan para guru selalu mengikuti seminar yang diadakan oleh Kemendikbud. Sampai saat ini sudah mengikuti sebanyak empat kali seminar, sebagai bentuk pengawasan atas pembentukan dan pengembangan Projek Profil Pelajar Pancasila di SMPN 5 Borong, Manggarai Timur.
Dilakukannya kunjungan oleh fasilitator kemendikbud selama sebulan sekali untuk mengevaluasi perkembangannya.
Bentuk tanggung jawab kepala sekolah atas ditunjuknya SMPN 5 Borong, Manggarai Timur sebagai sekolah penggerak yaitu dengan cara menerapkan apa yang mereka dapatkan dari seminar-seminar tersebut untuk diterapkan di sekolah. Diantaranya dengan melakukan agenda rapat evaluasi tahunan dengan para guru salah satunya untuk memilih jumlah tema yang akan diambil pada tahun ajaran tersebut. Pada tahun ajaran 2022/2023 jumlah tema yang diambil sebanyak dua tema yaitu pada semester satu mengangkat tema Kearifan Lokal Budaya Manggarai, untuk semester dua tema yang diambil adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Inti dari Pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila terfokuskan pada para peserta didik, dikarenakan mereka baru pertama kali masuk Ke Sekolah Dasar, jauh dari orang tua.
Membuat siswa kelas satu kurang memiliki rasa percaya diri. Sehingga sebagian dari mereka masih ada yang belum bisa memahami apa itu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Solusi dalam mengatasi hambatan tersebut guru harus menumbuhkan rasa percaya diri dan menguatkan daya pikir mereka, jadi guru harus lebih berperan aktif untuk membimbing, mengajarkan dan mendampingi.
Selain itu peran orang tua murid sangat diperlukan juga dengan cara mengevaluasi dan mengulang kembali pembelajaran yang sudah dipelajari di sekolah. Komunikasi antara guru dan wali murid juga diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik baik disekolah maupun dirumah. Pihak sekolah mengajak wali murid untuk ikut serta membantu dalam mengimplementasikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, khususnya dalam pengerjaan proyek kecil maupun besar.
Kesimpulan
Memperkuat profil pelajar Pancasila melalui Kurikulum Merdeka di SMPN 5 Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah panggilan profesionalitas guru. Dengan memperkuat profil pelajar Pancasila terciptanya siswa yang memiliki karakter kuat untuk menerima keanekaragaman sebagai sebuah kekayaan yang ada di Indonesia. Keanekaragaman merupakan sebuah hal yang mesti disyukuri demi sebuah pembangunana karakter personal dan bangsa.
Daftar Pustaka
Aminullah. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, 3(1), 620-628.
Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila bagi Siswa di Era Globlisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 440-450.
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2011.
Ernawati, Y. & Rahmawati, F. P. (2022). Analisis Profil Pelajar Pancasila Elemen Bernalar Kritis dalam Modul Belajar Siswa Literasi dan Numerasi Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4).
Inayah, N. N. (2021). Integrasi Dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Menghadapi Era 4.0 di SMK Negeri Tambakboyo. Journal of Education and Learning Sciences, 1(1), 1-13.
Rusnaini., Raharjo., Suryaningsih, A. & Noventari, W. (2021). Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 230-249