Anak Muda Yang Menjauh Atau Paroki Yang “Menjauhkan” Anak Muda? |
Banyak dari kita mengeluh tentang keterlibatan aktif anak-anak muda di dalam Gereja. Kita seakan menjadi pengamat OMK yang menganalisa kehidupan mereka dengan berbagai persoalan dan tantangan yang mempengaruhi mereka sehingga mereka “seakan” menjauh atau tidak mau peduli dengan Gereja.
Baca: Perayaan Minggu Palma di Stasi Stella Maris Wae Cepang, Koor KBG Benteng dan Wae Maras Tampil Wow
Peran orang tua juga ikut kita bahas. Ketidakterlibatan OMK dalam Gereja karena bisa jadi pengaruh orang tua, keluarga dan teman-teman maupun lingkungan sekitar mereka. OMK selalu menjadi objek yang dibicarakan, didiskusikan dan bahkan dikeluhkan.
Namun pernakah kita;
“Para imam dengan seluruh perangkat DPP merefleksikan peran kita untuk melibatkan OMK secara aktif dalam Gereja. Apakah paroki-paroki sudah menjadi rumah kedua yang ramah dan terbuka bagi para OMK atau justru menjadi “neraka” yang menjauhkan OMK?”
Paus Fransiskus pernah mengajak agar Gereja-gereja di seluruh dunia dibuka 24 jam pada hari Jumad dan Sabtu untuk kepentingan rohani umat dan tentunya untuk OMK juga dalam hal adorasi dan pengakuan dosa. Paroki bisa menjadi rumah spiritual bagi OMK ketika paroki menyediakan tempat bagi OMK untuk menimba kekuatan rohani di sisi lain menjadi rumah spiritual yang mengkrasankan bagi mereka untuk berdevosi, sharing Kitab Suci, Evaluasi antar sesama OMK dan selalu dirindukan oleh OMK untuk selalu kembali ke paroki.
Apakah ajakan Paus Fransiskus ini sudah kita jalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani umat terutama OMK?
Baca: OMK ST. Stefanus Kende Melahirkan Pemimpin Baru Periode 2023-2026
Dalam Seruan Apostolik Pasca Sinode Paus Fransiskus (2019) Christus Vivit (64) Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa Orang Muda Katolik adalah the know of God (masa kini Allah). Artinya OMK yang memiliki banyak talenta yang bisa dikembangkan untuk perkembangan hidup beriman Gereja sejatinya menjadi kekuatan bagi Gereja karena dengan memberikan ruang kepada OMK untuk mengembangkan talenta mereka dalam setiap pelayanan Gereja, OMK tidak hanya masa depan Gereja melainkan masa kini Gereja.
Maka pola pikir bahwa OMK adalah masa depan Gereja sejatinya harus dirubah bahwa sejatinya OMK adalah masa kini Gereja. Dengan mengatakan bahwa OMK adalah masa depan Gereja maka kita seakan mengesampingkan kekuatan mereka, bahwa mereka belum mampu saat ini, nanti saja. Tapi dengan memandang OMK sebagai masa kini Gereja, maka tidak perlu menunggu besok atau lusa bahkan sekian tahun lamanya untuk memberikan ruang bagi mereka untuk melayani Tuhan dan Gereja.
Baca: Temu Akbar OMK Paroki St. Petrus dan Paulus Denge dalam Kegiatan Menari SAE
Maka menginginkan agar OMK terlibat aktif dalam Gereja, tidak hanya OMK dan keluarga serta orang tua yang dibahas, tetapi juga dari kita para imam bersama perangkat DPP perlu mengubah cara pandang kita tentang paroki seperti ajakan Paus Fransiskus sekaligus juga tentang OMK bahwa mereka bukan sekedar masa depan Gereja melainkan masa kini Gereja.
Bahkan perlu juga bertanya pada diri sendiri entah sebagai imam maupun DPP;
“OMK yang menjauh dari Gereja atau “kita, para imam dan DPP yang “menjauhkan OMK dari Gereja?”
Manila: 11-April, 2023
Tuan Kopong msf