Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Refleksi Hardiknas 2023: “Merajut Masa Depan Ekologi Manusia” (Environmental Education and Leader Ship)

Suara BulirBERNAS
Monday, May 8, 2023 | 11:57 WIB Last Updated 2023-05-08T05:10:59Z


Refleksi Hardiknas 2023:   “Merajut Masa Depan Ekologi Manusia”  (Environmental Education and Leader Ship)
Refleksi Hardiknas 2023:   “Merajut Masa Depan Ekologi Manusia”  (Environmental Education and Leader Ship)




Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2023 merupakan hari yang penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam membangun karakter bangsa menuju pada pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pendidikan berperan penting dalam membangun keyakinan dan pemahaman serta perilaku ekologis manusia. Munculnya berbagai kerusakan alam seperti bencana banjir, tanah longsor dan krisis lingkungan lainnya dinilai akibat berbagai kegiatan manusia yang selama ini tidak ramah terhadap lingkungan sekitar. 


Baca: Siap Ikut FL2SN, SMK Negeri 1 Satarmese Terima Berkat dari Pastor Paroki Narang


Salah satu faktor rusaknya lingkungan dipengaruhi oleh sikap manusia yang eksploitatif, hal ini juga dipicu dari pemahaman akan nilai-nilai lingkungan yang dirasa belum ditempatkan pada porsi yang tepat. Sikap dan tindakan manusia di awali dengan cara dia berpikir ekologis artinya bahwa ketika manusia memikirkan kedekatannya dengan alam dengan sendirinya terbangun kepedulian dalam dirinya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. 


Dengan kata lain, untuk mewujudkan watak dan karakteristik manusia yang berwawasan lingkungan langkah startegis yang harus dilakukan adalah melalui proses pendidikan berwawasan lingkungan, karena pendidikan merupakan wahana yang paling tepat untuk internalisasi dan transformasi keyakinan, nilai, pengetahuan dan ketrampilan. Dalam konteks ekologis pendidikan merupakan hal terpenting dalam menjaga system ekologis manusia.


Tidak mudah memang menanamkan nilai ekologis di era keterbukaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sikap dan mentaslitas manusia terhadap alam saat ini menumbuhkan model atau cara berpikir dan berperilaku yang eksploitatif. Seperti kerusakan hutan di Indonesia saat ini yang dinilai memicu berbagai krisis lingkungan seperti banjir, kebakaran, tanah longsor, erosi dan perubahan iklim. Pada saat yang sama pula nilai-nilai kultur dan sosial masyarakat perlahan terhimpit oleh kebutuhan ekonomi dan salah satu cara memenuhinya adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan. 


Oleh karena itu, tulisan ini sabagai refleksi kita bersama di Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2023 bahwa sejatinya dampak krisis lingkungan dipicu oleh sikap egois manusia yang menempatkan dirinya lebih superior dari alam. Akibatnya alam menjadi objek eksploitatif manusia yang tanpa sadar telah membawa dampak buruk bagi seluruh ekositesm kehidupan yang ada.   Kita kehilangan nilai-nilai kultur yang dapat membentengi diri kita dan lingkungan. 


Menurut Sudjoko, M.S, pendidikan lingkungan hidup (PLH) adalah cara mengubah pandangan dan perilaku seseorang terhadap lingkungan. Orang yang tadinya masa bodoh dengan lingkungan diharapkan berubah menjadi peduli dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pandangan pentingnya pendidikan dan ekologis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita saat ini. 


Baca: Hardiknas 2023, Kordikcam Satarmese Barat: Lahirkan Generasi Muda Kreatif, Inovatif, Cerdas dan Berbakat


Penguatan pendidikan berwawasan lingkungan memiliki tujuan yang besar diantaranya :

Membangun kesadaraan dan kepekaan terhadap lingkungan dan tantangan lingkungan

Membangun pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan dan tantangan lingkungan

Membangun sikap kepedulian terhadap lingkungan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan 

Mengembangkan ketrampilan untuk mengidentifikasi dan membantu menyelesaikan tantangan lingkungan

Partisipasi dalam kegiatan yang mengarah pada penyelesaian tantangan lingkungan. 


Selain pentingnya pendidikan lingkungan, gerakan kultur juga perlu digalakkan dalam rangka membangun kesadaran sosial untuk lingkungan yang sehat dan baik. Hal ini akan dapat terwujud jika manusia memiliki kapsitas yang baik tentang keyakinan, pemahaman dan perilaku ekologis. Minimnya wawasan lingkungan dan hilangnya gerakan kultur sosial masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan bagian dari krisis “kesadaran lingkungan”. 


Karena pada dasarnya kebiasaan sosial yang ramah lingkungan akan membentuk sebuah tradisi, nilai, ritual, symbol yang senantiasa hidup di masyarakat. Proses ini bukan hal yang mudah karena butuh komitmen, konsistensi serta solidaritas yang tinggi akan rasa memiliki dan melindungi alam dari segala ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. 


Di sisi lain kebudayaan telah membentuk dirinya dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat di tengah lajunya peradaban pembangunan modern, hilangnya nilai-nilai kultur dalam menjaga kelestarian lingkungan juga dipengaruhi oleh gaya pendidikan yang terlalu berorientasi pada hal-hal masa kini (modern), bukan tidak boleh, akan tetapi perlu adanya keseimbangan yang di tanamkan dalam diri generasi saat ini bahwa pendidikan  lingkungan bukan saja urusannya pada pengetahuan ilmiah semata akan tetapi penekanannya pada sikap, nilai dan kultur kita dalam hidup berdampingan dengan alam. Inilah yang dirasa telah hilang akibat berbagai praktik eksploitasi alam yang tidak proporsional serta tergerusnya nilai kultur lingkungan. 


Wahan Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) wilayah Nusa Tenggara Timur melihat bahwa potret kerusakan lingkungan di Indonesia khsusunya di NTT semakin hari semakin tidak terkendali, meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan kemerosotan lingkungan hidup. Seolah ada kesenjangan antara perilaku ekologis, pengetahuan dan perilaku budaya kita yang tidak lagi mementingkan alam sebagai pusat keseimbangan kehidupan. 


Baca: UPTD SMP Negeri 13 Satarmese Laksanakan PTS Berbasis Android dan Chrombook


Melihat fenomena krisis lingkungan, WALHI NTT pun berinisiatif membangun konsep pendidkan lingkungan di era pembangunan modern, salah satu strategi yang dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat lewat pendidikan lingkungan dan kepemimpinan lingkungan (environmental education and leader ship) dengan pendekatan kultur (environmental culture) tujuannya adalah untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan menyandingkan perilaku atau budaya dalam kehidupan yang ramah terhadap lingkungan. 


Salah satu agenda yang di bangun oleh WALHI NTT adalah melakukan edukasi lingkungan di dunia pendidikan baik itu di tingkat pendidikan rormal dan non formal lewat diskusi ilmiah tentang lingkungan dan tantanga. Kelompok inilah yang nantinya akan memberikan pengetahuan lebih lanjut kepada seluruh komponen masyarakat dan pemerintah agar berperilaku dan mengambil kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.


WALHI NTT menyadari hal ini bertujuan untuk menjawab tantangan dan masa depan ekologi manusia agar terus berjalan seimbang antara ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lingkungan hidup.  Krisis Lingkungan Hidup, Pendidikan dan Perilaku Ekologis hari ini telah membawa perubahan yang signifikan bagi kelompok masyarakat khsusunya petani dan nelayan yang menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam. Oleh karena itu, di Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023 kita bergerak bersama, merdeka dari kebodohan dan tetap mengedepankan perilaku pembangunan yang berkelanjutan untuk mewujudkan keadilan antar generasi. 



Oleh: Deddy F. Holo

Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2023

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Refleksi Hardiknas 2023: “Merajut Masa Depan Ekologi Manusia” (Environmental Education and Leader Ship)

Trending Now

Iklan