Demi Wujudkan Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, Guru Agama Katolik Jenjang SMA/SMK Sekabupaten Manggarai Gelar MGMP di Ruteng |
BernasINDO.id - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (PAKBP) jenjang SMA/SMK sekabupaten Manggarai digelar di Ruteng, NTT, pada Sabtu, (02/09/2023).
Pertemuan tersebut menjadi wadah sharing pengetahuan dan pengalaman kinerja serta pembelajaran bersama terkait kurikulum merdeka (merdeka mengajar dan merdeka belajar) dalam dunia pendidikan iman katolik dengan tema Transformasi Tehnologi Digital dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.
Baca: Penutupan Jamran 4 Kwarran 1207 di Bawah Panas Matahari, Camat Satarmese Barat Beri Komentar Bernas
Narasumber utama pertemuan MGMP, Dr. Marianus Mantovany Tapung, S. Fil, M.Pd memberikan pencerahan, inspirasi dan motivasi terhadap sejumlah guru agama Katolik untuk semakin mengenal, mendalami dan menguasai Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) sehingga menjadi pribadi growth set (mind set, tool set dan skill set).
Dosen Unika St. Paulus itu menerangkan pentingnya keterampilan kerja di abad 21 yang tidak terlepas dari elemen transformasi digital yakni data, strategi dan kepemimpinan, perubahan budaya dan komunikasi, pemgoptimalan proses dan tehnologi.
"Tuntutan transformasi pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran yang membawa siswa lebih dekat dengan kenyataan, menyajikan pengetahuan secara kritis dan reflektif, selanjutnya memosisikan guru sebagai fasilitator untuk memimpin dan mendorong proses pembelajaran (Insiyah, 2018) agar membentuk manusia seutuhnya; tidak hanya untuk mengembangkan kapasitas kritis-kritis individu siswa dalam hal aspek kognitif, emosional dan spiritual, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan kerangka sosial dan lingkungan", terang Manto saat kegiatan berlansung.
Mantovany menambahkan transformasi pembelajaran pada IKM menggarisbawahi ekosistem IKM dengan membangun perangkat Platform Merdeka mengajar, Serial webinar, komunitas, ruang pemanfaatan teknologi dan media, pembelajaran yang kontekstual, lingkungan belajar yang lebih mandiri, inovatif dan kreatif.
Baca: Pengalaman Baru Andik-Andik Gudep SDI Wongka dalam Jamran 4 Kwarran 1207 Sabar Tahun 2023
Selain itu, fasilitator itu menjelaskan ruang pemanfaatan teknologi yang dapat memantik para pendidik PAKBP untuk belajar mandiri dan atau mandiri belajar.
"Berbagai cara penggunaan teknologi dalam membuat produk / konten pembelajaran antara lain penggunaan video pendidikan, pembelajaran audio, multimedia interaktif, dan munculnya Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR)", tambahnya.
Lebih lanjut narasumber tersebut menerangkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang dapat mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan pelatihan untuk tingkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi rekan sejawat.
Tidak hanya itu, Mantovany melihat urgensi dan relevansi PMM dalam kurikulum merdeka yang memudahkan para pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan tehnologi dalam dunia pendidikan.
"Urgensi dan relevansi PMM dalam kurikulum merdeka bermaksud untuk, pertama, membantu pendidik dalam mendapatkan pemahaman referensi dan inspirasi untuk dapat menerapkan Kurikulum Merdeka. Kedua, Merupakan platform teknologi yang disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya. Ketiga, Membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman dalam IKM. PMM merupakan senjata utama yang harus dimiliki dan dieksplorasi oleh guru untuk mendukung IKM", jelasnya.
Baca: Camat Satarmese Barat Ingatkan Filosofi 4R saat Pembukaan Jambore di Kembur
Masih banyak hal yang dijelaskan Mantovany soal platform merdeka mengajar yang menekankan merdeka belajar dan merdeka mengajar.
Dalam kesempatan berikutnya, fasilitator memberi ruang diskusi seusai makan siang bersama. Momen diskusi semakin mendorong sejumlah guru yang hadir untuk meresapi pencerahan materi yang dibawakan Mantovany. Diharapkan guru lebih bersemangat untuk belajar mandiri agar pendidikan semakin bermutu di Manggarai.
Oleh: Nasarius Fidin
Penulis adalah guru SMK Negeri 1 Satarmese.