Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Video Pembelajaran Pada Matapelajaran PAKBP Kelas IV di SDI Golo Roke Kabupaten Manggarai Timur

Suara BulirBERNAS
Thursday, November 23, 2023 | 11:34 WIB Last Updated 2023-11-23T05:11:33Z

Oleh Yuliana Ndiru, S.Ag

(Unit Kerja: SDI Golo Roke, Manggarai Timur)


Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Video Pembelajaran Pada Matapelajaran PAKBP Kelas IV di SDI Golo Roke Kabupaten Manggarai Timur
 Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Video Pembelajaran Pada Matapelajaran PAKBP Kelas IV di SDI Golo Roke Kabupaten Manggarai Timur (foto ist.)



Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuhkan kembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) perserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar Pendidikan Agama Katolik menjadi mata pelajaran yang sangat penting dan fundamental. Hal tersebut karena Pendidikan Agama Katolik mengajarkan kepada perserta didik untuk memiliki sikap yang mencermikan nilai Rohani dan jasmani. Pendidikan Agama Katolik mampu mendorong peserta didik agar bisa melihat nilai Rohani atau jejak Tuhan di setiap perjalanan hidup mereka. 


Baca: UPTD SDI Wongka Kecamatan Satarmese Barat Melaksanakan ANBK di UPTD SDI Lenggos


Pendidikan sebagai subJek transformasi nilai, dalam perosesnya harus selalu memperhatikan siswa sebagai subJek pendidikan, dalam hal ini ranah piskologis siswa.sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan pendidikan, pendidik dan anak didik dalam upaya membantu mencapai tujuan pendidikan.


Pembelajaran merupakan suatu peroses yang melibatkan berbagai komponen, bersifat timbal baalik dan mencapai tujuan yang telah ditetapakan.pada dasarnya baik tidaknya pembelajaran yang berlangsuang sangat menetukan hasil belajar siswa terhadap konsep materi yang diajarkan.


Di dalam peroses pembelajaran, unsur peroses belajar memegang peranan yang sangat penting dan vital. Pembelajaran menjadi bermakna bila terjadi kegitan belajar siswa. Mengajar bagi seorang guru adalah usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal. Sedangkan belajar merupakan suatu peroses perubahan, yaitu perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari intreaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu peroses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu kebutuhan, sebagai hasil pengalaman individu untuk sendiri dalam intreaksi dengan lingkungannya.


Baca: Penerapan Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMPN 5 Borong


Penelitian ini dilakukan di SDI Golo Roke. Alasan utama pemilihan SDI Golo Roke adalah karena penulis mengajar di sekolah ini dan sudah mengenal dengan baik lingkungan sekolah ini. Penelitian hasil belajar siswa ini dilakukan supaya mengetahui sejauh mana hasil pembelajaran siswa sebelum menggunakan video pembelajaran dan setelah menggunakan video pembelajaran.


Pembahasan


1) Hasil tes Evaluasi


(1) Siklus I (1-30 Oktober 2022)

Dari hasil tes evaluasi siklus I yang dilakukan diperoleh hasil, di mana: > KKM (Kriteria Ketuntantasan Minimu) sebanyak 13 Orang, dan < KKM sebanyak 18 Orang, sehingga Tingkat Keberhasilan sebesar:


Berdasarkan hasil Tes Siklus I tersebut, terlihat ada siswa yang mengalami kesulitan pada pembelajaran berbasis konvesional karena hanya bergantung kepada sosok guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengethuan (fasilitator), yang banyak berbicara adalah guru sehingga guru adalah gudang pengetahuan dan siswa hanyalah orang yang harus siap mendengar dan menampung pengetahuan. Berbeda dengan melalui Video pembelajaran yang membuka ruang diskusi kepada peserta didik. Dalam menelaah Materi Agama Katolik melalui video pembelajaran, peneliti menampilkan gambar para nabi, video keselamatan oleh Jesus. Mereka akan mudah menangkap.


Terlihat dari hasil tersebut di atas bahwa hasil belajar siswa masih rendah karena, tingkat keberhasilan atau ketuntasan masih rendah yaitu 40% dengan nilai rata-rata 60,16.


a) Refleksi dan Perencanaan Ulang


Pada hasil observasi/pengamatan yang peneliti lakukan pada siklus I ditemukkan hal-hal sebagai berikut:

1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan media media video. Hal ini didapat dari hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam proses pembelajaran hanya mencapai skor rata-rata 1,84.

2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan video pembelajaran. Hal ini didapat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran hanya mencapai 1,70.

3) Hasil evaluasi siklus pertama mencapai rata-rata 60,16 dengan tingkat ketuntasan baru mencapai 40%.

4) Pada saat pembelajaran masih ada siswa yang belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah ditentukan, hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I per 1-31 Oktober, maka pada pelaksanaan Siklus II (01 November sampai 30 November) dapat dilakukan perencanaan sebagai berikut:

1) Membuat suasana tidak membosankan. Pembelajaran metode klasik itu kaku atau membosankan. Siswa kebanyakan ngantuk, jenuh dan hanya diam. Kurang partisipasi dalam pembelajaran materi sila-sila Pancasila.

2) Memberikan motivasi kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Pendekatan khususnya yaitu dengan melalui Video pembelajaran. Artinya, tidak saja memberi pointnya, tetapi dengan power atau materi Materi Agama Katolikyang bermutu. Dengan lain perkataan, kreativitas guru dan variasi pembelajaran itu sangat urgen (pentin).

3) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

4) Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).


2. Siklus II (tanggal 01 s/d 30 November 2022)


a. Perencanaan

Perencanaan siklus II berdasarkan repleaning siklus I, adalah sebagai berikut:

1) Membuat suasana tidak membosankan.

2) Memberikan motivasi kepada kelompok yang mengalami   kesulitan.

3) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

4) Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).


b. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x35 menit. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

1) Pada awal kegiatan belajar mengajar, peneliti memimpin “doa” terlebih dahulu setelah itu melakukan pencatatan terhadap kehadiran siswa. Dan peneliti mengulang materi yang diberikan sebelumnya.

2) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

3) Guru menjelaskan materi perihal Materi Agama Katolikkepada siswa.

4) Guru mengelompokkan siswa menjadi enam kelompok untuk menyelesaikan soal yang telah diberikan.

5) Siswa melakukan kegiatan belajar kelompok dengan arahan guru untuk menyelesaikan dan menentukan hasil dari tugas yang diberikan.

6) Guru menguji pemahaman dan kemampuan siswa dengan menyeluruh siswa mengerjakan soal-soal latihan lembar kerja siswa yang telah disediakan oleh guru.

7) Setelah waktu ditentukan berakhir, guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab soal.

8) Guru bersama siswa membahas soal-soal yang telah dikerjakan.

9) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.

10) Guru memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.


c. Pengamatan

Berdasarkan pengamatan/observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru maupun siswa dengan mengisi lembar pengamatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Situasi kegiatan belajar mengajar

Hasil pengamatan kolaborasi pada siklus II menunjukkan bahwa situasi kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada uraian dan foto/gambar sebagai berikut:

a) Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar selama siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. hal ini dapat dilihat dari segi keseriusan siswa dalam mengikuti dan memperhatikan penjelasan dari guru. Mereka lebih suka mangadakan pembelajaran secara variasi, dengan mendengar musik atau video dan menebak gambar.

b) Sebagian besar siswa termotivasi untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Peneliti memulai pembelajaran dengan animasi.

c) Siswa sudah mulai berani dan tidak kaku lagi.

d) Dalam mengerjakan soal-soal siswa terlihat lebih serius dan santai. Tidak tegang dan terkesan kaku.


2) Hasil Tes Evaluasi


 Dari hasil test yang dilakukan diperoleh hasil, di mana: > KKM (Kriteria Ketuntatasan Minimum) sebanyak 18 Orang, dan < KKM sebanyak 13 Orang, sehingga Tingkat Keberhasilan sebesar:


— x 100% = 56,68% Nilai rata-rata = 68,70


Berdasarkan hasil tes siklus II tersebut, terlihat siswa yang mengalami kesulitan atau kaku pada pemahaman Materi Agama Katolik mengalami perkembangan yang intensif. Pada soal tersebut masuk dalam katagori mudah dan sedang karena dibutuhkan keterampilan, ketelitian dan perhitungan. Dari data hasil tes evaluasi pada siklus II, tingkat keberhasilan atau ketuntasan mengalami lebih baik dibandingkan dengan siklus I adalah tingkat keberhasilannya sudah mencapai 56, 68% dengan nilai rata-rata 68,70. Dapat dilihat dari tingkat ketuntasan yang sudah mencapai 56, 68% yang berarti bahwa perbaikan pembelajaran telah berhasil, tetapi jika dilihat dari nilai rata-rata kelas, yaitu 68, 70, nilai tersebut masih di bawah KKM = 70. Oleh karena itu; perlu dilakukan perbaikan kembali guna meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan harapan.


Baca: Demi Wujudkan Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, Guru Agama Katolik Jenjang SMA/SMK Sekabupaten Manggarai Gelar MGMP di Ruteng


d. Refleksi dan Perencanaan ulang


Berdasarkan hasil pengamatan/observasi yang dilakukan peneliti pada siklus II dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1) Siswa sudah mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan belajar kelompok dan tepat waktu dalam melaksanakannya.

2) Siswa mampu menunjukkan keberanian dalam hal bertanya dan menjawab.

3) Keaktifan siswa sudah mulai membaik dalam mengikuti pelajaran, hal ini terlihat dari data observasi terdapat pada siklus I rata-rata sebesar 1, 70 meningkat menjadi 2,50 pada siklus II.

4) Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan suasana pembelajaran dengan menggunakan melalui Video pembelajaran. Aktivitas ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran, meningkatnya skor rata-rata pada siklus I sebesar 1, 84 menjadi 2,53 pada siklus II.

5) Meningkatnya kemampuan siswa menguasi materi pembelajaran. Dalam hal ini dapat dilihat dari hasil test evaluasi dengan tingkat ketuntassan 40% (rata-rata 60,16) pada siklus II menjadi 56,68% (rata-rata sebesar 68,70).

Dari hasil data refleksi yang akan dicapai belum maksimal, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus III.


3. Siklus III (01 Desember s/d 17 Desember 2022)


A. Perencanaan


Perencanaan pada Siklus III ini dari hasil data refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Guru perlu melakukan bimbingan lebih intensif terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan- latihan soal yang diberikan. Guru membuka dengan animasi atau gerakan otot agar tidak terkesan kaku sehingga pembelajaran semakin aktif.

2) Memberikan pengakuan atau penghargaan (reward) terhadap siswa yang berani mengerjakan di depan kelas baik jawabannya benar ataupun salah.


B. Pelaksanaan


Siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x35 menit = 105 menit. Adapun langkah-langkah kegiatan sebaagi berikut:

1) Pada awal kegiatan belajar mengajar, peneliti mempimpin doa terlebih dahulu setelah itu melakukan pencatatan terhadap kehadiran siswa.

2) Guru mengulang materi sebelumnya. Kemudian, guru mengawali dengan animasi gerakan untuk anak SD.

3) Guru menjelaskan materi tentang cara menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan pangkat tiga.

4) Guru mengelompokkan siswa menjadi enam kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa.

5) Siswa melakukan kegiatan belajar kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

6). Setelah saya mengevaluasi siklus II, Pada siklus III ini saya membawa soal perihal Materi Agama Katoliksebanyak 30 soal. Dan, semua siswa di kelas saya menyuruh untuk berdiri. Saya melempar satu-satu pertanyaan kepada siswa. Dan, saya membuat kontrak di awal pembelajaran, siapa yang bisa menjawab pertanyaan, ada reword atau hadiah. Hadiahnya adalah duduk.

6) Guru menguji pemahaman dan kemampuan siswa dengan menyuruh menjawab pertanyaan yang dilemparkan kepada 30 siswa.

7) Dalam proses pembelajaran melalui Video pembelajaran, saya membuka 30 Slide soal. Dan, apa yang terjadi?

9) Dalam 30 soal yang diberikan, begitu banyak dari antara siswa yang aktif dan angkat tangan untuk menjawab setiap pertanyaan.

10). Dalam tiga kali pertemua, semua aktif dan ingin untuk menjawab soal yang diberikan. Bahkan teman-teman yang sudah duduk masih mau menjawab soal yang diberikan.

10) Setelah siklus III selesai, Guru memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan metari yang akan dibahas.


C. Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan/observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru maupun siswa dengan melalui Video pembelajaran dengan 31 pertanyaan.


1) Situasi Kegiatan belajar Mengajar

 

Hasil pengamatan peneliti pada siklus III menunjukkan bahwa situasi kegiatan belajar mengajar dapat diuraikan sebagai berikut:

I. Pada siklus III ini, siswa telihat serius dan konsentrasi dalam memperhatikan penjelasan yang guru sampaikan. Dalam 31 soal yang diberikan, mereka sangat semangat dan antusias.

II. Guru juga telah berhasil melakukan motivasi terhadap siswa untuk berani menjawab. Setiap jawaban tidak akan dihukum.

III. Guru memberikan bimbingan dan arahan terhadap siswa yang masih ragu-ragu dalam menjawab.


2) Hasil Tes Evaluasi


Dari hasil tes yang dilakukan pada siklus III diperoleh hasil, dimana: > KKM sebanyak 25 Orang, dan < KKM sebanyak 6 Orang, sehingga Tingkat Keberhasilan sebesar:


Berdasarkan hasil tes siklus III tersebut di atas, terlihat siswa yang mengalami kesulitan pada materi sila-sila Pancasila. Dari hasil data tersebut terlihat bahwa tingkat keberhasilan atau ketuntusan mengalami kenaikan dibandingkan dengan siklus I maupun siklus II adalah tingkat kekeberhasilannya sudah mencapai 80% dengan nilai rata-rata 80,17%. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode dengan menggunakan melalui Video pembelajaran mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Siswa merasa suasana kelas tidak tegang dan kaku. Kelas dijadikan suasan “home” bagi mereka. Dan, di dalam kelas bebas menjawab karena semuanya tidak ada hukuman.


D. Refleksi


Berdasarkan hasil observasi/pengamatan yang peneliti lakukan pada siklus III ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sudah mengalami peningkatan dan siswa mampu memahami pelajaran melalui Media videot:

a) Siswa mampu membangun kerjasama dengan baik.

b) Siswa mulai serius dalam menirma materi yang disampaikan guru.

c) Siswa mulai aktif dalam mencari sumber belajar.

d) Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan belajar kelompok dan tepat waktu dalam mengerjakan soal- soal latihan.

e) Siswa mulai mempunyai keberanian untuk menjawab soal di depan kelas dan bertanya hal yang mereka anggap sulit.


Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa yang meningkat dari rata-rata skor 1,70 pada siklus I, rata-rata skor 2,50 pada siklus II dan meningkat menjadi 3,70 pada siklus III.


Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang aktif. Suasana pembelajaran aktif dengan memberikan banyak variasi terutama melalui melalui Video pembelajaran.


Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi guru dalam proses pembelajaran meningkat dan rata-rata skor1, 84 pada siklus I menjadi 2,53 pada siklus II dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 3,38.


Meningkatnya aktivitas siswa dalam melakasnakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi nilai rata-rata 60, 16 pada siklus I menjadi 68,70 pada siklus II dan meningkatkan kembali menjadi 80,17 pada siklus III.


Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran materi Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan video di kelas IV SDI Golo Roke yang telah dilaksanakan sebanyak tiga kali (tiga Siklus) dapat disimpulkan beberapa hal:


Proses pembelajaran PKn lebih khusus materi Pendidikan Agama Katolikyang dilakukan sebelum menggunakan media video dan variasi pembelajaran banyak didominasi oleh guru karena selalu menerapkan metode klasik atau konvesional. Dengan kata lain, metode yang menganggap guru adalah gudang pengetahuan dan murid adalah kertas kosong yang harus diisi dengan pengetahuan.


Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menggunakan media video pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan ke arah yang lebih baik dengan suasana belajar terlihat lebih aktif.


Hasil belajar siswa Kelas IV SDI Golo Roke setelah menggunakan media video pembelaran pada materi Pendidikan Agama Katolik menunjukkan adanya peningkatan, hasil belajar yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui nilai rata-rata. Nilai rata-rata di Siklus I: 60,16. Siklus II, yaitu 68, 70 dan siklus III adalah 80, 17.


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:


Kepala Sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada guru untuk memberikan variasi dan kreativitas menggunakan teknologi melalui media Video pembelajaran.

Bagi pengembang kebijakan Pendidikan, dapat meningkatkan pengelolahan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran Agama Katolik.

Sebagai pendidik, guru hendaknya menggunakan metode belajar yang membangkitkan motivasi minat serta aktivitas belajar siswa di dalam kelas.

Dalam proses pembelajaran, penerapan media video pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan.

Rekomendasi berikutnya adalah bagi calon-calon guru, siswa bukan kertas kosong dan guru adalah sumber atau gudang pengetahuan. Tugas guru adalah memantik semangat siswa untuk inovatif dan kreatif dalam pembelajaran. Sehingga, hard skill dan soft skill siswa SD Golo Roke sudah disiapkan sedini mungkin. Mereka sudah dilatih untuk bisa berpartisipasi sedemikian rupa.

Dalam metode konvesional, guru adalah fasilitator atau guru sebagai Gudang ilmu yang banyak berbicara daripada peserta didik atau siswa. Dalam metode sekarang yang penulis tawarkan melalui media video pembelajaran, guru adalah mentor yang baik yang mampu mengarahkan dan membiarkan siswa lebih banyak aktif dan kreatif dalam Proses Belajar Mengajar (KBM).



DAFTAR PUSTAKA


Grounlud, Psychology Teks, Terjemahan Tim Psikologi UI, New York: Mc Miland, 1995.

J. J. Hasibun, Peroses Belajar Mengajar Remaja, Rosdakarya: Bandung, 1992.

Kemendikbud Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Paket A setara SD/MI Tingkatan II Modul Tema 1, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2017.

Ketetapan MPR no xvII/MPR/1998 tentang pencabutan p4 dan menegaskan tentang pancasila sebagi dasar Negara.

Lubis, Maulana Arafat. Pembelajaran PPKN, Yogyakarta: Samudra Biru, 2018. Muhamad Ali, Guru Dalam Peoses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru,1993.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya: Bandung,1997. Salahudin, Mahfud, Pengantar Pendidikan, Suraabaya: Bina Ilmu, 1990.

Soegiti, Ari Tri dkk, Pendidikan Pancasila, Semarang: Unnes Press, 2016. Sulaiman, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Banda Aceh: Penerbit PeNA, 2016.

Suplemen pedoman penyusun dan penulisan skripsi, sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan (STKIP) kusuma Negara, 2022.

Vertika, Nadia. “ Contoh Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari”, Tersedia secara online di http:// Independent.academia.edu/nadiavertika, 24 Februari 2019.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Video Pembelajaran Pada Matapelajaran PAKBP Kelas IV di SDI Golo Roke Kabupaten Manggarai Timur

Trending Now

Iklan