Oleh: Sil Joni
Dengar Konser atau Berdoa? |
Lagu-lagu pop rohani bernuansa Natal yang didendangkan oleh kelompok koor (anggota paduan suara) begitu 'digdaya' dalam perayaan Ekaristi memperingati Hari Lahir Sang Juru Selamat. Mayoritas umat yang hadir dalam upacara itu, hanya mendengar dan menikmati pertunjukkan musik pop saja. Lagu-lagu Natal yang sudah mengumat dan sangat bermutu secara teologis, tak laku di arena konser itu. Umat semakin pasif dan kelompok koor kian aktif.
Baca: Tubuh Kurus dan "Tak Terurus (Sebuah Catatan Reflektif)
Ada kesan bahwa "performa" anggota paduan suara menjadi penentu tingkat kemeriahan dan bahkan kesakralan sebuah perayaan agung. Ketika kelompok koor tampil memukau, pasti mendapat apresiasi dan tepuk tangan meriah. Sang pemberi pengumuman dengan penuh percaya diri mengungkapkan bahwa perayaan kita semakin semarak dan sakral berkat kontribusi yang luar biasa dari grup vokal itu.
Efek lebih lanjut adalah terjadi 'persaingan' untuk mendapatkan status 'terbaik'. Setiap lingkungan atau Kelompok Basis Gerejawi (KBG) berusaha maksimal demi mendapat pujian sebagai kelompok koor terkeren. Tidak heran jika setiap KBG yang menanggung liturgi, 'mengerahkan segala daya' agar hasilnya lebih dari cukup. Setidaknya, banyak umat berdecak kagum dan selebran utama memberikan apresiasi.
Baca: Wajah Ayu dan Tampan Bukan Jaminan
Benar bahwa dalam ritual keagamaan, musik mendapat peran dan kedudukan yang istimewa. Upacara kultis-liturgis akan terasa hambar atau monoton, jika tidak ada musik. Saking sentralnya peran musik dalam liturgi, maka musik yang baik identik dengan doa. Qui bene cantat bis orat, siapa bernyanyi baik, dia berdoa dua kali. Itulah satu ungkapan bahasa Latin yang terkenal dan sering dikutip untuk mengapresiasi kualitas musikal yang terekspresi dalam sebuah seremoni keagamaan.
Tetapi, tidak dengan itu, kita 'menafikan' partisipasi umat dalam bermusik (baca: menyanyi). Hemat saya, ketika musik disamakan dengan doa, maka mengapa kita tidak beri ruang yang luas kepada semua umat untuk mengekspresikan doa lewat 'bernyanyi'?
Baca: Inilah Tubuhku!
Intensi utama kita datang ke gereja adalah berdoa (berkomunikasi dengan yang Transenden), bukan untuk dengar konser musik. Gedung gereja itu sebetulnya bukan aula pertunjukkan musik, tetapi ruang ideal untuk berdoa. Jika doa itu dinyatakan lewat lagu, maka sudah semestinya kita mendendangkan lagu-lagu yang sudah diketahui umat dan terbukti memiliki bobot teologis yang teruji.