Katolik: Tuhan Tidak Menciptakan Kesulitan, Namun Mengubah Kesulitan Menjadi Berkat (Luk 1:15-25) |
“Tuhan selalu mengubah setiap kesulitan yang kita hadapi menjadi berkat namun yang seringkali terjadi justru sebaliknya; “kitalah yang mempersulit diri kita sendiri dan Tuhan dengan ragam keluhan dan protes tanpa usaha penuh iman dan pengharapan.”
Baca: Meriahkan Natal 2023, Kaum Muda Stasi Lamba Sulap Kapela Dengan Dekorasi Indah
Sudah selesai kuliah namun belum dapat pekerjaan. Tuhan juga yang diprotes. Banyak utang. Tuhan juga yang disalahkan. Usaha gagal dan sakit tak kunjung sembuh, Tuhan juga yang digugat. Selalu saja ada alasan untuk mempersalahkan Tuhan, ah saya sudah berusaha dan berdoa namun sepertinya Tuhan tidak mau mendengarkan.
Sayapun pernah mengalami situasi seperti itu ketika saya tidak lulus test masuk seminari menengah di Hokeng. Benci dan merasa tidak dicintai dan dipanggil oleh Tuhan. Saya tidak mau melihat para frater, imam, suster dan bruder. Karena benci melihat semuanya itu. Dan untuk menumpahkan kebencian saya sebagai bentuk gugatan saya pada Tuhan, selama tiga tahun di SMAN Lewoleba saya hanya sekali mengikuti misa karena tugas dari guru Agama Katolik. Untuk apa berdoa dan misa toh tidak lulus masuk seminari menengah, demikian ungkapku kala itu.
Saya mulai mengenal yang namanya pergaulan bebas dengan segala bentuknya yang bagiku saat itu adalah; “ini duniaku.” Saya mulai mencintai dunia yang penuh kebebasan tanpa peduli sakit akan menimpah saya dan mulai melupakan cita-cita menjadi seorang imam. Saya merasa sebuah kehidupan yang sedemikian indah tanpa harus membuang-buang waktu untuk mengikuti misa.
Namun kebebasan dan keindahan fana yang kurasakan itu seketika berubah ketika saya harus masuk rumah sakit dan berbaring lemas dengan tensi 78 dan tidak menyadarkan diri selama enam (6) jam di Rumah Sakit Bukit Lewoleba. Berbagai penyakit mulai ketahuan akibat pergaulan bebas. Dalam kondisi yang lemah, Tuhan hadir dengan cara dan kuasa-Nya menyembuhkan saya pada saat yang tepat sebelum ujian EBTANAS pada tanggal 06-Mei-1996.
Baca: Kontekstualisasi Mariologi Sosial Ala Gregorius Pasi SMM
Dari situ cita-cita menjadi imam yang sempat hilang oleh kenikmatan duniawi yang kualami, seketika berkobar. Kusampaikan kepada kedua orang tuaku bahwa saya mau masuk seminari dan ingin menjadi imam. Mendengar itu bukannya mereka senang namun malah heran; “yang benar” memangnya kamu yakin bisa menjalani kehidupan di seminari dan menjadi seorang imam?”
Saya menjawab; “intinya setelah tamat, bapak siap mengantarkan saya untuk melamar.” Mama masih mengatakan padaku; “nak, di seminari itu harus bisa berdoa.” Saya menjawab; “intinya sebelum berangkat, mama ajarkan saya doa Bapa Kami, Salam Maria, Saya Mengaku dan Doa Tobat.”
Setelah sekian perjalanan untuk melamar namun masih ditolak akhirnya saya dan bapak menuju ke Kalsel untuk melamar di Seminari MSF Johaninum. Lagi-lagi hampir ditolak karena sudah terlambat dua bulan. Teman saya tuju orang sudah memulai proses belajar dua bulan sebelum saya tiba. Tidak masalah terlambat, intinya saya masuk. Dan sekali lagi Tuhan menunjukan kuasa dan cara-Nya yang tepat dan luar biasa dimana dari kami berdelapan justru yang terlambat datang yang menjadi imam dan seorang bruder hingga hari ini.
Tidak berhenti di situ, sepulang dari geladi bersih Tahbisan Diakon (13-April-2007) di Seminari Tinggi Kentungan untuk Tahbisan Diakon pada 14-April-2007, kami mengalami kecelakaan di jalan Condong Catur. Mobil yang kami (7 calon diakon) tumpangi menabrak tiang listrik dan terguling sebanyak tiga kali dan menurut masyarakat sekitar dengan melihat kondisi mobil ada di antar kami pasti meninggal dan masuk ICU, namun semuanya selamat.
Baca: 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐀𝐝𝐯𝐞𝐧 𝐈𝐈𝐈: 𝐒𝐮𝐤𝐚𝐜𝐢𝐭𝐚, 𝐃𝐨𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐒𝐲𝐮𝐤𝐮𝐫
Dari pengalaman sederhana ini saya kemudian menyadari bahwa kesulitan dan penderitaan itu datang bukan karena Tuhan tidak mencintai kita melainkan karena kita sendiri yang menciptakan kesulitan dan penderitaan tersebut. Tuhan selalu mengubah setiap kesulitan yang kita hadapi menjadi berkat namun yang seringkali terjadi justru sebaliknya; “kitalah yang mempersulit diri kita sendiri dengan ragam keluhan dan protes tanpa usaha penuh iman dan pengharapan.
“Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, jika kita tetap memiliki iman dan pengharapan.” (Luk 1:36b).
Manila: 18-Desember, 2023
Tuan Kopong MSF