Oleh: Sil Joni*
Ketika Ibu "Berkarya Dalam Ruang Politik (Orasi Politik Imajiner Caleg Perempuan) |
Pertama nian, syukur kepada Tuhan, karena kita boleh berjumpa di kampung ini dalam suasana yang penuh persaudaraan dan keakraban. Saya sangat yakin bahwa perjumpaan semacam ini bisa terjadi karena kita saling mengasihi. Kita semua adalah saudara (satu darah) dalam nama Tuhan Sang Cinta itu. Setuju?
baca: Berkenalan Dengan Dr. Kanisius Jehabut
Karena kita ini satu darah, maka saya 'hadir' di sini, sebagai salah satu dari anggota keluarga besar di sini. Saya sebagai ibu, saudari, ase dan mungkin sebagai ipar dite. Sebagai weta dan ine dite, tentu saya merasa satu rasa dan satu nasib dengan bapak ibu semua. Rasa bahagia, derita, dan harapan dari bapak ibu semua, tentu menjadi rasa gembira, derita dan harapan saya juga. Setuju?
Sebagai weta agu Ine dite, saya coba membuka hati untuk berjuang bersama bapak ibu dalam memperbaiki kehidupan bersama kita melalui jalur politik. Saya berjuang melalu partai X dalam pemilihan legislatif kali ini. Sebagai ibu yang peduli, motto saya adalah "Mengabdi dengan Hati". Hati saya tergerak dan terpanggil untuk memperjuangkan kebaikan bersama di wilayah ini melalui kerja-kerja politik.
Sejauh ini, saya satu-satunya calon legislatif (caleg) yang mewakili perempuan (gender) di kampung ini. Bapa ibu harus percaya bahwa 'seorang ibu' tidak mungkin menelantarkan anaknya. Seorang ibu pasti memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan anak-anaknya. Hanya ibulah yang tahu persis dan peduli dengan kebutuhan anaknya.
Baca: Semakin Dikritik, Elektabilitas Paslon Prabowo-Gibran Terus Melesat
Oleh karena itu, saya mohon dukungan doa dari bapak ibu, adik kakak dan semua handai tolan di sini. Beri saya kepercayaan dan kesempatan untuk mewujudkan rasa cinta dan kepedulian saya terhadap kondisi bersama kita di sini. Saya sangat mencintai wilayah ini. Rasa cinta itu akan disalurkan secara lebih besar jika saya mendapat amanah sebagai 'jembatan dan pengeras suara' dari bapak ibu semua. Sekali lagi, tolong beri ruang bagi ibu, weta gemi ho'o untuk berkarya dalam bidang politik agar rasa cinta ibu bisa diterapkan dengan baik.
Besar harapan saya, agar 'weta dite, ine dite' ho'o, melekat di hati bapak ibu semua. Kita saling mendoakan agar kita semua tetap sehat dan diberi petunjuk untuk memilih yang terbaik dalam pesta demokrasi 2024 nanti. Menurut saya, sosok seorang ibu, sangat layak dipertimbangkan sebagai salah satu figur terbaik tersebut. Setuju? Saya yakin, ruang politik akan banyak berubah jika semakin banyak perempuan mengabdi di sana.
Baca: Jangan 'Perkosa' Nama Itu (Bukan Tana Mori tetapi Golo Muri)
Jadi, tolong ase ka'en, jangan anggap remeh kemampuan para ibu. Hati seorang ibu itu seluas samudra. Tingkat kepekaan dan kepedulian ibu terhadap keadaan bersama jauh lebih besar ketimbang pria. Jika berkenan, bapak ibu jangan ragu lagi untuk memilih ine, weta dite ho'o. Setuju? Sekian dan terima kasih.