Natal: Sukacita Yang Berduka, Pengharapan Yang Letih (bdk. Luk 2:1-14) |
“Natal adalah menjadi jalan bagi yang “berdukacita” untuk memuliakan Allah dengan penuh sukacita.”
Pada hari Jumad, 22-Desember-2023 saya kembali berjumpa dengan mereka (sepasang “suami isteri) dalam ruang pengakuan dosa. Sebelumnya pada beberapa bulan yang lalu mereka juga datang mengaku dosa kepada saya.
Dalam pengakuan dosa itu, setelah selesai memberikan absolusi saya memberanikan untuk bertanya kepada seorang ibu yang lebih dulu mengaku dosa demikian; “saya selalu melihatmu bersama suamimu dan anak-anak kalian mengikuti misa setiap hari Minggu, namun tidak menerima komuni kudus. Kenapa?
Ibu tersebut menjawab; “Karena kami belum menikah secara sah dan sakramen di gereja Padre, maka anak-anak kamipun belum bisa menerima komuni pertama meski mereka sudah berumur 11 dan 13 tahun.
Mendengarkan jawaban itu, tergeraklah hati saya oleh belas kasih untuk membantu dan menolong mereka. Saya kembali bertanya; “apakah kalian sudah siap untuk menikah secara sah dan sakramen di dalam gereja dan juga anak-anak kalian akan saya bantu untuk menerima komuni pertama?”
Dia kembali menjawab; “itu adalah satu-satunya harapan kami selama ini. Kami mau menjadi Katolik yang taat meskipun selama ini ada banyak tawaran dari komunitas gereja lain untuk pindah ke gereja mereka. Namun kami sadar Katolik masih yang terbaik dan lebih religius.”
Mendengar jawaban demikian sayapun menyampaikan; “baik, nanti ibu tunggu saya. Setelah suamimu mengaku dosa saya akan membawa kalian ke kantor paroki.” Setelah itu suaminya masuk dan mengaku dosa. Setelah absolusi sayapun mengajukan pertanyaan yang sama dan juga mendapatkan jawaban dan harapan yang sama dari sang suami.
Setelah itu saya keluar bersama sang suami dan meminta yang lain untuk menunggu sebentar. Saya mengantar pasangan ini ke kantor paroki untuk bertemu dengan sekretaris paroki. Di hadapan sekretaris paroki saya kembali mengajukan pertanyaan yang sama kepada mereka berdua dan jawaban serta harapan masih sama. Saya kemudian mengatakan kepasa sekretaris paroki;
“Saudari segera buatkan jadwal kursus persiapan hidup berkeluarga untuk mereka berdua dan juga pembinaan bagi anak-anak mereka untuk komuni pertama. Kita agendakan perkawinan mereka dan komuni pertama anak-anak mereka di bulan Januari. Tidak ada pembayaran apa-apa termasuk stipendium juga tidak ada. Cukup untuk administrasi saja.”
Sebuah pengalaman sederhana yang bagi saya ini adalah Natal sesungguhnya. Wajah Yesus nampak dalam wajah mereka yang penuh harapan untuk bersatu dengan Kristus dalam Sakramen Perkawinan dan juga melalui komuni pertama anak-anak mereka. Namun juga menjadi Natal bagi saya untuk membawa terang Kristus kepada mereka sehingga terang harapan mereka tidak padam.
Yesus lahir di tengah mereka yang sedang terombang-ambing dan hampir putus asa. Kelahiran Yesus adalah untuk mendamaikan dan meneguhkan pengharapan mereka yang galau dan hampir putus asa. Kelahiran Yesus semakin nyata dalam hidup keluarga dan rumah tangga mereka ketika Kabar Sukacita disampaikan juga kepada mereka dan membawa mereka untuk melihat kelahiran Yesus secara nyata melalui bantuan kecil dan sederhana yang coba saya berikan sebagai Kado Natal buat mereka.
Ada sebuah sukacita yang saya alami karena boleh membagikan sukacita Natal untuk pasangan ini yang berada dalam ketidakpastian dan menghadapi tantangan yang cukup besar. Natal ada kelahiran Cinta dan Solidaritas Allah bagi umat manusia, maka pengalaman ini menyadarkan saya bahwa Natal sejatiny menjadi terang bagi sesama yang berada dalam “kegelapan” untuk mampu melihat dan merasakan kehadiran Allah yang menyertai kita “Emanuel.”
Manila: Desember, 2023
Tuan Kopong MSF