Semakin Dikritik, Elektabilitas Paslon Prabowo-Gibran Terus Melesat

Semakin Dikritik, Elektabilitas Paslon Prabowo-Gibran Terus Melesat (ilustrasi-unair)

Oleh: Sil Joni*

Proses pencalonan 'anak presiden', Gibran Rakabuming Raka yang berpasangan dengan Prabowo Subianto dalam kontestasi Pilpres 2024 menuai kontroversi. Pasalnya, kuat dugaan bahwa pencalonan itu sarat dengan nepotisme. Presiden yang tidak lain ayahnya sendiri 'turut andil' dalam membentangkan 'karpet merah' bagi Gibran untuk menjadi Cawapres.

Baca: Jangan 'Perkosa' Nama Itu (Bukan Tana Mori tetapi Golo Muri)

Teater nepotisme dan dinasti politik diperlihatkan secara telanjang. Demi memuluskan pencalonan Gibran, konstitusi pun 'dibegal'. Pelbagai siasat licik, termasuk upaya memanipulasi konstitusi, diperagakan secara gamblang.

Alhasil, pasangan calon (Paslon) Prabowo-Gibran dan presiden Joko Widodo menjadi sasaran 'amukan kritik publik'. Semburan api kritik terus dimuntahkan ke ruang publik. Jokowi, di ujung kekuasaannya, dinilai telah menghancurkan demokrasi. Trend kemunduran praksis berdemokrasi pada periode 2 kekuasaannya, terus meningkat.

Baca: Dari Altar Menuju Pasar: Sebuah Panggilan Politik Ala Fransiskus Kurniandi Tulis

Kendati 'dihujani' dengan kritik yang bertubi-tubi, ternyata tingkat keterpilihan (elektabilitas) Paslon ini malah semakin menanjak. Simpati dan dukungan konstituen mengalami lonjakan yang signifikan. Boleh dibilang, derasnya badai kritik publik itu, seolah membawa berkat tersembunyi (blessing in disguise).

Buktinya, hasil survei dari semua lembaga kredibel memperlihatkan hasil yang mencengangkan. Paslon Prabowo-Gibran berada pada posisi top dengan selisih suara yang cukup lebar dengan Paslon yang berada di urutan dua. 

Baca: Revolusi Politik Menuju Indonesia Emas 2045

Yang teranyar adalah hasil survei Balitbang Kompas.  Survei terbaru menunjukkan elektabilitas paslon Prabowo-Gibran mengungguli pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Diberitakan bahwa Paslon Prabowo-Gibran mendapatkan 39,3 persen suara, sedangkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 16,7 persen dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 15,3 persen.