Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Bersyukur Sebagai Wujud Nyata Beriman

Suara BulirBERNAS
Sunday, January 21, 2024 | 09:32 WIB Last Updated 2024-01-21T02:53:01Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Bersyukur Sebagai Wujud Nyata Beriman
Bersyukur Sebagai Wujud Nyata Beriman





Orang beriman itu adalah dia yang tahu bersyukur kepada Tuhan. Dia bersyukur atas nafas Kehidupan. Dia bersyukur atas udara yang segar. Dia bersyukur atas matahari yang menyinari bumi. Laut yang luas membentang. Bumi yang indah. Ternak yang berlimpah. Kebutuhan yang mencukupi. Para keluarga dan sahabat, kenalan yang supportif-partisipatif. Bersyukur pula atas kemajuan ilmu dan pengetahuan yang kian pesat dan memudahkan kehidupan manusia.


Baca: Studi Bersama Memaknai 100 Tahun Konferensi Waligereja Indonesia, Sedekenat Larantuka


Manusia beriman tetap bersyukur dalam segala situasi kehidupan baik saat susah maupun senang; sukses maupun gagal. Nah yang tetakhir ini tidak mudah.


Tentunya ada orang-orang yang merasa aneh jika diajak untuk bersyukur dalam kegagalan, kesedihan, kesulitan. Lebih mudah diterima akal sehat jika kita bersyukur saat bergembira dan sukses.


Jika kita bisa bersyukur saat mengalami kesusahan atau kegagalan berarti kita memiliki kerendahan hati bahwasanya kita tidak sempurna. Kesempurnaan itu milik Tuhan semata. Dalam kesusahan dan kegagalan iman kita diuji, diasah, dipertajam, dinaikkan kelasnya; apakah iman kita itu hanya sebagai kosmetik (tempelan luar) ataukah kita beriman sejati, beriman kokoh, teguh, kuat?


Bersyukur Atas Kesuksesan


Kita akan mudah bersukur atas kesuksesan seseorang. Misalnya: lulus ujian skripsi, tesis, disertasi. Seseorang diwisuda, dilantik menjadi pejabat, naik pangkat, juara sayembara, juara pertandingan dan perlombaan. 


Baca: Salib Adalah Tentang Nilai dan Bukan Rasa Perasaan


Ada satu kisah menarik.

Sebut saja namanya Amel. Dia seorang gadis cantik. Dia seorang yatim piatu. Tak ada ayah dan ibu kandung lagi. Hanya paman dan keluarga yang memelihara. Beruntung, setamat SMP dia diangkat jadi anak oleh satu keluarga mapan. Dia akhirnya menyandang gelar Sarjana Akuntansi. Syukur kepada Allah. Terima kasih kepada orang tua, paman, terutama kepada "Orang tua angkat" yang begitu peduli pada keberhasilan dan masa depan si Amel. Amel jangan berbesar kepala. Amel mesti tahu bersyukur. Dia kesti tahu pula berterima kasih kepada orang tua angkat yang "all out"; sepenuhnya menopang diri fan masa depannya. Amel jangan menjadi kacang lupa kulit. Amel mesti ingat "waktu susah, hidup menderita, yang tak menentu". Amel mesti tetap menjadi pribadi yang kuat. Dia mesti sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa dia bukan siapa-siapa dan tak ajan jadi siapapun tanpa bantuan orang lain. Amel berdiri teguh hingga kini, karena rahmat Tuhan, dukungan sesama (terutama orang tua angkatnya) dan komitmen diri untuk meraih masa depan yang lebih baik.


Life Must Still Go On: Hidup Mesti Terus Berlanjut


Amel dan kita sekalian mesti sadar bahwa hidup ini akan terus berlanjut. Usai tamat SD, masih sekolah SMP. Usai tamat SMP masih sekolah di SMA/SMK. Setelah tamat SMA/SMK masih ada kuliah. Setelah kuliah, masih mencari atau menciptakan pekerjaan. 


Setelah mendapatkan pekerjaan atau menciptakan pekerjaan masih mencari pasangan hidup. Setelah mendapatkan pasangan hidup, mesti melanjutkan keturunan. Konsekuensinya siap melahirkan, membesarkan, mendidik, dan menyiapkan masa dekan terbaik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka yang menikah. 


Memenuhi Kebutuhan Hidup: Bagian Dari Ucapan Syukur


Hampir semua manusia memunyai kebutuhan. Sebut sebagai contoh:


Pertama, kebutuhan Sandang atau pakaian layak pakai. Manusia normal membutuhkan pakaian layak pakai oakai.


Kedua, Pangan atau makanan dan minuman layak konsumsi. Idealnya memenuhi persyaratan kaum ibu PKK +Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) yakni: berimbang, bergizi, bervariasi. 


Baca: 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐈𝐈: 𝐌𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢, 𝐁𝐞𝐫𝐣𝐮𝐦𝐩𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐈𝐤𝐮𝐭


Ketiga, Papan atau rumsh layak huni. Memastikan bahwa rumah bukan hanya sebagai "house" atau gedung tetapi terutama sebagai "home", suasana yang nyaman dan aman. Memastikan penghuninya betah untuk hidup, berkarya dan berkreasi dalam kehidupan.


Keempat, Tetap berjuang belajar seumur hidup (long life education). Jangan pernah berhenti atau merasa puas untuk belajar.


Kelima, Tetap merawat diri dan kesehatan secara holistik. Bagian ini ada salam. Salam "SEROJA yakni SEhat ROhani JAsmani". Sehat jiwa, sehat pula raganya. 


Menimba Nilai Rohani


Pertama, dari Santo Paulus (Bdk. 2 Tesalonika 1:3-12).


Dalam oerikop ini, kita diminta untuk melakukan dan menghayati nilai rohani, antara lain:


#). Kita wajib mengucap syukur kepada Allah atas kasih setia-Nya dalam hidup kita sejak dari kandungan ibu kandung kita hingga kandungan ibu pertiwi. Singkatnya dari kelahiran hingga kematian.

#).  Kita wajib berdoa memibta kekuatan Tuhan agar kita layak bagi panggilan-Nya. Sesungguhnya, kekuatan Tuhan memampukan kehendak kita untuk berbuat baik dengan tetap bersyukur serta kita berjuang untuk menyempurnakan segala pekerjaan iman untuk memuliakan nama Tuhan Yesus di hadapan seluruh dunia dan aneka ciptaan Allah.


Kedua, Menghayati Pesan Yesus (Bdk. Mateus 11:25-30).

Saya mendasarkan refleksi saya tentang nilai rohani ini melalui tulisan A. Y. Wiyadi. Menurutnya, perikop ini berisikan ajakan Juruselamat. Tentu saja, sesuai gelar atau sebutan bagi-Nya, Juruselamat, maka ajakan Yesus juga membawakan keselamatan. Oleh karenanya, kalau mau selamat, maka taati dan hayati "Ajakan Sang Juruselamat", antara lain:

Pertama, kita mesti srlalu bersyukur. Bersyukur berarti menerima dengan sukacita segala hal yang direncanakan dan diberikan Tuhan.


Kedua, Bersikap rendah hati.

Ternyata, Tuhan itu berkenan kepada orang yang rendah hati.


Ketiga, Datang dan dekatkanlah dirimu dengan Tuhan Yesus setiap saat. Itu berarti kita memberikan ruang kepada Tuhan Yesus untuk berperan dalam kehidupan kita.


Keempat, Berani memikul tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Kita tidak melarikan diri. Kita tidak melemparkan kesalahan kepada orang lain (baca: cuci tangan gaya Pilatus).


Kelima, Kita perlu belajar dari Yesus. Dialah teladan kelemahlembutan, kerendahan hati dan tahu mengucapkan syukur.


Untaian Kalimat Penghabisan:


Semakin kita dekat dengan Tuhan, kita semakin bersukacita dan tahu bersyukur. Kita semakin mengetahui arah mana yang kita tempuh dan nilai-nilai rohani mana yang mesti kita hayati.

Tetaplah tahu bersyukur sebagai wujud hidup keberimanan kita. Selamat bersyukur.




*). Penulis adalah makhluk yang sedang berjuang untuk terus nemahami rasa syukur, menghayati  dan tekun melaksanakannya. Dia tetap berjuang untuk menghargai proses dan meminimalisir keluhan dakam kehidupan (Hokeng, 21.1.24).

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bersyukur Sebagai Wujud Nyata Beriman

Trending Now

Iklan