Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

House dan Home (Laki-laki dan Perempuan)

Suara BulirBERNAS
Friday, January 5, 2024 | 08:05 WIB Last Updated 2024-01-05T01:13:49Z

Oleh: Sil Joni*


House dan Home (Laki-laki dan Perempuan)
House dan Home (Laki-laki dan Perempuan)




Dua kata Bahasa Inggris dalam judul ini, secara sepintas diterjemahkan dengan 'rumah' dalam Bahasa Indonesia. Tetapi, jika ditelaah lebih dalam, ternyata dua kata itu, memiliki kandungan makna yang berbeda.


Baca: Dari 'Homo Sapiens' ke 'Homo Videns'


Kata house merujuk pada rumah sebagai 'bangunan fisik' semata. Sedangkan, home itu lebih dari sekadar 'yang bersifat bendawi'. Kata itu merujuk pada 'suasana' yang terjadi di dalam rumah itu. Boleh jadi, kita hanya tinggal dalam rumah (house) tanpa menikmati home (baca: suasana yang menyenangkan).


Kita sering mendengar ungkapan, 'dia tidak merasa at home (betah berada di rumah)'. Rumah yang megah dan mewah, tidak dengan sendirinya menghadirkan situasi 'at home'. Itu berarti suasana at home itu tidak bergantung pada kemegahan sebuah bangunan.


Saya 'tergoda' untuk membuat semacam perbandingan house dan home itu dengan peran laki-laki dan wanita. Hemat saya, laki-laki (pasti  tidak semua) bisa 'membangun house', tetapi tak sanggup menghadirkan 'home'. Sebaliknya, boleh jadi, wanita (tidak semua) tidak bisa 'membuat house', tetapi sangat terampil menciptakan suasana home itu.


Karena itu, kolaborasi produktif antara laki-laki dan perempuan menjadi prasyarat transformasi house ke home. Rumah tanpa wanita, kemungkinan tak memiliki roh. Rumah semacam itu, tak bisa menjadi 'istana', tempat di mana 'hati' kita ditakhtakkan.


Baca: Waktu Berlalu, Tulisan Tetap Tinggal


Jadi, lelaki bisa membangun rumah (house), tetapi wanitalah yang bisa membuatnya jadi 'home'. Wanita itu identik dengan keindahan. Ketika rumah itu dihiasi dengan keindahan, maka kita pasti betah (at home) tinggal dalam rumah itu.


Boleh dibilang, keindahan adalah kebijaksanaan wanita. Sementara itu, dalam taraf tertentu, kebijaksanaan adalah keindahan laki-laki. Kebahagian dalam rumah akan terasa jika unsur kebijaksanaan dan keindahan itu dipadukan.


Dalam terang pemikiran ini, maka benarlah sabda biblis yang mengatakan: "Tidak baik kalau manusia itu hidup seorang diri". Laki-laki butuh sosok perempuan dan sebaliknya. Meski berasal dari "planet lain" (baca: berbeda karakter), keduanya bisa hidup bersama dalam sebuah keluarga.


Realitas perbedaan antara keduanya dilihat sebagai rahmat. Mereka bisa 'tidur seranjang' meski dengan mimpi yang berbeda. Yang paling mengagumkan adalah mereka berpartisipasi dalam karya penciptaan justru dalam kenyataan bahwa keduanya berbeda.


Predikat sebagai co-creator dimungkinkan oleh rasa cinta. Ketika dua makhluk 'berbeda jenis' saling mencintai, maka dunia ini seakan milik berdua. Mereka dengan bebas menuntaskan proyek penciptaan itu.


Baca: Tahun Baru: Jalan Pulang Ke Betlehem, Jalan Kembali Ke Nazareth


Akhirnya, hai laki-laki, sayangi wanita. Sebuah rumah tanpa wanita ibara tubuh tanpa jiwa. Rumah fisik dan rohani bakal tak terurus jika wanita menyingkir dari rumah. Hidup laki-laki, dalam banyak kasus 'semakin berantakkan' setelah ditinggal pergi oleh wanita (istrinya).



*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • House dan Home (Laki-laki dan Perempuan)

Trending Now

Iklan