Oleh: Sil Joni*
Jagung Muda yang Bikin Awet Muda? |
Untuk tampil 'awet muda', laki-laki dan perempuan, punya jurus yang berbeda. Kaum Adam umumnya bermain dalam ranah pikiran. Selama seorang laki-laki berpikir bahwa dirinya masih muda, maka pasti dirinya bertingkah layaknya seorang muda.
Baca: Bahasa Ibu untuk Pendidikan Dasar
Sementara itu, 'tua wanita' itu sesuai dengan apa yang ditampakkannya. Selama wanita menampakkan dirinya bak seorang masih muda, maka ia tetap awet muda. Barangkali berdasarkan kecenderungan itu, wanita lebih sering pergi ke salon kecantikan agar terlihat lebih segar.
Bagaimana dengan lelaki? Selama lelaki berpikiran muda, maka dirinya akan awet muda. Tidak heran, lelaki senang sekali 'bercanda' dengan wanita muda atau sekurang-kurangnya berbincang tentang pesona kaum hawa yang berpenampilan seksi dan jelita.
Lalu, apa hubungan antara 'jurus awet muda' itu dengan 'jagung muda'? Benarkah makan jagung muda membuat kita lebih awet muda? Sebetulnya, bukan soal 'khasiat jagung muda' yang bikin awet muda yang mau dielaborasi dalam tulisan ini.
Baca: Boganatar: "Saat Kembali", Berkisah, Bernostalgia dan Memberi Makna"
Saya coba menangkap 'hasrat untuk tetap terlihat muda' dalam perbincangan ketika melahap 'jagung muda' bakar di kebun milik Dr. Bernadus Barat Daya Hari ini, Minggu (14/1/2024) Kebun itu terletak di Lengkong Leleng, Dalong, Desa Watu Nggelek.
Hadir dalam acara 'bakar dan makan jagung muda' itu antara lain, Pak Jon Kadis (pernah mencalonkan diri sebagai Bupati dan anggota DPRD Mabar), Pak Jefri Hampu bersama ibu, Pak Frans Ndejeng sekeluarga, pak Roby Dos sekeluarga dan tentu saja Dr. Bernardus Barat Daya sekeluarga sebagai tuan rumah.
Sementara itu, menu tambahan yang diracik pihak tuan rumah, begitu bervariasi yang membuat gairah kita dalam melahap 'jagung muda', meningkat drastis. Betapa tidak, di atas lesehan (terpal yang terbentang di bawah pohon bambu), sudah tersedia 'sambal tradisional', percampuran antara lombok, jeruk nipis, garam, tomat, daun kemangi dan daun kacang panjang. Tersedia juga dua jerigen moke putih (tuak bakok) sebagai minuman pencuci mulut dan 'menu ulat yang hidup dalam kayu Mbahong yang dibakar dalam tabung bambu (bobo) sebagai hidangan pamungkas.
Namun, semua itu hanya 'sarana' agar suasana perbincangan semakin seru sehingga 'rahasia awet muda' itu tersingkap. Menu lokal yang tampak begitu istimewa itu, menjadi tidak berguna jika tidak tercipta 'situasi' kehangatan di mana semangat muda mengalir dengan lancar.
Sebuah inspirasi tak terduga, diperlihatkan oleh Pak Jon Kadis (JK) siang ini. Beliau memancing kami dengan pertanyaan sederhana: 'Anda kenal daun ini (pen: kemangi) dan apa manfaatnya'? Sontak saja, kami semua meledak, tertawa sepuas-puasnya. "Untuk meningkatkan produksi hormon muda Pak Jon", jawab saya sekenanya.
Pak JK menjadi tambah bersemangat. Dia coba 'menghidupkan suasana' dengan menceritakan pengalaman (nyata dan imajinatif) terkait efek dari makan 'daun kemangi' itu. "Gairah muda saya kian berlipat hanya dengan makan daun ini", ujar JK yang disambut dengan gelak tawa semua yang ada di sekitar pondok kecil itu.
Sepanjang 'acara makan jagung muda' ini, dengan gayanya yang khas, pak JK tak pernah kehabisan inspirasi dalam menyampaikan 'guyon' yang membuat kami lebih muda dari usia. Pak JK 'sukses' menstimulasi hormon muda dalam pikiran kami sehingga bisa bertingkah dan bercakap layaknya 'remaja matang' yang kasmaran.
Baca: Respons Bupati Edi Terhadap ASN yang Terlibat "Judi Daring"
Bahkan, dengan sekian sering memompa selera humor semacam itu, dirinya sangat optimis bisa mencapai usia 100 tahun. Dengan rutin dan teratur, dirinya menyuntikkan 'hormon muda' dalam pikiran. "Hidup ini untuk dinikmati, bukan jadi beban", ungkap pak JK yang diamini oleh Dr. Barat Daya.
Sampai di sini, saya 'terjaga' bahwa bukan jagung muda yang bikin awet muda, tetapi hormon muda yang diproduksi pikiranlah yang membuat lelaki seperti pak JK, Pak Dus, dll tampak awet muda. Dr. Dus Barat malah dengan penuh percaya diri berkata: "Saya ini k'ae Jon, tampak sebagai 'anak sulung' dari Mama Resa ketimbang suami, jika dilihat dari sisi kebugaran saya saat ini".
Makan jagung muda untuk episode Minggu (14/1/2024) kali ini, terasa sungguh spesial. Ini sebuah pengalaman langka dan sangat berharga.
Untuk itu, apresiasi setinggi-tingginya kepada Dr. Barat Daya bersama ibu, yang telah memfasilitasi dan mengkreasi 'ruang perjumpaan' bertabur kisah indah ini. Dalam dan melalui 'acara sederhana' ini, setidaknya saya bisa menimba inspirasi bagaimana menikmati hidup dalam setiap lintasan peristiwa kecil bersama orang lain.
Memproduksi pikiran muda, bisa menjadi kapital yang bagus dalam menghasilkan inovasi dan karya yang bersifat progresif. Usia hanya keterangan angka bagi yang selalu berpikiran muda. Raga boleh tua, tetapi pikiran dan semangat hidup, tidak boleh layu.
*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.