Oleh: RP Stefanus Dampur SVD*)
Hari itu, Minggu, 21 Januari 2024, Keluarga besar SMAK Santo Mikhael Solor di bawah pimpinan Kepala Sekolahnya, RD. Boni Hurint bersilaturahmi ke Pondok Pesantren dan Remaja Masjid Darul Sidik Apelame. Kunjungan silaturahmi ini merupakan bagian dari kurikulum merdeka belajar.
Dalam rilisnya, RD. Boni Hurint menegaskan: "Panggilan untuk membangun Moderasi Beragama merupakan sebuah keharusan yang dimenangkan oleh setiap agama di dalam kehidupan bersama.
Setiap agama terpanggil untuk menjadi pelopor dalam memaknai Moderasi
beragama dengan sesama manusia yang beragama lain".
Lebih lanjut Romo yang mempunyai aura positif ini berkata:
"Berangkat dari keterpanggilan ini maka Lembaga Pendidikan Sekolah
Menengah Agama Katolik (SMAK) Santo Mikhael Solor (Peserta didik, Dewan
guru, Komite dan Orangtua wali murid) melaksanakan silahturami bersama
dengan Pondok Pesantren, Remaja Masjid dan kaum Muslim-Muslimat di Apelame-Desa Watanhura II Kecamatan Solor Selatan".
Menurut Romo Boni, demikian Beliau lazim disapa, "Kegiatan dimaksud diawali dengan doa bersama, shering bersama tentang kehidupan iman yang berpuncak dengan makan bersama (makan lamak) sebagai tanda Persaudaraan kasih (Kakan Dike Arin Sare) dan diakhiri dengan berjabatan tangan untuk tetap menjalin dan menjaga sikap toleransi".
Beliau menjelaskan tujuan kegiatan Moderasi Beragama ini sebagai berikut:
Pertama, Sebagai pengimplementasian dari tahun Moderasi beragama
dan Toleransi beragama yang menjadi Program Kerja Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kedua, Sebagai pengimplementasian dari Lima Mata pelajaran Keagamaan,
teristimewa Mata pelajaran Pastoral Katekese yang dibelajarkan pada Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) dalam asuhan
Kementerian Agama Republik Indonesia.
Ketiga, Sebagai bentuk pembelajaran bersama bagi Peserta didik untuk
membangun sikap saling menghormati dan menghargai, membangun
Keimanan, Ketakwaan, Berakhlak mulia serta berkebhinekaan global, Mandiri,
Bergotong,-royong, Bernalar kritis dan Berkreasi antarsesama yang beragama
lain, sebagai bentuk pengaktualisasian dari Projec Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5) sebagai Mandat dari Kurikulum Merdeka".
Lebih jauh, Romo yang sudah lama berkarya di Keuskupan Larantuka ini mengungkapkan refleksi bernasnya: "Keterpanggilan untuk mengaktualisasikan Moderasi Beragama ini dilandasi
pada kisah penciptaan, dimana kita semua diciptakan menurut gambar dan citra
Allah sendiri. Serentak dengan itu, manusia diberikan tugas untuk menghadirkan keselamatan bagi dirinya dan juga bagi sesamanya, termasuk sesamanya yang berbeda agama dengannya. Itu berarti, masing-masing pemeluk agama hendaknya saling menghormati dan mengasihi sebagai saudara.
Barangsiapa membangun tembok maka ia sendiri akan terkurung
dalam tembok itu. Barangsiapa membangun jembatan, akan membuka jalan untuk sebuah perjalanan panjang, yang bermuara pada komitmen untuk menjadi Pelopor Moderasi Beragama”.
Sungguh, kegiatan Moderasi Beragama ini sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan agar memperkuat toleransi dan hubungan baik antara pemeluk suatu agama dengan umat beragama lainnya. Sesungguhnya, substansi dari toleransi ini ada dua yaitu:
Pertama, sadar bahwa kita berbeda (we are different) dan;
Kedua, oleh karenanya, kita wajib saling menghargai satu sama lain (we must respect one another).
Perbedaan itu adalah anugerah dan rahmat Allah. Itulah sebabnya para pendiri bangsa kita menggaungkan motto: "Unity in diversity, satu dalam perbedaan, Bhineka Tunggal Ikha artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua".
Selamat merawat kebhinekatunggalikhaan kita di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tetap menjadi Panglima Moderasi Beragama. Tetap jaga spirit: "Unity in Diversity".
*). Penulis adalah pendukung toleransi dan kebhinekatunggalikhaan manusia dan seluruh alam semesta.