Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menabur Kebaikan, Menuai Keselamatan

Suara BulirBERNAS
Tuesday, January 23, 2024 | 12:09 WIB Last Updated 2024-01-23T05:23:33Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Menabur Kebaikan, Menuai Keselamatan
Menabur Kebaikan, Menuai Keselamatan





Catatan Awal


Prinsip tabur-tuai menjadi hal erat berhubungan satu sama lain. Untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, benih membutuhkan media yang baik pula. Secara biblis, benih  adalah gambaran firman Allah dan media adalah gambaran manusia. Firman Allah disebarluaskan oleh manusia. Maka, kita membutuhkan kekuatan Allah untuk menumbuhkembangkan sabda-Nya lewat manusia yang terpilih. Karena itu, Sabda Allah disebarluaskan lewat bahasa yang dimengerti oleh manusia dalam ruang lingkup tertentu.


Baca: Rabu Abu, Valentine’s Day Dan Pilpres 2024: Kekuatan Cinta Tanpa Ukuran


Penabur Firman Allah


Allah, dengan pengantaraan para nabi Perjanjian Lama, menjadi penabur sabda-Nya. Sabda itu ditanamkan dalam hati para nabi dan para nabi itu menjadi "corong Firman Allah". Setiap orang beriman, mendengarkan Firman Allah lewat para nabi. Peran para nabi sangat disegani, dihormati, didengarkan. Demikianpun para imam (menguduskan) dan raja (memimpin) juga menjadi penabur Firman Allah dalam konteks kedudukan dan fungsi masing-masing. 


Kemudian, dalam konteks Perjanjian Baru, penabur Firman itu ialah Yesus Kristus dan Dia sendirilah merupakan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia (misteri inkarnasi) dan tinggal di antara kita (misteri Immanuel). Lalu dalam Jemaat perdana (zaman para rasul), para rasul itulah penabur Firman Allah.


Tugas ini kemudian diteruskan oleh para Paus, Uskup, Imam (Klerus) hingga kini dan seterusnya. Singkatnya, kita tak pernah kekurangan penabur dan pewarta Sabda Allah dalam Gereja dan dunia, sebab hal ini merupakan tugas terpisahkan dari semua anggota gereja (Klerus: paus, uskup, imam), Biarawan-biarawati dan segenap awam Katolik.


Baca: Kebaikan Merupakan Aplikasi Kasih Sejati


Kita membutuhkan "Tanah Subur" Memastikan Bertumbuhnya Sabda Allah


Ada empat (4) macam tanah dalam perumpamaan Yesus seturut perikop Injil Mateus 9:1-23


1). Tanah di pinggir jalan;

2). Tanah Berbatu;

3). Tanah Penuh Semak Berduri;

4). Tanah yang Subur.

Hanya tanah jenis keempat (ke-4) yaitu tanah subur yang menghasilkan sesuai harapan si penabur. Tiga jenis tanah pertama ( Tanah di pinggir jalan; tanah berbatu; dan  tanah penuh semak berduri) tidak bisa menghasilkan secara maksimal.

Sesungguhnya hasil tidak bergantung pada benih atau bibit tetapi bergantung pada jenis tanah.

Semakin subur tanah maka benihpun akan bertumbuh dengan suburnya, berbunga, berbuah dan pada gilirannya menghasilkan panenan berlimpah.


Berlandaskan Inspirasi Permenungan Pater Frans Ndoi, SVD


Pada zaman Yesus, cara menanam ialah dengan menabur atau menyiram saja benih (baca bahasa Manggarai: wecak bibit, wecak wela). Saat menabur, ada beberapa situasi dan kondiri terjadi:


Pertama, ada benih yang jatuh di tanah di  pinggir jalan. Jalan adala tempat umum untuk orang lewat dari dan ke manapun pergi. Siapapun bebas menggunakan jalan. Bahkan burung-burungpun bisa mondar-mandir di jalan untuk mencari makanan. Benih yabg jatuh dan dilihat oleh burung-burung langsung mereka cotok atau makan.  Benih tidak jadi bertumbuh karena berada di wilayah bebas, siapa dan apa saja bisa lewat. Apa hubungannya dengan hidup manusia? Usaha atau niat tidak berhasil karena hidup terlalu bebas dan tanpa batas. Semua petunjuk, nasihat dan arahan tidak berguna karena orang mau hidup bebas, sesuka hati dan turut maunya saja.


Baca: Bersyukur Sebagai Wujud Nyata Beriman


Kedua, Tanah Berbatu.

Lapisan tanahnya tipis (untuk konteks orang Golo Waso-Lengko Ajang, tanah di Beo Manga juga di Golo Mbe dan Lodok Ramong, Kosor dan Golo Tengker, itu tanah berbatu).Di atas tanah berbatu, benih bisa tumbuh tetapi akarnya terhambat masuk ke dalam karena tertahan batu cadas. Lapisan tanahnya cuma sedikit. Benih yang ditanam, bisa langsung mati. Apa kaitannya dengan hidup manusia? Semua petunjuk, nasihat, arahan diterima tetapi perhatian dan minatnya tipis atau cuma sedikit. Tidak akan ada hasil maksimal kalau minat cuma sedikit. Sebaik dan sebernas apapun nasihat, sepertinya tidak berguna (bahasa Congkar: ngetuk bon, ngetuk adong, tema kaoy).


Ketiga, Tanah di semak berduri. Duri di israel besar-besar, keras dan tajam. Bandingkan mahkota duri yang ditaruh di kepala Yesus. Benih yang bertumbuh di semak berduri akan sulit dirawat dan akan terhimpit lalu mati. Apa hubungannya dengan hidup manusia? Semua nasihat, petunjuk dan arahan yang diterima tidak dirawat dengan baik karena terhimpit oleh kebiasaan buruk: malas, sombong, berjudi, mencuri,  menipu, terlalu santai, mental enak, dll. Di samping kebiasaan buruk juga faktor lingkungan yang tidak mendukung, apatis (cuek bebek), permisif (membiarkan hal jahat terjadi), kebiasaan merusak, patologis, dll.


Bagaimana supaya berhasil? Caranya: 

*). Kita mesti menjauhkan diri dari pola pikir yang terlalu mengagung-agungkan kebebasan yabg melampaui batas kewajaran dan etika serta kebiasaan baik yang diajarkan Tuhan serta kearifan lokal dalam adat masyarakat.


**). Kita mesti memunyai minat dan perhatian terhadap tugas yang dipercayakan kepada kita.


***). Kita perlu memilih dan memilah lingkungan pergaulan kita (Petuah Manggarai: "Kawe reba hae ata di'an: cari teman yang punya karakter dan kebiasaan atau sifat baik). Dalam  Alkitabpun sudah ditegaskan bahwa pergaulan jelek merusakkan kebiasaan baik. (Bdk 1 Korintus 15:33).


Keempat, Tanah yang Subur. Tanah yang subur adalah tanah yang menghasilkan. Tanah yang subur untuk hidup yang berhasil bagi manusia adalah hidup bebas ada batasnya. Ada minat yang serius (passion) dan hidup dalam lingkungan yang sehat, yang mendukung kemajuan dan kesuksesan serta kebahagiaan hidup manusia.


Catatan Akhir


Setiap manusia normal tentu saja menghendaki kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup dan bukan kegagalan dan penderitaan. Oleh karena itu, kalau mau sukses dan bahagia hendaknya kita menyiapkan lahan atau tanah yang subur untuk memastikan pertumbuhan, perkembangan dan pembuahan serta panenan yang berlimpah. Kita perlu memberi makanan bergizi dan bermutu untuk pikiran, perkataan dan perbuatan kita agar semakin selaras dengan kehendak Allah sehingga firman-Nya mudah masuk dan menjadi pedoman kehidupan kita. Mari kita menabur kebaikan di tanah subur iman, pengharapan dan kasih kita sehingga kita menuai kebahagiaan dan keselamatan. Menanam kebaikan, menuai keselamatan.




*) Penulis adalah warga bumi yang senantiasa berjuang menabur kebaikan untuk menuai keselamatan. Karena itu, penulis butuhkan rahmat Tuhan, dukungan sesama sahabat dan memperkuat komitmen pribadi.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menabur Kebaikan, Menuai Keselamatan

Trending Now

Iklan