Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menjadi Nabi dan Raja yang Berwibawa dan Berintegritas

Suara BulirBERNAS
Monday, January 29, 2024 | 11:01 WIB Last Updated 2024-01-29T05:46:24Z

 Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*


Menjadi Nabi dan Raja yang Berwibawa dan Berintegritas




(Refleksi Kontemporer, Kritis, Realis, Biblis tentang Kepemimpinan/Leadership)



Nabi dan Pemimpin: Siapakah Engkau?


Nabi adalah pewarta. Dia mewartakan Sabda Allah dan menuntut ketaatan dan kesetiaan dari para pengikutnya. Apa yang diwartakan para nabi adalah kebenaran Allah dan bukan kebenaran manusia. Nilai tertinggi yang diwartakan para nabi adalah keselamatan universal. Sang Nabi tak mau seorangpun binasa. Itu juga yang menjadi kehendak Allah. Tidaklah mengherankan jika disebut bahwa Nabi adalah "Corong Allah", perpanjangan mulut Allah, yang mewartakan kebaikan, kebenaran, keselamatan, keadilan, kebahagiaan dan keselamatan kekal.


Baca: Menjadi Hamba Allah: Melakukan Apa Yang Allah Minta dan Menjauhi Segala Larangan


Pemimpin adalah dia yangrnunjukkan arah dan semangat sehingga tujuan bersama tercapai.

Oleh karena itu, sejatinya, pemimpin itu memunyai visi, nilai, stategi, kualitas berwibawa, berintegritas. Pemimpin juga adalah motivator, koordinator, animator dan administrator handal.


Sangat aneh rasanya , jika seorang pemimpin di era demokrasi ini dipilih atau diangkat menjadi pemimpin publik, karena keluarga penguasa meskipun kualitas kecerdasan begitu rendah. Kenyataannya: dia tak memunyai pengalaman dalam hal kemampuan berkoordinasi. Tidak mampu memberikan animasi atau semangat kerja kepada staf atau bawahan, tidak mampu merancangkan pertemuan, mempersiapkan notulensi rapat, membuat reportase, ringkasan dan kesimpulan. Orang membicarakan hal lain sama sekali dan menyimpulkan beda sama sekali.


Parahnya lagi pemimpin seperti ini tidak tahu merumuskan masalah pokok. Oleh karena itu dia mengandalkan kaum pembisik dan penjilat. Dia juga tidak tahu membuat analisis pemerkaitan, kesimpulan, kebijakan tetapi sangat pandai membuat  keputusan problematis dan banyak melakukan "blunder".

 Pemimpin seperti diuraikan di atas, sungguh tidak berwibawa dan tidak berintegritas. Dia juga tidak profesional, tidak berkompeten serta tidak memunyai skill atau keterampilan.


Si pemimpin tidak berwibawa dan tidak berintegritas ini hanya tahu "menjadi pencari muka, dekat dengan pengusasa yang haus kuasa dan cenderung bersikap diktator-otoriter. Bagi kaum diktator, berbefa dengan mereka berarti musuh dan musuh harus dieliminasi. Pemimpin otoriter akan main kuasa, angkuh, sombong dan tak berperikemanusiaan.


Baca: Yesus Saja Tak Kecanduan Pujian, Tapi Kita Malah Adiktif Pujian


Bagi pemimpin diktator-otoriter, siklus manajemen sangat tidak diperhatikan. Semua kekuasaan hanya ada di tangannya. Perencanaan sesuai seleranya, pembagian tugas tidak jelas, pelaksanaan tugas tidak jelas, pengawasan hanya untuk pihak musuhnya dan evaluasi untuk oknum di luar dirinya l. Dirinya sendiri diatur untuk kebal hukum.

Pengawasan dan evaluasi tidak dibuat maka skandal dan kasus pencurian dan penyelewengan  semakin parah dan memuakkan.


Ada analogi kuno yang mengatakan: "Jika kepala ikan busuk, maka jangan dibeli, sebab tubuhnya pasti ikut membusuk. Ikan itu justru membusuk dari kepalanya. Kepala ikan itu paling cepat membusuk".


Jika kepala (baca: pimpinan busuk) cuek-bebek, permisif, tidak peduli dengan tugas pokoknya dan hanya mengutamakan hobby pribadi dan kenikmatan lainnya, maka jangan pernah mengimpikan bawahan yang tekun, setia, jujur, tertib, disiplin dan berdedikasi tinggi.


 Dalam kesempatan demikian, karyawan akan ramai-ramai menyeleweng, mencuri berjemaah, tipu berjemaah, kongkalikong antara seksi, unit, divisi. Akan menguatnya perkoncoan massal yang sungguh menghancurkan lembaga/institusi.


Belajar Kewibawaan dari Musa


Inti pesan perikop Kitab Ulangan 18:15-20 membenarkan adanya kenabian di Israel. Sejak Yahweh mewahyukan diri-Nya kepada Musa di gunung Horeb, sabda-Nya menentukan jalannya sejarah keselamatan, dengan wibawa Ilahi. 

Melalui Musa, umat Israel mengenal kehendak Yahweh (Bdk. Rubrik Misale Hari Minggu dan Hari Raya, p. 897).


Belajar dari Kewibawaan Ilahi Yesus


Seturut Injil Markus 1:21-28, Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa (berwibawa dan berintegritas). 

Yesus adalah Sabda yang hidup.

Sabda-Nya diperteguh oleh kuasa mengusir roh-roh jahat atau setan.

Kuasa jahatpun mengakui Yesus sebagai Putera Allah. "Kami tahu, Engkau adalah Anak Allah, Yang Kudus dari Allah", demikian pengakuan setan-setan terhadap Yesus.

Sungguh banyak orang yang melihat dan merasakan mukjizat yang dibuat Yesus (...). 

Yesus menekankan bahwa pengikut-Nya perlu menjalankan pertobatan dan kembali ke jalan Allah, jalan kebenaran, jalan keselamatan.


Mutiara  Sabda Allah untuk Kita Hayati.


Pertama, kita membutuhkan Pemimpin berwibawa dan berintegritas tinggi dan mempunyai kecerdasan maksimal dan bukan sekedar minimal atau "rata net" saja.


Baca: Persaudaraan Adalah Berjalan Bersama


Kedua, kita (khususnya orang Kristen) perlu belajar dari nabi Musa dan Tuhan Yesus dalam hal mendalami kewibawaan ilahi (beriman teguh, berkehendak kuat, rajin berdoa dan merenungkan Kirab Suci dan tetap berbuat baik).


Ketiga, kita diajak untuk bertobat.

Kita mesti memperbaiki apa yang kurang-kurang. Kita kembali ke jalan Allah, jalan kebenaran;

 "Supaya kamu melakukan yang benar dan baik dan melayani Tuhan tanpa gangguan" (Bdk. 1 Kor 7:35).


Catatan Akhir


Menjadi pemimpin yang berwibawa dan berintegritas itu mesti dekat dengan Allah, belajar terus mengolah akal sehat/pikiran, olah raga, olah rasa, olah karsa, selalu mau belajar dari referensi yang orisinal, belajar dari pengalaman, tingkatkan kecerdasan. Lakukan yang baik, benar, penting, berguna, menyelamatkan dan membahagiakan semakin banyak orang.


Pemimpin berintegritas, tetap menjaga kemurnian pikiran, kecakapan perkataan dan kejelasan tindakan agar tetap seiring-sejalan.


Pemimpin berintegritas tinggi tetap menjaga agar menjaga kesatuan integral antara verbal (ucapan) dan aksi (tindakan nyata). Dengannya, dia mudah diteladani. 


Pemimpin berintegritas adalah dia yang bisa berjalan di depan, untuk menunjukkan arah dan tujuan, bisa berada di tengah, sebagai bentuk keterlibatan dan partisipasi dengan yang dipimpinnya dan bisa berada di belakang, supaya mendorong warganya yang agak lamban supaya tetap bergerak maju mencapai visi atau ideal yang telah disepakati bersama. Selamat menjadi nabi dan raja yang berwibawa dan berintegritas tinggi.





*). Penulis adalah pemimpin misa pertama dan kedua (menjadi "imam/menguduskan, nabi/mewartakan dan raja/memimpin") Pusat Paroki Hokeng pada Minggu, 28 Januari 2024. Minggu terakhir di bulan Januari 2024.

Selamat menjadi "Nabi dan Raja" yang berwibawa dan berintegritas tinggi di era digital.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menjadi Nabi dan Raja yang Berwibawa dan Berintegritas

Trending Now

Iklan