Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menyemai Politik Gagasan Bersama Mahasiswa

Suara BulirBERNAS
Saturday, January 20, 2024 | 14:00 WIB Last Updated 2024-01-20T07:29:08Z

Oleh: Sil Joni*


Menyemai Politik Gagasan Bersama Mahasiswa
Menyemai Politik Gagasan Bersama Mahasiswa




Di tengah gersangnya politik ide dalam kontestasi politik Pemilu 2024, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam wadah Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Komodo-Boleng Mataram (IMPKBM) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan Diskusi Publik. Acara yang dikemas dalam bentuk Talk Show itu dilaksanakan Hari ini, Kamis (18/1/2024)  di Bumdes Raes Kafe, Desa Gorontalo, Labuan Bajo.


Baca: Keterlibatan Imam Katolik Dalam Politik Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Profetis


Saya diminta untuk menjadi salah satu 'pemantik api diskursus' dalam sesi bincang-bincang itu. Pertama nian, tentu saja apresiasi yang tinggi diberikan kepada sekelompok mahasiswa itu yang telah mengkreasi dan memfasilitasi ruang perbincangan yang elegan dan bermutu tersebut.


Meski hanya bermain pada level politik gagasan,  apa yang diperlihatkan oleh para mahasiswa itu, setidaknya 'mematahkan' anggapan bahwa mahasiswa cenderung apolitik selama ini. Mereka membuktikan bahwa mahasiswa sebaga 'homo acedemicus' bisa berkontribusi dalam meningkatkan derajat partisipasi publik dalam momen kontestasi. Bahkan, menurut saya, dalam dan melalui acara 'diskusi politik' semacam ini, para mahasiswa punya kemauan baik untuk menambah bobot kualitas dari hajatan politik tersebut.


Tema kegiatan itu adalah: "Menuju Pemilu 2024 yang Damai dan Berintegritas". Saya coba berkomentar sekenanya terhadap tajuk acara itu. Fokus kritik saya adalah relasi kontradiktoris antara Pemilu dengan sifat 'damai dan integritas'. Hemat saya, politik pada umumnya dan kontestasi Pemilu khususnya merupakan pertarungan merebut kuasa.


Baca: Skor Performa Debat dan Elektabilitas Paslon


Sebagai sebuah kompetisi, tentu saja ciri antagonisme, perdebatan dan bahkan pergesekan ide, tak bisa dihindari. Terhadap  perbedaan pilihan politik misalnya, rasanya kita tidak mau 'berdamai' untuk menyerah begitu saja. Kita berjuang sekuat tenaga agar jagoan kita tampil sebagai kampium. Jadi, bertarung secara 'damai' itu, menjadi hal yang naif dan mustahil terjadi.


Bagaimana dengan 'integritas'? Kata ini terlalu 'mewah' untuk disandingkan dengan Pemilu. Pasalnya, Pemilu adalah kompetisi perebutan kuasa politik. Semua trik, intrik, dan manuver diperlihatkan agar nafsu memburu kuasa, lekas terwujud. Dalam banyak kasus, pelbagai permainan politik itu, sangat bertolak belakang dengan nafas integritas.


Baca: Agar Tidak Berlabuh ke Lain Tubuh (Omong-omong Soal 'Politik Tubuh')


Politisi atau elit politik mana yang begitu setia 'menerapkan cara berintegritas' untuk menjadi pemenang kontestasi? Bisa dipastikan bahwa kandidat yang 'bermain dengan jujur dan tulus', akan terjungkal. Sebaliknya, mereka yang piawai memperagakan kreativitas iblis dalam menggaet simpati publik, punya kans yang besar untuk meraih hasil maksimal. 


Kendati demikian, seruan untuk melaksanakan kontestasi secara 'damai dan integritas' tetap aktual untuk gemakan. Suara etis-profetis semacam itu, bisa dijadikan 'awasan' agar para aktor politik menjaga dan merawat marwah demokrasi.


Pertanyaan kita selanjutnya adalah benarkah Pemilu menjadi momentum untuk memproduksi pemimpin politik yang punya integritas dan berkualitas? Tidak mudah untuk memberikan jawaban definitif terhadap pertanyaan ini.


Secara teoretis, Pemilu adalah ajang memanifestasikan kedaulatan publik dalam menentukan pemimpin yang bermutu tersebut. Tetapi, dalam ranah praksis, ideal seperti itu, sangat sulit terwujud sebab 'publik' tidak pernah dilibatkan dalam merekrut para kandidat pemimpin tersebut.


Publik konstituen hanya 'memilih' figur yang dijagokan oleh partai politik. Celakanya, Partai politik relatif alpa dalam menjalankan perannya sebagai 'kawah candradimuka' mencetak kader pemimpin yang berkualitas tersebut. 


Meskipun begitu, kita tetap berpartisipasi dalam mengawal setiap tahapan proses kontestasi itu. Dasarnya adalah Pemilu diselenggarakan untuk memperbaiki mutu kehidupan bersama melalui kebijakan yang didesain dan dieksekusi oleh para pemimpin terpilih tersebut.




*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menyemai Politik Gagasan Bersama Mahasiswa

Trending Now

Iklan