Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Suara Gemuruh Dari Gunung Lewotobi Itu Menakutkan Sekaligus Menakjubkan

Suara BulirBERNAS
Thursday, January 11, 2024 | 07:59 WIB Last Updated 2024-01-11T01:15:05Z
Suara Gemuruh Dari Gunung Lewotobi Itu Menakutkan Sekaligus Menakjubkan
Suara Gemuruh Dari Gunung Lewotobi Itu Menakutkan Sekaligus Menakjubkan


Oleh: Steven Yogalupi/Stefanus Dampur*)




 "Suara gemuruh dari dalam gunung Lewotobi jantan seperti roket yang mau lepas landas. Setiap gemuruhnya kami dengarkan, maka tak lama muncullah pijaran api baru yang menyembur ke angkasa dan jatuh di sisi dimana angin lebih deras berhembus", demikian syering pengalaman dari Pater Stef Dampur, SVD. Dia adalah seorang dari banyak orang yang merasakan akibat langsung letusan gunung berapi Lewotobi pada, Selasa, 10 Januari 2024, dinihari. 


Baca: Ketika "Musafir Kebenaran" Baku Hantam


Letusan gunung berapi Lewotobi tersebut disaksikan Penulis dari lokasi pengungsian Boru, tepatnya dekat Kantor BRI Unit Boru. Pemandangan malam hari nan spesial tersebut disaksikan penulis antara pkl 24.03 WITA hingga pkl. 05.50 WITA pagi.  Setelahnya Penulis bersama Konfrater yang ada di komunitas Pastoran dan karyawati kami kembali ke Pastoran untuk beristirahat sejenak dan menikmati santapan pagi seperti biasa. Saat kami bersarapan, gemuruh dahsyat dari tubuh gunung Lewotobi tetap beraksi.


Rasanya jantung saya terus berdebar. Maunya segera keluar dari kamar makan dan menyaksikan langsung apa yang terjadi. Namun, semuanya membutuhkan proses. Selesai makan dulu baru menyaksikan aktivitas gunung berapi yang kian agresif tersebut.


Usai menikmati santapan pagi, akhirnya kami merasa perlu untuk "beristirahat sejenak" guna memulihkan tenaga jasmani kami yang dipakai saat mengungsi jam dinihari. Saya kira semua memakluminya.


Saya sungguh tidur pulas. Lelap. Itulah tidur berkualitas. Bahkan saya bermimpi. Nanti saja saya menceritakan isi mimpi tersebut. 


Baca: Boganatar: "Saat Kembali", Berkisah, Bernostalgia dan Memberi Makna"


Kami bertiga (Tim Pastor) bersepakat untuk "mengambil jarak" dengan gunung Lewotobi mulai siang ini. Kami merasa bahwa dia terlalu "membuat kami tidak nyaman untuk hidup di dekatnya". Kami  sudah sangat bertahan di pastoran saat dia hanya berasap (Bayangkan sejak 23 -29 Desember 3023).  Lalu dimulai lagi pada tanggal 31 Desember 2023 yang akibatnya ditanggung oleh perayaan 1 Januari 2024. Betapa tidak, banyak umat di Stas yang tidak sempat merayakan Misa Pembukaan Tahun Baru dan merayakan Hari Raya Sta. Perawan Maria, Bunda Allah. Saya bisa menyebutkan Stasi yang tidak misa: Stasi Duang dan Stasi Bawalatang. Tahun Baru kami (2024) dan Hari Raya S.P. Maria Bunda Allah tidak dirayakan tapi dimaknai dalam tragedi (kisah duka) letusan gunung berapi Lewotobi.Saya secara pribadi mengenang dan memaknainya dengan misa pribadi dan membangun kontak dengan para pihak yang kiranya mengetahui sedikit sejarah letusan gunung api ini. Ternyata letusan terakhir terjadi pada tahun 2002 (kini 2024, artinya sekitar 22 tahun lalu).


Baca: Respons Bupati Edi Terhadap ASN yang Terlibat "Judi Daring"


Sebagai penghuni komunitas Patres Paroki Hokeng, kami bersepakat untuk mengungsi ke Paroki Boganatar, usai makan siang. Hal itupun dieksekusi dengan baik. "Bukankah mencegah malapetaka lebih baik daripada ditimpa malapetaka?, demikian ungkapan bijak kaum bijak.


Suara gaung gemuruhmu wahai Lewotobi membuatku serasa tak nyaman berada di lembahmu (meskipun berjarak lebih dari 7 km ( kilometer).  Kami tetap merasa terguncang. Kami merasa tidur di atas panggangan kuali berapi. Nampaknya kami berbaring untuk tidur tetapi sesungguhnya mata kami tak terpejam. Yang terjadi dalam pikiran kami iialah kapan mesti bangun dan berlari dari rumah kami. Itu semua terjadi karena gemuruhmu yang menggelegar wahai Lewotobi. 


Saat engkau sembuh Lewotobi, saya akan mendekatimu lagi.  Saat engkau sakit di tahun 2024 ini, jatuh sengsara dalam aneka dimensi kehidupan. Kami siap gagal panen. Kami siap hidup sangat irit, sederhana, makan-minum apa adanya. Namun, kami optimis, abu vulkanik yang kausiramkan di seluruh wilayah Hokeng, akan membawa kesuburan dan perubahan ke arah yang lebih baik lagi di tahun 2025 nanti.


Meskipun suara gemuruhmu menakutkan tetapi bisa menakjubkan juga. Suara jenis ini baru saya dengarkan secara langsung setelah saya berusia di atas empat puluhan tahun.




*). Penulis adalah salah satu saksi mata kepulan asap, maupun letusan gunung dan aliran sungai api Lewotobi dan suara gemuruhnya yang dahsyat, menakutkan sekaligus menakjubkan.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Suara Gemuruh Dari Gunung Lewotobi Itu Menakutkan Sekaligus Menakjubkan

Trending Now

Iklan