Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)
Jalan Tani "Tembus" Rana Dengen/Samboleng |
Sabtu Istimewa
Ini bukan Sabtu biasa tapi Sabtu bersejarah, 6 Februari 2021. Sabtu ini unik, Sabtu bersejarah dalam kehidupan keluarga Bapak "YOGA= YOsef GA'us". Betapa tidak. Pada hari ini ada peristiwa penting: Penggusuran Jalan Tani tembus sawah kami di Samboleng/Rana Dengen, milik keluarga kami.
Baca: "Jalan Rusak" Menuju Stasi Palue Paroki Hokeng Keuskupan Larantuka NTT
Jalan tani ini merupakan proyek di Desa Benteng Wunis, Kecamatan Lambaleda Timur. Lokasinya di Dusun Tango Molas, RT: 01, 02, 03, 04 mencakup kampung Golo Tango daj Balus. Kami, orang Golo Waso, Kelurahan Golo Wangkung Barat, kebagian "kue pembangunan" tersebut. Alasannya: karena sawah dan kebun kami "dekat dan berbatasan langsung serta tetakhir" dengan wilayah Desa Benteng Wunis" Diperkuat lagi bahwa jalan ini melewati tanah milik kami.
Keluarga Kami Setuju
Setelah melewati pembicaraan yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan dengan niat baik untuk mendukung kemajuan dan kesejahteraan umum (common good), maka kakak, adik dan keluarga besar saya "tidak berkeberatan" bahwa jalan tersebut melintasi tanah milik kami.
Secara administrasi kepemerintahan kami masuk dalam wilayah kelurahan Golo Wangkung Barat, kecamatan Congkar.
Baca: Orang Susah Menolong Orang Susah
Dalam kaitan dengan pengerjaan proyek jalan tani tersebut keluarga kami memberikan catatan agar tidak merusakkan sawah kami yang baru ditanami padi seminggu lalu dan tidak menutup mata air sumber penghidupan kami.
Untuk niat baik itu pula, saya "terjun langsung dan turun gunung" di lokasi proyek penggalian jalan tani tersebut.
Saya hadir karena kasih, saya datang karena menyayangi mereka semua.
Saya Hadir di Lokasi
Saya menyaksikan bahwa pengerjaan jalan tersebut begitu damai, tenang dan begitu lancar. Operatornya orang Ende-Lio, Watuneso. Kebetulan saya mengetahui sedikit bahasa Lio, maka komunikasi kami "lebih konfidensial".
Saat penggalian jalan tani tersebut cuacanya sangat mendukung. Hujan menunda kehadirannya. Dari pagi hingga sore hari cerah. Dengan begitu pekerjaan lancar dan tak terhambat.
Oleh karena peristiwa ini sungguh bersejarah bagi keluarga kami dan tiga puluhan keluarga lain yang nanti akan menjadi pemanfaat langsung jalan tani ini, maka saya memohon pengertian baik mereka agar "langsung menggali lebar jalan tani dimaksud". Tentu orang yang berkompeten dalam penggalian jalan tani sudah mempunyai pertimbangan dan keputusan tertentu terkait jalan tani tersebut.
Keluarga Kami Banyak Korban
Apa yang dikorbankan keluarga kami? Saya menyebutkannya, antara lain:
Pertama, tiga rumpun bambu berusia lebih dari 40 tahun seumuran saya ditumbangkan.
Kedua, puluhan pohon mahoni dan jati putih milik kakak saya, ditumbangkan.
Ketiga, ternyata, mata air yang mengalir ke sawah kami ditutupi material galian.
Keempat, pohon buah seperti mangga, pepaya, dll ditumangkan.
Kelima, batu besar galian jalan tani tersebut merusakkan sawah kami yang baru ditanami bibit padi. Itu bagian dari pengorbanan.
Kerusakan yang saya sebutkan di atas, bagi kami (termasuk setelah saya meyakinkan keluarga) itu bagian dari pengorbanan keluarga kami demi kebaikan bersama. Kami berharap bahwa jalan tani tersebut dikerjakan tepat waktu dan waktunya nanti (sesuai dengan anggaran desa yang ada) bisa ditingkatkan untuk pengerasan/penanaman batu lalu selanjutnya dilakukan rabatisasi atau semenisasi. Jika itu terjadi, maka bukan tidak mungkin bahwa arus barang dan orang dari dan ke Rana Dengen/Samboleng dan sekitarnya makin lancar.
Ingatlah selalu motto ini: "Jalan bagus, transportasi lancar. Pertukaran uang dan barang komoditipun lancar, maka kesejahteraan bisa meningkat".
Semoga demikian.
Hari Istimewa Si Petrus
Saat saya ada di kebun Rana Dengen/Samboleng saat itu, ternyata, saudara bungsu lelaki kami, Pa Petrus Randu merayakan syukur atas pertambahan usianya.
"Selamat bertambah usia untukmu Petrus (Bapa Deim, Fain dan Alina,-untuk sementara tiga anak, boleh ditambah) pada 5 Februari. Semoga tetap sehat, sukses, bahagia dan segala hal terbaik masuk dalam rumah tangga kecilmu. Amin".
Mungkin kado terindah yang Tuhan anugerahkan ialah adanya penggalian jalan tani menuju kebun dan sawahmu, Samboleng.
Jaga dan rawat baik warisan orang tua. Semkga hasilnya cukup melimpah sesuai kebutuhan hidup kalian.
Jaga, rawat dan hormatilah Mama kita, mama Lusia, yang kini (tahun 2024, akan berusia 83 tahun). Kebetulan Beliau memilih untuk hidup dan tinggal bersama keluarga kalian. Beliau tentu mengasihi semua anaknya (11 orang) secara seimbang dan merata. Kita juga menyayangi Mama Lusia yang sungguh berjasa untuk kehidupan kita.
*) Penulis adalah juga saksi sejarah penggusuran dan penggalian jalan tani menuju kebun dan sawah Samboleng/Rana Dengen.