Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik

Suara BulirBERNAS
Thursday, February 1, 2024 | 09:55 WIB Last Updated 2024-02-01T03:38:48Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik
Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik


Sekadar Pengantar


Biasanya setiap Jumat Pertama (JUMPER) dalam bulan, orang Katolik merayakan Ekaristi khusus, yang didedikasikan untuk menghormati " Hati Amat Kudus Tuhan Yesus". Saat berkarya di Paroki Wolowaru (2012-2015), saya mendengar istilah spesial: "HAK" Yesus Wolowaru. Keren bukan main. Setelahnya, saya belum merayakan secara khusus Misa "JUMPER". Saya hanya merayakan Misa Harian, meskipun ada "JUMPER". 


Baca: Ikrar perkawinan Suci Bayu dan Icha, Pastor Paroki Narang ingatkan Soal Rumah, Keluarga dan Cinta


Lalu, saat berkenalan dengan Keluarga Besar KSP KOPDIT OBOR MAS MAUMERE, memori saya akan misa khusus JUMPER dihidupkan kembali. Pasalnya, Pengurus, Pengawas, Penasihat, Manajemen, dan nyaris semua Insan KSP KOPDIT OBOR MAS MAUMERE biasa berkumpul dan merayakan Misa JUMPER di Kantor Pusat mereka yang bertetangga dengan UNIPA Maumere itu. 


Lagu Favorit JUMPER di OBOR MAS


Ada lagu favorit Insan KSP KOPDIT OBOR MAS MAUMERE saat kami merayakan Misa JUMPER yakni Buku Nyanyian Katolik Regio Nusa Tenggara, berjudul: "Yubilate". Buku Yubilate baru, nomor 420. Yubilate lama, nomor 586. Judulnya telak: "HATI YESUS".


Syairnya:

Ayat 1: "Hati Yesus, hati Tuhan kami, sumber yang menghidupkan jiwa. Yang mau minum dari sumber ini, akan hidup hingga selamanya".

Ayat 2: "Jalan jiwa yang menuju surga, amat sulit dan sangat sempit. Mati jiwa karna berdahaga, bila lupa mata air hidup"

Ayat 3: "Bumi ini tempat pengembara, maka jiwa kami merana. Tapi pasti jadi segar pula, bila disirami rahmat limpah"


Refrein:

"Sudilah bukakan kami, mata air yang ilahi. Hati Yesus, hati Tuhan kami, segarkanlah jiwa yang letih".

(Lihat: Komisi Liturgi  Keuskupan Senusa Tenggara, Seksi Musik Liturgi, Yubilate, Buku Doa dan Nyanyian Katolik, (Nusa Indah: Ende, 2007), pp. 642-643).


Permintaan Kita


Kita meminta kepada "HAK" Yesus agar menyegarkan jiwa kita yang letih. Kita letih karena dinamika kehidupan yang kian keras. Banyak kesulitan. Banyak kesusahan. Banyak bencana baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan. Bisa juga kita letih karena target kerja yang belum tercapai. Kita letih karena memikirkan masalah pekerjaan, masalah relasi yang serba tak pasti. Kita letih karena belum melunasi cicilan pinjaman atau kredit. Kita letih karena bangun terlalu dini hari akibat tuntutan sekolah jam 5 pagi, misalnya.


Baca: Yesus Juga Pengungsi ("Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku, Pulanglah ke Nazaret")


Kita letih karena bencana erupsi dan letusan gunung berapi Lewotobi yang sudah begini lama bertahan (di bulan Januari 2024, tak ada liburan penderitaan bagi para pengungsi di Paroki SAMARASA (Santa Maria Ratu Semesta Alam) Hokeng, Paroki Watobuku dan Paroki Lewotobi dan wilayah terdampak lainnya. Selama satu bulan dan entah sampai kapan bencana alam ini berakhir? Kita harapkan yang terbaik agar segera berakhir, tetapi kita tidak memahami sepenuhya tentang cara alam bekerja. Yang bisa kita perbuat ialah hidup cerdas selaras alam, siap-siaga, waspada dan berjaga-jaga senantiasa.


"HAK" Yesus


Dalam Tradisi Katolik, biasanya Hari Jumat Sesudah Hari Minggu Kedua Sesudah Hari Raya Pentakosta dirayakan Hari Raya Hati Amat Kudus (HAK) Yesus.

Dalam antifon pembuka ditegaskan: "Rancangan Hati-Nya ( Hati Amat Kudus-HAK Yesus, -pen) dari angkatan ke angkatan untuk melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan" (Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang, Buku umat, Misa Hari Minggu dan Hari Raya (Yogyakarta: Kanisius, 2011), p. 688).


Dalam introduksi tahun B (I dan II) dinyatakan demikian:

 "...Dengan hati-Nya Yang Mahakudus, Yesus membawa damai dan kebahagiaan kepada setiap orang yang menjumpai-Nya. Dengan penuh cinta kita ini memandang Dia, yang hati-Nya tertembus tombak di salib. Demikianlah Yesus, manusia untuk sesama. Demikian pula Tuhan, penuh cinta kasih, bagaikan seorang ibu terhadap anaknya. Apa hari ini akan kita mohon, selain agar kita berakar dalam cinta kasih Kristus, menjadi manusia dengan hati (yang sudah dicerahkan oleh kasih Ilahi Yesus, -pen)". Bdk. Ibid.


Dalam Doa kepada Pelindung Khusus Tarekat Sabda Allah (SVD) didaraskan doa ini: 

"Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh Pemberi Karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman,

Dijawab: " Dan semoga Hati Yesus, hidup dalam hati semua manusia, Amin".

 Jadi, kita meminta kepada Allah agar hati manusia itu bisa suci dan kudus seperti Hati Yesus. Di samping doa, kita juga berjuang untuk meneladani Tuhan Yesus itu.


Ada Bersama yang Lain


Biasanya, orang yang berlatarbelakang studi filsafat selalu menghubungkan parafrase "ada bersama yang lain" ini dengan filsuf Gabriel Marcel. Sayapun demikian. 

Menurut Gabriel Marcel, "esse est co-esse", ada selalu berarti ada bersama yang lain. Inilah yang disebut sebagai intersubyektivitas. Dasarnya adalah cinta sejati (agape). Kesetiaan, pengharapan, kehadiran, pertemuan, partisipasi dapat mencapai maknanya yang mendasar melalui cinta sejati.


Baca: Penghargaan, Apresiasi dan Terimakasih Yang Pantas Bagi Karyawan/ti SVD Menurut Konstitusi SVD (Suatu Catatan Kritis-Yuridis Formal)


Permasalahan yang muncul sebagai rintangan terhadap "esse est co-esse" adalah fanatisme, fundamentalisme, terorisme, kemajuan teknik peralatan perang, peperangan dan perdagangan senjata. Bagi Gabriel Marcel, filsafat eksistensialisme hanya ingin memerjuangkan jalan menuju cinta, perdamaian, persahabatan (...). (Lihat: Amteme, Gabriel Manek, Dr. A. Sudiardja, SJ, 2002, Abstrak Tesis, S2, Ilmu Filsafat (Gabriel Marcel, Filsafat Eksistensi dan Konteks Kehidupan Bersama).


Aplikasi ke Konteks Obor Mas


Dalam konteks institusi KSP KOPDIT OBOR MAS, kesadaran akan ada bersama yang lain, wajib diperhatikan. Buang jauh sifat egois (ingat diri), radikalis, fundamentalis, fanatisme sempit, jangan suka mencari masalah tapi rajin mencari solusi dalam setiap kemelut. 


Kualitas SDM kita sungguh memadai. Kita ini, kumpulan para profesional. Kita berkompeten di bidang kita. Kita memunyai skill atau keterampilan dengan level baik bahkan membanggakan. Kitapun memunyai "sense of belonging: ada rasa memiliki lembaga ini". 

Kita memunyai komitmen dan dedikasi yang teruji waktu. Jangan kendor.


Pak General Manager KSP KOPDIT OBOR MAS, Bapak Leonardus Fredyanto Moat Lering, S.Ak., menulis tesis untuk meraih gelar S2 Magister Manajemen, sebagai berikut: "Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia dan Profesionalisme Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dimediasi Komitmen Organisasi". Tesis ini sangat bagus. Semoga di kemudian hari, ilmu ini menopang kemajuan dan penguatan institusi KSP KOPDIT OBOR MAS yang kita banggakan bersama.


Refleksi Biblis


Kita mendasari refleksi biblis kita berdasarkan perikop kitab Nabi Yehezkiel 18:21-28. Kita diminta untuk berpegang pada perintah Tuhan, melakukan keadilan dan kebenaran. Tujuannya: supaya kita tidak binasa.


Tuhan itu kurang apa? Dia telah memberikan kita banyak kesempatan untuk bertobat; memperbaiki pola pikir, pola tutur, pola tindakan yang melenceng dari jalan Allah.

Kita fokus pada perikop Yehezkiel 18:26-27.

Ayat 26:  "Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan, sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangannya".

Ayat 27: "Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya, ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya".


Pesan Sementara


Pesan bebas dari perikop Yehezkiel 18:26-27 yakni: orang yang sudah benar, pertahankan dan tingkatkan hidup dalam kebenaran. Orang yang melakukan kesalahan dan kekeliruan perlu memperbaiki kesalahan dan kekeliruan tersebut. Jangan sampai kita sudah salah, tetap mempertahankan kesalahan. 


Kita memang memunyai hak untuk membela diri tetapi orang lain juga memunyai standar dan kriteria untuk menilai kebenaran dan menguji petik sebagian dari kebenaran yang kita ungkapkan. Masa ini adalah masa bersih-bersih rumah hati, pikiran, jiwa dan raga semua insan di lembaga ini. Semoga kita semua tercerahkan, dibersihkan dan ditobatkan.


Pentingnya Menjaga Kedamaian Holistik


Di mana sajapun, jika suasana dan atmosfer kerja kurang damai, kurang kondusif, tanpa adanya aturan, semua orang hanya mengikuti selera pribadinya, maka lambat-laun akan terjadi "khaos" (kekacauan), ketidakteraturan dan ketidakharmonisan. Akan ada pembunuhan baik terang-terangan maupun misterius. Ada juga pembunuhan karakter dan teror secara psikologis.


Kita membutuhkan suasana kosmos; keteraturan, peace (kedamaian). Kita membutuhkan suasana kerja yang kondusif yang memastikan bahwa tujuan bersama kita tercapai. Stop sudah klik. Stop sudah menganggap diri paling penting. Ikuti komando pimpinan. Satu visi-misi, satu sistem garis komando, satu tujuan bersama.


Karenanya masing-masing pihak perlu memiliki sikap rendah hati. Sediakan ruang di hatimu untuk berdamai.

Kita camkan pesan perikop Injil Mateus 5:25: "Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan...".


Setiap kita, entah kita sadari atau tidak, kita akui atau tidak, kita memunyai musuh. Musuh itu baik "di dalam selimut" maupun "di luar selimut". 


Musuh "di luar selimut" cukup mudah kita pantau. Yang sulit terpantau atau terdeteksi justeru musuh "dalam selimut".


Di dalam selimut itu biasanya ada semut, kutu busuk, kala jengking, ulat, ular, dll. 


Coba bayangkan saja, Anda tidur dalam satu selimut yang sama dengan musuh Anda, orang yang sangat Anda benci. Pertanyaan saya: "Bisakah Anda tidur nyenyak?"

Kalau saya berada dalam kondisi demikian bisa dipastikan bahwa saya tidak akan bisa tidur nyenyak.  Otak saya akan bekerja lebih berat daripada biasanya. Misalkan; waktu saya tidur, tiba-tiba dia bangun, mengambil sebilah pisau tajam lalu menikam saya. Jangan sampai dia melakukan kekerasan, dll.


Musuh dalam selimut artinya musuh yang "dekat dengan kita". Oleh karena itu, bisa saja, musuh kita adalah suami, isteri, anak, tetangga, teman kerja, teman satu biara, satu pastoran, satu asrama, satu arisan, satu KBG, satu partai, satu organisasi, satu perguruan pencak silat, satu fakultas, satu prodi, satu hobby, satu asal, satu marga, dll.


Kita bisa tidak memunyai musuh jika saja kita membangun kebiasaan yang baik untuk berdamai. Perdamaian itu mesti tulus, bukan bulus. Damai dari hati, bukan formalitas. Jangan berdamai seperti dalam acara atau pentasan sandiwara. 


Ada Fenomen


Seseorang datang bertemu kita. Mulut manis gula batu. Meminta maaf atas nama diri dan banyak orang untuk saling memaafkan. Menangis. Lalu katakan: "Kita berdamai. Kita saling memaafkan. Kami menyadari kesalahan kami. Kami menyesal dan memohon maaf. Mohon ampun juga atas nama mereka. Lalu, berjabatan tangan. Rileks"


Adoh...

Dasar ular beludak, berkepala dua (Manggarai: ular ulu bali). 

Saat datang orang baru yang lugu-dungu, dia memutarbalikkan semua data, fakta dan kebenaranya, lalu dengan mudahnya mengarang cerita baru yang menjadikan dirinya sebagai korban yang teraniaya. Yang terluka. Yang begitu diperlakukan tidak baik. Orang baru yang mendengarkan itu begitu terpesona mendengarkan lalu tanpa klarifikasi langsung emosional yang membabi buta dengan kesimpulan prematur. Akhirnya, persoalan yang sebenarnya sudah diselesaikan secara damai dibongkar kembali dan tak ada jalan penyelesaian. 


Akhirnya, saat bertemu, serba tidak nyaman. Bahasa Manggarainya: imi amas/tersipu-sipu malu. Maunya segera menghindar untuk bertemu, kalau boleh jangan bertemu lagi. Bagaimana jika hal ini terjadi dan dilakukan kepada atasan dan rekan kerja Anda? Kondisi sungguh tidak sehat. Ini racun atau toxic dalam pergaulan hidup bersama. Segeralah bongkar racun. Keluarkan racun itu. Sembuhkan relasi sosial kita yang terluka itu. Kata Tuhan Yesus: " Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu..." (Mateus 5:24).


Penutup Yang Belum Usai


Para pembaca budiman terkasih. Mari kita semua membangun sikap tobat yang benar. Jalurnya ialah sadari dosa dan kesalahan. Akui dosa dan kesalahan dan tidak perlu mengikuti gaya lekukan badan ular apalagi bersikat lidah. Akui dengan segera kesalahan dan dosa kita.  Kemudian sesali dosa kita di hadapan Hati Amat Kudus (HAK) Yesus dan bertobatlah. Jangan tunda. Jangan terlambat. Kembalilah pada jalan yang benar, jalan keselamatan yang telah Allah tunjukkan kepada semua umat-Nya.

SEMOGA KITA SEKALIAN MEMILIKI HATI AMAT KUDUS SEPERTI YESUS. KITA BERJUANG UNTUK BISA HIDUP BERSAMA DENGAN ORANG LAIN DAN BERJUANG MENJAGA KEDAMAIAN HOLISTIK. 




*) Penulis adalah sahabat seperjalanan dan ziarah tak kunjung usai hingga Pencipta menarik kembali semua hak-Nya dari penulis.

Selama hidup ini, penulis sudah berjuang untuk meneladani Yesus, hidup bersama orang lain dan berjuang juga untuk berdamai dengan siapapun. Jika ada orang yang menolak berdamai, itu bukan urusan penulis. Yang minum racun bukan penulis.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik

Trending Now

Iklan