Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)
Mewartakan Injil di Tengah Situasi Keterlukaan dunia |
Warta gembira atau Injil, kerap mewartakan Yesus yang menyembuhkan banyak orang sakit. Dari sekian orang yang disembuhkan itu, salah satunya adalah ibu mertua Simon Petrus. Katanya, Beliau sakit demam (Bdk. Injil Markus 1:30a). Karena dijamah Yesus dan dipengaruhi kuasa ilahi-Nya, maka "lenyaplah demamnya" (Bdk. Injil Markus 1:31c).
Baca: Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar
Orang Katolik sungguh mengetahui (jika dia rajin membaca Injil) bahwa Yesus itu orang "super sibuk"; namun Dia tetap membangun relasi sangat intens dan akrab dengan Bapa di Surga lewat doa-Nya. Kitapun diajak untuk mengikuti Jejak Kristus: "Mewartakan Kabar Gembira/Injil dan tetap berdoa serta diwarnai oleh sikap penuh kerendahan hati".
Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Situasi Duka (Belajar dari Kebiasaan Berdoa dan Sikap Kerendahan Hati Yesus)
Pertama, Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Situasi Keterlukaan Manusia dan Dunia.
Sejak awal kehadiran-Nya di tengah dunia ini, Yesus diperhadapkan dengan situasi duka atau keterlukaan manusia dan dunia. Ada duka dosa, peperangan, penindasan, kemiskinan, kesengsaraan, kemelaratan, sukuisme, primordialisme, ketiadaan etika, penindasan, dan lain-lain yang membelenggu kebahagiaan manusia. Manusia sungguh tak berdaya.
Dalam karya-Nya, Yesus bertemu dengan orang-orang "BUTUBI= BUta TUli BIsu". Ada juga yang lumpuh, kerasukan setan, dan menderita sakit-penyakit lainnya.
Setelah Yesus wafat, bangkit lalu naik ke Surgapun, kita masih banyak menjumpai orang buta, tuli, bisu, lumpuh dan aneka penyakit lain yang lebih komplikatif. Terlebih lagi di era digital ini, banyak penyakit aneh yang mengganggu kehidupan manusia. Di sisi lain, bencana alam dan bencana kemanusiaanpun kian mencekam.
Betapa tidak! Dunia kita semakin tua. Alam semesta kita semakin dieksploitasi. Lingkungan semakin rusak parah karena perilaku destruktif sebagian manusia. Kita akan menanggung segala akibat dari kerusakan alam semesta itu. Kita hanya akan menikmati kesengsaraan yang satu beralih ke kesengsaraan yang lainnya.
Baca: Siap Menjadi Misionaris
Kitapun akan masuk ke dalam lingkaran setan bencana kemanusiaan. Adanya kekerasan (verbal, fisik, psikis dan sosial). Adanya permusuhan antara pribadi dan antargolongan. Pembunuhan kian marak. Adanya peperangan antara suku, bangsa dan negara di dunia. Adanya tawuran antara pelajar, dan para preman. Adanya masalah keluarga yang tak kunjung usai, dll.
Di tengah kondisi dunia "yang sakit dan terluka ini", apakah kita berhenti mewartakan kabar gembira atau Injil? Tentu tidak! Karya pewartaan Injil tetap dilakukan, tetap dilaksanakan. Karya keselamatan tetap dijalankan. Murid Yesus tetap hadir untuk membawakan optimisme, semangat dan harapan agar selalu lebih baik dari hari ke hari, lebih bermartabat, lebih berprikemanusiaan, lebih egaliter (setara), lebih sejahtera dan lebih bahagia.
Kedua, Menjaga Keseimbangan antara Kesibukan, Hidup Doa dan Belajar Kerendahan Hati pada Yesus.
Pastor Petrus C. Dhogo, SVD, Dosen Kitab Suci pada Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, menuliskan refleksi biblis yang sungguh menarik:
*) Kesibukan dan Doa
Dia mendasari permenungannya seturut perikop Injil Markus 1:29-39. "Yesus amat sibuk. Ia menyembuhkan mertua Petrus. Lalu pada sore hari, banyak orang sakit diantar kepada-Nya dan ia menyembuhkan mereka". Wakil Ketua LBI ini menegaskan: "Namun, yang menarik adalah Yesus mengawali karya-Nya dengan keluar dari rumah ibadah dan pagi berikutnya Ia ditemukan berdoa". Lebih lanjut, Imam SVD ini menyimpulkan: "Kisah ini mengajarkan kepada kita untuk tidak melupakan Tuhan dalam hidup kita".
**). Kerendahan Hati
Pater Ito Dhogo, SVD berkisah: "Yesus menyembuhkan banyak orang dan semakin banyak orang mencari- Nya. Melalui mulut para murid-Nya, Ia diminta untuk tinggal tetap bersama mereka. Yesus mengatakan bahwa Ia juga harus pergi ke banyak tempat karena untuk itulah Ia diutus. Yesus tidak mwu terikat pada popularitas".
Baca: Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik
Lebih lanjut, Prefek Unit Agustinus Ledalero itu berargumen: "Pernyataan Yesus ini mengajarkan kita untuk tidak berbangga dengan diri kita sendiri dan melupakan bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang sedang berkarya melalui kita. Ketika kita mencapai kesuksesan, kita hendaknya tidak melupakan bahwa Tuhan sedang menanti kita untuk melanjutkan kesuksesan kita dengan sesama yang lain".
Putera Malanuza-Mataloko- Kabupaten Ngadha-Flores tersebut selanjutnya menulis: "Kita mesti selalu tetap rendah hati. Sebab kebanggaan yang berlebihan (apalagi kalau disanjung-sanjung oleh banyak orang) kadangkala membuat kita lupa diri dan kita jatuh. Baik juga kita menanamkan sikap menghargai sesama namun juga tetap rendah hati mulai dari dalam keluarga kita".
Ketiga, Pesan Penting untuk Kita Renungkan dan Hayati
1). Oleh karena rahmat sakramen pembaptisan pembaptisan, kita semua yang terbaptis ditugaskan untuk menjadi pewarta kabar gembira (baca: Injil) di tengah situasi keterlukaan manusia dan dunia. Kita akan menemukan "Ayub-Ayub modern" yang terluka dan rajin berkata: "Aku dicekam kegelisahan sampai dini hari".
2). Kita perlu menjaga keseimbangan antara Kesibukan pekerjaan di satu sisi dan semangat doa tak kunjung putus serta kerendahan hati, di sisi yang lainnya. Kita mesti sadar selalu bahwa kesuksesan yang kita raih itu adalah milik Tuhan semata dan kita berpartisipasi di dalamnya. Tanpa pertolongan dan keterlibatan Tuhan dalam kehidupan kita sesungguhnya kita bukan apa-apa atau siapa-siapa. Di hadapan Tuhan, kita hanyalah seumpama "setetes air pada pinggir timba dan setitik debu pada padang gurun nan luas". Mari kita tetap berjuang untuk mewartakan Injil di tengah situasi kedukaan manusia dan dunia.
*) Penulis adalah juga pengkotbah. Setiap kotbahnya selalu ditulis tangan. Berkat bantuan orang baik, akhirnya, semua kotbahnya sejak tahun 2010 hingga 2020 sudah dimasukkan ke dalam file komputer. Terima kasih kepada pengetik.