Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)
Narasi Kecil Tentang Ide, Kesepakatan, dan Pembangunan Kapela Darurat Golo Waso Paroki Lengko Ajang Keuskupan Ruteng |
Catatan Pembuka
Saya, termasuk warga Golo Waso diaspora. Meski begitu, saya tetap rutin berkontak ke kampung. Saya akhirnya rutin juga mendapat informasi terkini tentang kampung dan kondisi warganya, yang tidak lain adalah keluarga saya sendiri.
Kabar tentang mereka, saya bisa dapatkan dengan mudah lewat media canggih telpon, WhatsApp, mesengger terlebih lagi media sosial Facebook. Kini, semuanya begitu mudah bukan main. Di samping itu, efektif, efisien dan ekonomis pula.
Baca: Jadi Katolik Jangan NATO (No Action, Talking Only-Mrk 1:29-39)
Hari itu, Sabtu, (24/7/21), saya mendapatkan informasi terkait pembangunan Rumah Doa atau bisa disebut Kapela darurat. Umat berkumpul bersama. Kebersamaan mereka tidak diragukan lagi.
Pemberkatan dan Peletakan Batu pertama dalam Ritus Katolik
Pembangunan rumah doa untuk warga Golo Waso-Golo Rakas juga sebagai wujud nyata persatuan, kebersamaan dan persekutuan tersebut. Sungguh luar biasa. Sungguh menggembirakan.
Selanjutnya, pembangunan rumah doa ini didahului dengan upacara sakramentalia pemberkatan dan peletakan batu pertama oleh Pastor Paroki Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus Lengko Ajang-Keuskupan Ruteng, RP. Petrus Due, SVD diikuti oleh mayoritas warga umat dalam segala unsurnya di dua wilayah: Golo Waso dan Golo Rakas.
Basis Argumentasi Pendirian Rumah Doa Golo Waso-Golo Rakas
Rumah Doa (bisa disebut juga sebagai Kapela Darurat) ini didirikan atas dasar kebutuhan mendesak dan kenyataan riil.
Argumentasi Kebutuhan riil: umat Katolik di kampung Golo Waso dan Golo Rakas sungguh membutuhkan tempat berdoa bersama bukan hanya di rumah umat saat doa "kontas atau Rosario gabungan tetapi juga pada hari Minggu dan hari Raya. Jumlah umat sudah melampaui angka 500 jiwa. Jika dimekarkan dalam bentuk lingkungan juga sudah memenuhi syarat. Secara teoritis, satu KBG terdiri atas 7-15 keluarga. Satu lingkungan membutuhkan 3 KBG. Satu Stasi membutuhkan 3 lingkungan. Jumlah kepala keluarga di Golo Waso dan Golo Rakas per Januari 2023 sudah sekitar 93 kk. Untuk pembagian KBG mudah saja. 93 kk: 10 kk (patokan nilai tengah dari tertinggi 15 kk utk satu KBG), hasilnya 9 KBG. Jika memakai rumus 3 KBG satu lingkungan maka dari 9 KBG menghasilkan 3 lingkungan dan 3 lingkungan bisa membentuk satu stasi baru. Mengapa tidak bisa dilakukan?
Alasan Kenyataan Riil
Tidak perlu dipungkiri atau disangkal lagi bahwa jarak tempuh kampung Golo Waso dan Golo Rakas cukup jauh dari Pusat Paroki Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus Lengko Ajang-Keuskupan Ruteng.
Apalagi kondisi jalan jelek. Para orang tua tentu dengan kondisi kesehatan mereka karrna faktor umur dan penyakit tua, menyulitkan mereka untuk terlibat aktif ke pusat paroki. Di sisi lain, masih banyak umat yang tidak mempunyai kendaraan bermotor. Mereka mesti berjalan kaki lebih dari 2 kilometer perjalanan. Artinya harus menempuh 5 kilometer pergi ke dan pulang dari gereja pusat paroki.
Otomatis, banyak umat tidak mengikuti perayaan misa pada hari Minggu atau hari raya. Biarpun para pastor yang bertugas di Paroki Lengko Ajang berteriak sampai urat leher kendor, tetap saja umat sulit terlibat.
Baca: Mewartakan Injil di Tengah Situasi Keterlukaan Dunia
Kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh Pastor Paroki Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus Lengko Ajang-Keuskupan Ruteng adalah tindakan terpuji, mulia, bermutu dan menyelamatkan. Bukankah tugas utama Pastor Paroki adalah "cura animarum (Pemelihara jiwa-jiwa)?"
Apa yang diputuskan dengan bijak oleh Pater Petrus Due, SVD sebagai Pastor Paroki juga demi pendekatan pelayanan kepada umat Allah.
Awal Kisah Kesepakatan Mendirikan Rumah Doa di Golo Waso dan Golo Rakas
Saya ingat betul saat itu. Jumat, tanggal 30 Oktober 2020, saat mana warga kampung Golo Waso dan Golo Rakas hendak bersyukur dan merayakan Pesta emas atau 50 tahun usia kampung Golo Waso. (KAMPUNG GOLO WASO DIRESMIKAN PADA 30 OKTOBER 1970. LIHAT SEJARAH KAMPUNG GOLO WASO dalam tulisan kami pada bagian yang lain).
Pada tanggal 30 Oktober 2020 tersebut, kami bersama bertekad bulat untuk mendirikan rumah doa atau kapela darurat dari bahan lokal bambu.
Saat itu juga saya curhat tentang urgennya mendirikan rumah doa karena berkali-kali saat saya berlibur, saya seringkali misa di natas atau lapangan terbuka di kampung dekat "ngadu" tempat memberikan sesajian kepada leluhur saat upacara adat.
Saya memberikan input tersebut dan disetujui oleh keluarga besar di kampung. Baik jika hal tersebut dibicarakan dengan Ketua Wilayah dan Bapak Pastor Paroki. Gal itu sudah terjadi dan hingga tulisan ini dibuat, Rumah Doa sudah hampir 3 tahun dipakai (2021-2024).
**
TANAH UNTUK RUMAH DOA/KAPELA
Tanah untuk lokasi pendirian rumah doa tersebut adalah Tanah umum. Milik umum. Lingko agu lodok de Kraeng Teno Golo Waso muing.
Tanah untuk pembangunan rumah doa tersebut terletak di sebelah timur Pekuburan umum Golo Kanteng, bagian utara kampung Golo Waso atau bagian barat kampung Golo Rakas.
**
Ide untuk mendirikan rumah doa itu diendapkan selama sembilan (9) bulan (Oktober 2020-Juli 2021, hingga pemberkatan dan peletakan batu pertama). Yah, seperti proses kelahiran seorang bayi, butuh waktu 9 bulan lebih.
Baca: Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar
Kini, "Sabda itu" telah menjadi "daging" kenyataan dan hasilnya dinikmati oleh banyak orang. Maka, lahirlah rumah doa Golo Waso, Golo Rakas. Entah disetujui atau tidak, perayaan ulang tahun rumah doa atau kapela itu harus bersamaan dengan perayaan syukuran kelahiran Kampung Golo Waso tanggal 30 Oktober sekaligus penutupan bulan Rosario. Peletakan batu pertama tanggal 24 Juli 2021 hanya pengokohan kesepakatan dari seluruh umat Golo Waso dan Golo Rakas pada tanggal 30 Oktober 2020 itu.
Pada awalnya ide brilian itu minoritas. Banyak orang lawan. Banyak orang tolak. Banyak orang tidak setuju. Jika sudah jadi itu milik umum, itu karena kami. Itu kami yang mulai. Itu karena jasa kami. Kalau kami tidak ada, tidak akan ada. Semua itu iita terima. Semua itu kita hormati.
Jarak antara perayaan 53 tahun kampung (30 Oktober 2023) dan peletakan batu pertama rumah doa/kapela Golo Waso dan Golo Rakas tentu sangat jauh. Selisihnya 51 tahun. Tak masalah. Sebab sesungguhnya, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Syukuri saja bahwa sudah ada rumah doa. Tentu rumah doa ini digunakan sesuai fungsinya dan janganlah rumah doa ini disalahgunakan untuk urusan lain ya. Ingat rumus tentang cara dan tujuan.
Jarak antara "SABDA" MENJADI "DAGING", (misteri inkarnasi), dari "dialektika" menjadi "realita" bukankah begitu jauh? Bagi saya, hal itu tak menjadi masalah. Hal terpenting adalah niat baik, cara dan tujuan baik demi kebaikan umum. Setelah ada niat baik perlu juga orang baik untuk mengerjakan hal baik. Setelah itu, mencerahkan pikiran, menumbuhkembangkan, merawat, memperbaiki, memajukan. Semuanya untuk apa? Untuk sebesar-besarnya kemuliaan nama Tuhan dan kebahagiaan sesama manusia.
**
BEBERAPA HARAPAN
Setelah ide mendirikan rumah doa atau kapela darurat itu menjadi aksi atau aktus pembangunan rumah doa maka asa beberapa hal yang mesti diperhatikan:
Pertama, orang harus bekerjasama dan sama-sama bekerja.
Orang harus sadar bahwa mereka itu menjadi pendukung kesuksesan dan bukan penghambat apalagi menjadi provokator.
Kedua. Kita membutuhkan uang sebagai "darah segar pembangunan". Uang memang bukan segalanya tetapi segala-galanya membutuhkan uang. Kita membutuhkan uang untuk membeli material yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah doa. Boleh disebutkan antara lain: kita membutuhkan uang untuk membeli kayu, pasir, besi, semen, seng, konsumsi, membayar transpor petugas, membayar kendaraan yang mengangkut pasir, batu, besi, semen, dll.
Ketiga, Sarana-prasarana yang dibutuhkan. Mesti ada material yang disiapkan baik lokal maupun non-lokal. Panitia akan memikirkannya lebih lanjut tentang hal detail dan teknis baik pembagian tugas maupun faktor penunjang lainnya.
Keempat, Metode atau Mekanisme Kerja. Hal ini mesti diatur baik.
Kita mengikuti langkah-ngkah:
Pertama, Planning, membuat perencanaan bersama.
Kedua, Organizing (perlu adanya pembagian tugas dalam kepanitiaan; siapa buat apa, bagaimana supaya rencana bersama itu sukses)
KETIGA, Actuating/melaksanakan tugas yang dipercayakan. Semua orang mesti melaksanakan tugas dengan baik dan optimal serta maksimal. Jangan hanya mau agar nana di atas kertas tetapi tidak melaksanakan tugas.
Keempat, Controlling. Pemimpin perlu melakukan monitoring atwu pengawasan dan evaluasi (baik orang maupun kegiatan).
SELAMAT SUKSES UNTUK KELUARGA BESAR. KALIAN HEBAT. MENGAPA? KARENA KALIAN BERANI "MENCETAK SEJARAH". SEJARAH APA? YAH...SEJARAH MEMBANGUN RUMAH DOA/KAPELA DARURAT. KALIAN JUGA KREATIF. MENGAPA? KARENA KALIAN BISA "MENYULAP" SITUASI MENCEKAM AKIBAT PANDEMI COVID-19 DENGAN HAL YANG KONSTRUKTIF, BUKAN HANYA TAHU MENGELUH, PROTES, STRESS, DEPRESI, DAN PELBAGAI REAKSI NEGATIF LAINNYA.
NB:
BAGI KELUARGA YANG MAU BERKISAH TENTANG PEMBANGUNAN RUMAH DOA GOLO WASO DAN BERKENAN BERKONTRIBUSI DLM BANYAK ATAU ANEKA BENTUK KETERLIBATAN BOLEH BERKOORDINASI DENGAN PANITIA DI KAMPUNG.
TERIMA KASIH.
*) Putera Golo Waso-Lengko Ajang Manggarai Timur.
Tinggal di luar kampung.