Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)
Pelayanan Sakramen Orang Sakit, Pemilu, Puasa, dan Coklat Valentine Day |
Firasat
Usai menikmati santap siang bersama Pater Domi Suban, SVD dan Pater Alo Wuring, SVD di Pastoran Paroki Hokeng, saya berkeliling hampir tiga kali di seputaran Gereja dan Pastoran Paroki Hokeng.
"Stef, kenapa kamu tidak mau pulang ke kamar?", demikian suara dari dalam hati.
"Rasanya saya tak ada niat untuk langsung ke kamar", sahut suara hati saya. Lalu saya berjalan ke Aula Paroki.
"Jangan tidur siang dulu, rupanya ada tamu sebentar", demikian kata suara itu. Lalu, saya ke depan pintu Gereja.
Saya ditemani oleh 4 (empat) ekor "guk-guk", demikian panggilan manis saya untuk anjing peliharaan kami yang ada di Pastoran Paroki Hokeng Keuskupan Larantuka itu.
"Bima", itulah nama anjing betina yang baru beranak pada 4 Februari 2024 yang lalu. Ada 5 ekor anaknya. Anak-anaknya tambun-tambun. Kini, (tanggal 14 Februari 2024) anak-anaknya berusia 10 hari. Menurut pengalaman saya dan beberapa teman, biasanya jika anak anjing berusia 10 hari, maka matanya mulai terbuka dan perlahan-lahan mencari makan sendiri. Benar atau tidaknya, nanti dijelaskan oleh Dokter Hewan.
Setelah cukup lama (hampir satu jam) di depan pohon "Kelapa Sawit" dekat pintu gerbang, yang ditanam pendahulu kami di depan Gereja Pusat Paroki Hokeng, akhirnya saya berketetapan hati untuk kembali ke kamar saya dan hendak tidur. Sayapun menggantikan pakaian resmi dengan pakaian tidur.
Baru Dua Menit Setelah Berganti Kostum
Saat saya mau beristirahat siang pada Rabu, 14 Februari 2024, tiba-tiba Handphone saya berdering. Tertulis nama di panggilan masuk: "Bapak Kons Balu, Sukutukang". "Ada apa ini?", demikian suara batin saya. Perlahan saya mengambil handphone lalu menjawab telpon. "Selamat sore Pater. Mohon maaf mengganggu. Pater di Pastoran kah?", tanya Pak Kons (si Kepala Dusun). "Yo, mat sore Bapa Kons. Coo kabar?" jawab saya. "Pater, mungkin saya mengganggu. Ada situasi gawat darurat. Ada seorang ibu di Sukutukang sakit gawat. Keluarganya meminta minyak suci. Semoga Pater berkena", sambung Pa Kons. "Saya siap melayani minyak suci untuk Beliau", ungkap saya. " Terima kasih banyak Pater", sahurnya. "Sama-sama Pa", sahut saya. Lalu saya mempersiapkan segala hal yang perlu untuk upacara sakramentalia tersebut.
Saya Dijemput
Keluarga ibu Maria Bare Tobi (72 tahun), orang yang akan saya berikan minyak suci itu, sudah ada di depan Pastoran. "Mat sore Pater. Saya diminta oleh keluarga untuk menjemput Pater", sahut si penjemput. "Baik Pa. Saya sudah siap. Mari kita berangkat", sambil saya menggantungkan tas saya di belakang punggung.
Kami Tiba Di Sukutukang
Sesampai di rumah Mama Maria Bare Tobi, saya melihat ada begitu banyak orang yang berkumpul. Saya menyapa mereka secara umum, lalu saya mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan, antara lain: menyiapkan buku, mengambil wadah minyak suci, mengambil air berkat dan memakai Alba serta stola.
Saya diminta ke kamar si sakit, menyapa Beliau dan memulai upacara pemberian Sakramen Orang Sakit (SOS). Semua ritus dijalankan secara lengkap sesuai dengan "Tata Upacara Sakramen dan Pemberkatan" (Lihat: Alex Beding, Upacara Sakramen dan Pemberkatan, (Ende: Nusa Indah, 2005), pp. 151-163). Banyak keluarga inti fan keluarga besar Mama/Oma Maria terlibat dalam upacara ini. Syukur, puji Tuhan.
Pemilu: Presiden/Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD PROVINSI & DPRD KABUPATEN/KOTA
Kita semua mengetahui bahwa pada hari ini, Rabu (14/2/2024), negara kita melaksanakan hajatan kebangsaan "PEMILU Presiden/Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD PROVINSI & DPRD KABUPATEN/KOTA". Proses pemilihannya sudah berlangsung dan kini saatnya memasuki rekapitulasi perhitungan suara. Saya melihat bahwa Panitia Pemungutan Suara (PPS) sedang jeda makan siang. Sebentar lagi mereka akan menghitung rekapitulasi pemerolehan suara bagi setiap Calon Presiden/Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD PROVINSI & DPRD KABUPATEN/KOTA.
Kita berdoa dan berharap agar suasana pemilu ini kondusif, aman, nyaman dan hasilnya baik. Tentu saja hasilnya tidak memuaskan semua orang tetapi minimal memenuhi unsur "suara terbanyak" sesuai prinsip demokrasi dan menghasilkan pemimpin yang amanah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing elemen yakni Presiden/Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD PROVINSI & DPRD KABUPATEN/KOTA yang sesuai pilihan rakyat.
Memang dalam Debat Kandidat, kampanye dan dinamika politik lainnya, kita bisa saja berbeda menentukan pilihan terhadap jagoan kita masing-masing, namun setelah "suara terbanyak yakni 50% plus satu tercapai atau di atas angka tersebut, maka "suka atau tidak suka", kita yang "tidak memilih calon yang memang sesuai pilihan mayoritas rakyat yang memenangkannya", kita turut menyebut mereka sebagai "prmimpin kita". Tentu ada pemenang dalam suatu pertandingan, pertarungan, perlombaan atau kontestasi.
Ada tiga pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden. Tentu ada dua paslon yang kalah. Hanya ada satu yang keluar sebagai PEMENANG.
Demikianpun DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang terpilih adalah mereka yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kuota yang disiapkan untuk kursi DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tersebut. Ribuan calon yang lainnya hanya boleh "menang" sebagai "calon" untuk periode ini. Mungkin untuk periode berikutnya mereka "berpeluang dah berkesempatan" untuk menjadi pemenang yang duduk di kursi parlemen dalam levelnya masing-masing.
Bagi Capres/Cawapres yang menang kita ucapkan: "Profisiat" dan bagi yang "kemenangannya tertunda" boleh berjuang menerima kekalahan tersebut sambil tetap optimis untuk periode selanjutnya. Demikianpun bagi calon anggota DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang "menang", kita ucapkan: "Selamat Sukses" dan bagi
calon anggota DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang "belum beruntung", kiranya memperoleh pengalaman berharga untuk perjuangan selanjutnya.
Kita berharap bahwa mereka yang menang tidak terlalu bereforia berlebihan sampai menyinggung orang yang kalah dan bagi sama saudara dan sama saudari yang kalah "jangan terlalu patah semangat". Tetap belajar dari kegagalan kali ini untuk berjuang lagi di masa depan.
Risiko dalam setiap pertandingan atau kompetisi ialah "siap kalah terhormat dan syukuri kemenangan yang bermartabat". Singkatnya, terima saat menghadapi"situasi menang atau kalah", sebab "tidak mungkin menang semua atau kalah semua" Mestinya, "ada yang kalah adapula yang menang".
Puasa: Momen Pertobatan dan Purifikasi
Orang Kristen seluruh dunia, menandai dahi mereka dengan Abu. Itu tanda kefanaan. Itu juga merupakan tanda pertobatan, puasa dan berbenah diri secara total, lahir-batin.
Dalam masa puasa, yang diawali dengan Rabu Abu serta 7 hari Jumat selama rentang waktu 40 hari ke depan, hingga puncaknya pada hari raya Paska pada Minggu, 31 Maret 2024 yang akan datang.
Isilah masa puasa ini dengan doa/ibadat/sembahyang, derma/sedekah/sumbangan, juga usaha pertobatan, karya sosial- kariatif. Intinya: BERJUANG untuk membersihkan jiwa-raga lewat perbuatan baik secara nyata.
Tetaplah berjuang untuk memperhatikan mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkirkan dan kaum difabel (different ability), mereka yang memunyai kemampuan berbeda dengan kita. Jabgan menyebut mereka sebagai orang cacat. Mereka tidak menghendakinya. Mereka adalah orang seperti kita, hanya kemampuan mereka dan kita berbeda. Kita saling menghormati, saling mengasihi dan mendukung satu sama lain agar semakin manusiawi dan kalau diberkati Tuhan, kita bisa menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan kepada dunia, manusia dan seluruh ciptaan Tuhan Allah.
Coklat "Valentine Day" bagi Wakil Anak-anak Sukutukang
Kebetulan, saat saya memberikan minyak suci untuk Mama, Oma Maria Bare Tobi (72 tahun), saya melihat ada begitu banyak anak lelaki dan perempuan datang ke rumah itu. Saya akhirnya berbuat sesuatu untuk anak-anak tersebut, yaitu dengan cara "memberikan mereka coklat kasih sayang". Ini wujudnyata hari kasih sayang. Untuk orang yang dewasa, "hanya menelan aur liur".
Mohon maaf ya para orang tua. Stok coklat terbatas. Kalian boleh membeli sendiri coklat di kios terdekat sebagai bentuk "ritus sederhana aktualisasi kasih sayang".
Untaian Ucapan Terima Kasih
Dari lubuk hati terdalam, Saya hendak mengucapkan limpah "terima kasih" kepada perawat yang datang mengecek kondisi kesehatan Mama, Oma Maria Bare Tobi.
"Terima kasih" juga kepada keluarga dari Oma Maria yang mendukungnya agar diantar ke Puskesmas Boru beberapa saat setelah menerima minyak suci. "Ini sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang yang nyata kepada Oma Maria Bare Tobi.
"Terima kasih kepada Pa Kons Balu atas inisiatifnya mengontak saya, sehingqa minyak suci diberikan pada waktu dan situasi yang tepat. Terima kasih kepada Om Sopir yang mengantar Oma Maria ke Puskesmas Boru supaya mendapatkan pertolongan medis. Terima kasih berlimpah kepada Enu Dokter Yuyun atas kebaikan hatinya meminta keluarga agar mengantar Oma Maria ke UGD (Unit Gawat Darurat) Puskesmas Boru. Tentu saja, Nona Dokter bersama tenaga medis berjuang maksimal untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk Beliau sesuai kondisi terakhir hingga akhirnya menghembuskan nafas penghabisan.
Tuhan Berkehendak Lain
Di luar dugaan kita semua. Bagaikan disambar petir di siang bolong, saya sungguh kaget mendapatkan informasi dari Nona Dokter Yuyun;
"Pater, Oma Maria Bare Tobi, sudah meninggal pkl. 18.15 WITA. Kita mendoakan keselamatan kekal Beliau".
"Terima kasih Bu Dokter atas pelayanan kepada Beliau. Salam duka. RIP", demikian jawaban singkat saya.
Oma Maria Bare Tobi hanya "bertahan" sekitar dua jam setelah menerima minyak suci dari tangan kami. Tentu Tuhan sendiri yang akan menyelamatkan Beliau, mengampuni dosanya dan memperkenankannya boleh bersekutu dengan segenap orang kudus dalam Kerajaan Surgawi. Tentu perbuatan baiknya selama hidup dan doa dari sesama yang masih hidup tidak dilupakan Tuhan. Sekali lagi, "Selamat beristirahat dalam damai Allah di Surga, Mama, Oma Maria Bare Tobi". Kami boleh merencanakan lain tetapi Tuhan menentukan lain sesuai dengan kehendak-Nya.
Penutup
Saya merefleksikan bahwa "semua orang baik yang begitu perhatian terhadap mereka yang sakit dan sedang menderita serta memberikan kebaikannya, sesuai konteks dan perbuatannya adalah sahabat bagi yang sedang sakit dan menderita tersebut. "Bantuan sekecil apapun yang kita berikan dan lakukan untuk meringankan beban dari setiap orang yang menderita, itu sangat berguna bagi mereka yang membutuhkannya. Semoga Tuhan mengganjari setiap amal kasih dan kebaikanmu sekalian".
Dalam pelayanan Sakramen Orang Sakit (SOS), saat pemilu dan memaknai puasa dan Valentine Day, kita bisa berbuat kebajikan, sekecil apapun itu. Perbuatan yang kita lakukan tentu tidak untuk menambah kemuliaan Tuhan tetapi sungguh berguna bagi keselamatan jiwa kita dan orang yang kita kasihi di manapun mereka berada, hidup dan berkarya, termasuk "saat terminal, batas akhir hidup" atau "sakratul maut" yang mereka alami.
*) Penulis adalah Pelayan Pastoral Tertahbis di Paroki Hokeng.