Pengorbanan Cinta dan Bukan Khianat Cinta |
“KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.” (GS.1).
Baca: Hari Prapaskah I, Percobaan, Pertobatan dan Kabar Baik
Kemarin (Jumad, 16-Februari, 2024) saya diantar oleh bapak Ronald Thompson menggunakan motor menuju biara Mercederian de Caridad sister dalam rangka kunjungan dan misa bersama mereka di komunitas mereka. Mereka sebenarnya empat orang, namun satu suster yang berasal dari Angola sedang ke bank.
Saya merayakan misa bersama tiga orang suster yang berasal dari Haiti, Spanyol dan Dominican Republic. Setelah misa kami santap siang bersama dalam suasana kebersamaan, hangat dan penuh canda tawa. Meskipun kadang pembicaraan kami harus diisi dengan terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Spanyol karena suster yang dari Dominican Republic belum bisa berbahasa Inggris karena baru tiba di Filipina tiga hari yang lalu.
Baca: Menghayati Kesalehan, Menyucikan Hati dan Berdamai dengan Allah
Karena waktu sudah menunjukan jam 13.00 maka kami pun pamit untuk pulang karena masih ada Jalan Salib bersama umat di paroki dan misa di dua lingkungan. Saya dan bapak Ronaldpun berangkat meninggalkan biara susteran dan sebelum memasuki jalan umum menuju paroki, kami mampir di pom bensin untuk mengisi bensin. Setelah mengisi bensin, kamipun kembali melakukan perjalanan namun baru 100 meter dari pom bensin, motor kami tiba-tiba berhenti dan tidak bisa distar kembali.
Akhirnya kami menepi sejenak. Saya mencoba untuk menghidupkan (starter) kembali motor. Setelah beberapa kali berusaha akhirnya bisa. Kamipun mulai melakukan perjalanan kembali. Namun motor kembali tiba-tiba berhenti dan tidak bisa distarter kembali setelah tikungan menuju jalan umum. Rupanya bensin tercampur air sisa dari pencucian motor hari Kamis sore.
Berusaha dan terus berusaha namun gagal. Bapak Ronald mengatakan pada saya; “Padre, karena masih ikut jalan salib dan misa maka saya mengusahakan kendaraan umum untuk padre.
“Saya mengatakan kepada bapak Ronald; Tidak karena berangkatnya kita dua bersama-sama, maka pulangnyapun bersama-sama. Ini masalah kita bersama, maka kita hadapi bersama. Saya tidak mau meninggalkan bapak sendirian di sini.”
Akhirnya motorpun kami tolak seraya mencari bengkel terdekat. Cuacanya sangat panas. Bapak Ronald memegang stir dan saya menolak dari belakang. Selama melewati ruas jalan umum yang panas tanpa ada pohon pelindung di pinggir jalan, yang ada hanya bangunan-bangunan baru yang sedang dibangun, kami berdua mulai kelelahan. Namun kami saling mensupport satu sama lain; “kaya mo iyan” (kamu bisa).
Tak terasa, kami menolak motor sepanjang 10km. Keringat membasahi badan. Dan setelah menemukan bengkel motor, kamipun berhenti di salah satu market 7 Eleven untuk beristirahat sejenak. Bapak Ronald terus meminta saya agar pulang duluan. Saya tetap menolak. Namun karena Beliau secara sembunyi-sembunyi menelphon anaknya untuk menjemput saya maka sayapun mengiyakan.
Baca: Pelayanan Sakramen Orang Sakit, Pemilu, Puasa, dan Coklat Valentine Day
Sayapun dijemput oleh anaknya bapak Ronald. Jam 15.30 tiba di paroki. Sejenak beristirahat dan mandi lalu mengikuti Jalan Salib bersama umat di gereja jam 16.00 dan selanjutnya jam 17.30 memimpin misa di salah satu lingkungan dan jam 19.00 memimpin misa di lingkungan lainnya.
Dari pengalaman sederhana ini saya kemudian merefleksikan Jalan Salib Yesus sebagai;
“Perjalanan Cinta Yesus bersama kita, bersama saya. Yesus berjalan bersama penderitaan dan kesulitan-kesulitan hidup kita. Dalam perjalanan itu Yesus tidak meninggalkan kita melainkan menjadikan penderitaan dan kesulitan kita sebagai penderitaan dan kesulitanNya juga. Jalan Salib adalah Pengorbanan Cinta dan bukan Khianat Cinta” (Yoh 15:13).
Manila: 17-Februari, 2024
Oleh: Tuan Kopong MSF