Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Rapat Koordinasi THS/THM Paroki "Samarasa" Hokeng dan Kilas Balik Studi Bersama 100 Tahun KWI Bulan Februari 2024

Suara BulirBERNAS
Friday, February 23, 2024 | 11:02 WIB Last Updated 2024-02-23T05:42:57Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Rapat Koordinasi THS/THM Paroki "Samarasa" Hokeng dan Kilas Balik Studi Bersama 100 Tahun KWI Bulan Februari 2024
Rapat Koordinasi THS/THM Paroki "Samarasa" Hokeng dan Kilas Balik Studi Bersama 100 Tahun KWI Bulan Februari 2024




Hari itu, Selasa, 20 Februari 2024, pagi hari. Bapak F.X. Agus Susilo (Ketua THS/THM) Paroki SAMARASA (SAnta MAria RAtu Semesta Alam) Hokeng dan Ketua Seksi Pencak Silat atau Kepelatihan THS/THM bertemu dengan saya (Pastor Moderator THS/THM). Mereka meminta waktu saya agar mengadakan Rapat Koordinasi (Rakor). 


Baca: Cara Ampuh Mewujudkan Hidup yang Benar


Saya meminta pengertian baik Pengurus THS/THM agar berkenan melaksanakan Pertemuan tersebut pada hari Kamis, 22 Februari 2024, pkl. 17.00 WITA (jam 5 sore). Merekapun menyetujuinya. Lalu mereka pamit pulang.


Kemudian, saya mempersiapkan segala hal yang perlu untuk kegiatan di Larantuka tersebut. Saat mereka kembali, sopir paroki kami, datang. Karena waktunya untuk makan siang, maka kami menuju kamar makan.


Sekitar pukul 12.30 WITA kami start dari Pastoran Paroki Hokeng menuju Larantuka. Tim Pastor beranjak menuju ke Rumah Dekenat Larantuka untuk melaksanakan Rekoleksi Bulanan Dekenat (20-22 Februari 2024). Pada rekoleksi kali ini, Saya ditugaskan oleh Romo Deken Larantuka untuk menjadi Moderator Studi Bersama 100 tahun KWI tingkat Dekenat Larantuka. 


Deskripsi Sangat Ringkas tentang Studi Bersama 100 Tahun KWI


Di bawah tema: "Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa", dengan sub tema: "Peran Gereja Lokal Keuskupan Larantuka dalam Hidup Sosial Kemasyarakatan untuk Memperhatikan yang KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkirkan dan Difabel)". Presentasi ini dibawakan oleh RD. Marianus Talu Welan, Direktur Caritas Dioses Larantuka dan Ketua Delsos serta Ketua Komisi Pastoral Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Larantuka.


Baca: HUT ke-3 SMKN 1 Satarmese, Pastor Paroki Narang Serukan Dua Bentuk Oase Dalam Diri Manusia


CARITAS


Menurut Romo Nus, demikian RD. Marianus Talu Welan disapa, "Caritas adalah lembaga kemanusiaan yang bertaraf internasional, nasional dan lokal. Misi Caritas yakni membangun dunia yang lebih baik. Lembaga ini didirikan pertama kali di Freiburg Jerman tahun 1897, di Swiss tahun 1901 dan di Amerika Serikat pada tahun 1910".

Di Indonesia, CARINA didirikan pada tahun 2006, bertepatan dengan gempa dan tsunami Aceh.

Menurut Romo Nus, sesuai Standar Operasional Prosedur, jika korban bencana di bawah 100 orang maka ditangani oleh Caritas Keuskupan. Jika di atas 100 orang korbannya maka ditangani oleh Caritas Nasional (di Indonesia disebut CARINA) dan jika korban di atas 1000 orang, maka ditangani Caritas Internasional. Gempa dan tsunami di Aceh memakan korban lebih dari 1000 orang maka ditangani oleh Caritas Internasional.


Aksi Caritas


Ada tiga Aksi Caritas

Pertama, Emergency Respon.

Melakukan kajian, respon, tanggap darurat, transisi dan pemulihan.

Kedua, menggalang bantuan bagi korban.

Ketiga, Bekerja sama dengan para pihak yang berkomitmen kepada karya kemanusiaan.


Menghadirkan Wajah Allah


Caritas itu sesungguhnya menghadirkan wajah Allah. Hal ini nampak jelas dalam perikop Injil Lukas 4:18-19.

Ayat 18: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia mengutus Aku".

Ayat 19: "untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang".


Fokus kita: "Roh Tuhan ada pada-Ku...".

Maka, Caritas itu dilaksanakan oleh orang yang terbaptis maupun yang tertahbis.


KLMTD

1). Kecil artinya mereka yang kurang diperhitungkan dan kurang dihargai oleh lingkungan sekitarnya.

2). Lemah artinya tidak mampu membela diri. Oleh karena itu mereka bisa dibungkamkan dengan mudah.

3). Miskin artinya mereka yang kekurangan  Sandang (pakaian tak layak pakai), Pangan (makanan-minuman tidak layak konsumsi) dan Papan (rumah tidak layak huni).

4). Tersingkirkan artinya mereka yang lemah dan miskin dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan pelbagai dimensi kehidupan lainnya.

5). Difabel artinya different ability people. Artinya mereka yang memunyai kemampuan berbeda dengan kita. 


Bantuan Kemanusiaan Erupsi dan Meletusnya Gunung Berapi Lewotobi


Erupsi pertama gunung berapi Lewotobi terjadi pada 23 Desember 2023 lalu. Itu baru kejadian awal. Erupsi yang lebih dahsyat terjadi pada tanggal 31 Desember 2023 lalu, usai misa Tutup Tahun 2023. Dalam situasi tersebut semua orang panik.

Lalu pada tanggal 9 Januari 2024, level 3 (gawat),  dinaikkan menjadi level 4 (awas). Hal yang ditakuti yakni muntahan material dari gunung berapi dan gas beracun. Oleh karena itu kitapun mesti berhati-hati.


Analisis SITREP

Analisis SITREP bertujuan untuk mengetahui Situasi terdampak. Lalu hal tersebut dilaporkan kepada Bapak Uskup. 

Bapa Uskup berkata: "Para korban adalah umat kita juga. Mereka layak dibantu". Lalu Romo Vikjen menegaskan pentingnya menjaga "public trust (kepercayaan publik)" terutama dari para donatur, dalam mengelola bantuan kemanusiaan. Di sisi lain, Romo Vikjen meminta agar pihak Caritas perlu membedakan masa emergency, transisi dan pemulihan tanggap bencana alam. 

Kita semua, bersama tim Caritas dan para pastor paroki perlu membentuk satu garis komando dalam gerakan bersama. Meski demikian "gerakan bersama" ini masih tetap terus diperjuangkan untuk menjadi kesepahaman bersama.


Baca: Susunan Perayaan Ekaristi HUT ke-3 dan Pemberkatan Gedung Baru SMKN 1 Satarmese Tahun 2024


Menurut Romo Sekjen Keuskupan Larantuka, RD.Ancis Kwaelaga, "Gerakan bersama satu pintu tidak selalu berarti menumpukkan barang pada satu gudang Caritas tetapi perlu membangun komunikasi dan informasi. Oleh karena itu, perlu kiranya menghidupkan Paroki Tanggap Bencana".


Suara Gembala: Yang Mulia Bapa Uskup Keuskupan Larantuka


Mengakhiri Studi Bersama Terkait Perayaan 100 tahun KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), saya (Stef Dampur) selaku Moderator memberikan kesempatan kepada Yang Mulia Bapa Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung untuk memberikan semacam "Peneguhan" kepada segenap partisipan dalam kegiatan ini. 

Ada beberapa poin peneguhan Bapak Uskup.


Pertama, bahwa karya Pastoral kemanusiaan sudah, sedang dan akan terus kita lakukan. Bapak Uskup berterima kasih kepada Romo Nus, (RD. Marianus Talu Welan,dkk) yang cepat menanggapi situasi gawat darurat bencana demi kemanusiaan.  Pekerjaan kita akan tetap berlanjut dalam masa transisi dan rehabilitasi atau pemulihan.


Kedua, Bapa Uskup berterima kasih kepada para Pastor Paroki dan semua Pastor serta seluruh umat yang sudah mulai peka dan berbelarasa terhadap mereka yang menderita. Ini menunjukkan bahwa kita peduli, rela berbagi pikiran, tenaga dan juga harta benda. Sekali lagi terima kasih para Pastor.

Ketiga, Apa yang kita perbincangkan hari ini merupakan bagian dari Studi Bersama 100 Tahun Konferensi Waligereja Indonesia. Ini juga merupakan tanggapan kita dalam kerja sama dengan KWI lewat KARINA. Ini membuktikan bahwa gema 100 tahun KWI sampai juga di Keuskupan kita.

Keempat, Dalam kaitan dengan tahun program pastoral tahun 2024: KBG dan Kelompok Kategorial, kita perlu memikirkan agar umat di KBG dan semua Kelompok Kategorial menanggapi bencana yang terjadi di KBG mereka masing-masing (...).


Lalu, Bapa Uskup meminta agar dengan adanya pengalaman bencana, semua umat perlu membangun solidaritas. Bapa Uskup mencontohkan: Caritas membangun 125 rumah di "Bukit Indah"-Ile Ape. Pembangunan ini menunjukkan inspirasi hidup menggereja dengan cara yang baru.

Blok-blok rumah dibangun 5-15 rumah untuk membentuk KBG. Kini, hanya diperlukan instalasi listrik dan pemasangan pipa air. Kita tidak sekedar membangun secara fisik tetapi juga membangun kerohanian yang dalam hidup KBG, terutama dalam tahapan rehabilitasi, pemulihan dan rekonstruksi.


Terkait bantuan bencana dengan sistem kerja "satu pintu" yang disampaikan oleh pihak Caritas, Bapa Uskup menyetujui sistem satu pintu dengan catatan bahwa dalam masa emergency (gawat darurat) setiap lembaga ataupun perorangan boleh mengambil tindakan pertolongan bagi yang terdampak atau korban bencana. Yang terpenting, menurut Bapa Uskup, yaitu koordinasi yang baik demi pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja. Jika donatur tidak melaporkan sumbangan atau donasi mereka kepada Caritas, maka Caritas-lah yang mencari donatur tersebut agar memberikan laporan jumlah dan nominal donasi mereka.

 

Dengan berakhirnya peneguhan dari Gembala Agung Keuskupan Larantuka ini, maka Moderator dan Pemateri kembali ke tempat duduk semula. Terima kasih atas keterlibatan dari para peserta  secara sadar, penuh dan aktif selama presentasi. Mohon maaf atas pelbagai kekurangan dan keterbatasan Moderator dalam memoderasi diskusi ini.

**

Usai Rekoleksi di Larantuka Dilanjutkan dengan Rakor THS/THM Paroki SAMARASA (SAnta MAria RAtu Semesta Alam) Hokeng


Hari Kamis, 22 Februari 2024. Bersama Pater Alo Wuring, SVD (berkarya di PT. REROLARA) dan Om Yos Lewuk (sopir Paroki Hokeng) kami start dari dari kota Renha Rosari Larantuka sekitar pkl. 11.00 WITA. Dalam perjalanan, entah karena terlalu letih akibat pertemuan pagi, siang, sore, hingga malam, akhirnya saya dan Pater Alo tidur begitu lelap di mobil. Saat memasuki paroki Lewolaga baru terjaga. Kami tiba di Pastoran Hokeng sekitar pkl. 12.45 WITA.

Saatnya bersantap siang lalu jalan-jalan di sekitar Pastoran, kemudian mengambil waktu untuk beristirahat siang selama dua jam. Sesungguhnya hanya baring di kasur tapi sudah sulit tidur karena cuaca di Hokeng amat panas antara pkl. 14.00-16.00 WITA. 

Setelah  beristirahat lalu saya minum air hangat dan mandi.


Saya beranjak ke tempat pertemuan. Di sana belum ada orang karena memang belum waktunya. Beberapa menit kemudian datanglah para pengurus inti THS/THM Ranting Paroki Hokeng.

Mereka adalah Bapak F.X. Agus Susilo (Ketua), Bapak Wilhelmus Kedang (Sekretaris), Bapak Paulus Reo Dopo (Bendahara), Bapak Petrus Wolor (Seksi Pencak Silat/Kepelatihan), Bapak Nikolaus Watu (Seksi Organisasi), Bapak Stefanus Takimaka (Seksi Rekreasi), dll. Anggota aktif THS/THM Paroki Hokeng berjumlah 20 orang dan masih akan bertambah lagi.


THS/THM Paroki Hokeng Bergerak


Dalam pengantar pertemuan Bapa Agus Susilo (Ketua) menyampaikan pernyataan yang menarik untuk disimak bersama: "Selama belasan tahun, THS/THM Paroki belum melaksanakan pertemuan seperti hari ini (Kamis, 22/2/24). Ini saat bersejarah. Selama ini kami ada kegiatan latihan tetapi tidak pernah membuat pertemuan bersama. Terima kasih atas masukan, kesediaan dan nasihat dari Pater Stef, SVD (Pastor Moderator) kepada kami pengurus sehingga pertemuan sore ini bisa terlaksana di ruang rapat Pastoran Hokeng ini". 

"Pater, saya ini Ketua THS/THM seumur hidup. Saya tidak pernah dilantik oleh pimpinan Gereja. Setiap kali saya meminta untuk diganti, tak ada kawan-kawan yang mau menggantikan saya. Akhirnya, saya bertahan hingga kini", lanjut senior THS/THM berambut putih tersebut.


Menanggapi hal yang disampaikan oleh Bapak Agus, Bapak Paulus Reo Dopo, menyampaikan pengalamannya sendiri bahwa beliau sendiri sudah ikut dalam kegiatan THS/THM selama 30-an tahun. Bapak Paulus banyak mengalami keutamaan Bapak Agus yakni memiliki kesabaran yang tinggi, semangat rela berkorban dan banyak hal bagus lainnya. Itulah antara lain yang mendorong Bapak Paulus dan teman-temannya dari kelompok kategorial CONFRERIA bergabung dalam THS/THM. Itu bagian dari cara bersyukur atas berkat kehidupan yang Tuhan berikan. Bapak Petrus Wolor sangat aktif dalam latihan fisik untuk anggota THS/THM. Itu juga bagian dari cara beliau untuk tetap menghidupkan eksistensi dan mengembangkan THS/THM di Paroki Hokeng. Jika ada hal terkait urusan keamanan gereja, kiranya THS/THM masuk dalam garda terdepan. Kita bergerak secara cepat, tegas, terukur dan di bawah garis komando.


Di samping hal menggembirakan, Bapak Paulus, sebagai Bendahara juga menyampaikan hal yang membutuhkan perhatian bersama dalam Organisasi gerejawi THS/THM tersebut. 


Pertama, terkait dana/keuangan. Idealnya, suatu organisasi atau lembaga mesti mempunyai uang sendiri demi keberlanjutan lembaga tersebut. Kenyataannya, keuangan THS/THM minim.

Kedua, hanya THS/THM yang boleh menjadi "staf keamanan inti dan internal gereja" sedangkan "Kelompok bela diri dan tenaga keamanan lainnya" hanya boleh mengamankan di luar gereja. 


Kedua "keluhan" bapak Paulus ini ditanggapi secara cerdas dan cermat oleh peserta sidang. 

Keuangan akan diatur kemudian. Ada yang bersumber dari iuran anggota, ada yang bersumber dari sumbangan sukarela, ada pula yang sengaja "dicari' oleh Moderator dan Pengurus Inti. Lalu, terkait THS/THM sebagai "tenaga inti" pengamanan gereja paroki dan pelbagai perayaan kegerejaan lainnya, ITU BUKAN HAL BARU. Semua orang Katolik sudah mengetahuinya. Oleh karena itu, kelompok pencak silat lain di luar THS/THM bekerja di bawah koordinasi ketua THS/THM Paroki Hokeng dan hanya boleh berada di luar kintal Gereja Paroki atau kapela stasi.


Pengolahan Holisitik


Bapak Petrus Wolor menegaskan: "Dalam kelompok kategorial atau organisasi gerejawi THS (Tunggal Hati Seminari)/THM (Tunggal Hati Maria) pengolahan itu bersifat holistik. Ada olah raga/fisik, olah rasa, olah akal budi, olah spiritual, olah nafas, rekreasi. Dengan kehadiran dan keterlibatan Pater Stef Dampur SVD selaku Pastor Moderator THS/THM, saya berharap kita dan semua anggota, mau terlibat dan  bersedia didampingi dalam hal spiritual terutama meditasi, pendalaman Kitab Suci dan pengetahuan umum terkait kekatolikan kita". Kepada Bapak Pit Wolor dan semua pengurus THS/THM, saya hanya memberikan "senyuman manis" sebagai tanda dan simbol kesediaan saya untuk  melaksanakan usulan tersebut. Bagi saya yang terpenting, waktunya diatur baik dan memastikan tak ada tabrakan agenda kehidupan. 


Varia

Ada banyak serba-serbi yang kami bicarakan dalam kesempatan pertemuan ini. Intinya kami bertekad supaya THS/THM di Paroki Hokeng berjalan lancar, sukses, terus bertumbuh dan berkembang sebagai pendekar bangsa dan gereja di bawah motto: "pro patria et ecclesia; demi bangsa dan gereja". Bravo  THS/THM Ranting Hokeng.



*) Penulis adalah Moderator THS/THM RANTING PAROKI "SAMARASA" HOKENG-KEUSKUPAN LARANTUKA-REGIO NUSA TENGGARA.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rapat Koordinasi THS/THM Paroki "Samarasa" Hokeng dan Kilas Balik Studi Bersama 100 Tahun KWI Bulan Februari 2024

Trending Now

Iklan