Oleh: RP. Stefanus Dampur, SVD*)
Ada Cinta di Lembata (Permenungan RP Stefanus Dampur SVD Mengenai Lembata) |
Sesuai Rencana Kerja Tahunan Tarekat Sabda Allah (biasa disebut dengan nama SVD) "DILAN= DIstrik LAraNtuka", maka dilaksanakan kegiatan Distrik SVD pada, Senin, 22 sampai dengan Rabu, 24 April 2024. Lokasinya berada di Paroki Waikomo dan SOVERDIA BUKIT WAIKOMO.
Melintasi Laut Teduh
Kami yang dari Paroki SAMARASA (SAnta MAria RAtu Semesta Alam) Hokeng, wilayah terbarat Keuskupan Larantuka bergerak menuju Larantuka pada Senin, 22 April 2024, sekitar jam 6.45 pagi. Kami diantar oleh Om Yosef Lewuk, sopir Paroki Hokeng. Oto yang kami gunakan adalah tipe L-300 berusia sekitar 25 tahun. Mesinnya masih "bandel".
Baca: Narasi "Sangat Lurus"Tentang Dosen Bernama Pater Simeon Bera Muda SVD
Dalam mobil tersebut terdapat beberapa penumpang. Boleh saya sebutkan, pertama, Pater Maxi Seno, SVD, kedua, Pater Domi Suban Tukan, SVD, ketiga, Pater Roberto Arif Oulaa, SVD dan terakhir penulis.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 20 menit, tibalah kami di Istana Keuskupan San Domingo Larantuka. Kami singgah sekitar lima menit, lalu meluncur ke pelabuhan Larantuka. Waktu menunjukkan jarum di angka 8 lewat 15 menit. Menurut informasi yang kami terima bahwa Kapal Ina Maria 3, milik Keuskupan Larantuka akan lepas jangkar pada pukul 9 pagi. Ternyata, "molor" hingga jam 10 pagi. Harga tiket: Rp. 135.000,-.
Kami melintasi laut nan teduh. Ombak dan gelombang serasa memahami ziarah kami. Kami singgah sebentar di pelabuhan Waiwerang untuk menurunkan penumpang kapal lalu melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Lewoleba.
Tiba di Lewoleba
Kami tiba di Lewoleba sekitar pukul 11.00 WITA. Kapal Ine Maria 3 sungguh dalam kondisi prima. Buktinya, kami hanya memakai waktu sekitar satu jam di laut.
Baca: Obat Terbaik Rindu Adalah Bertemu
Saya sudah beberapa kali mengunjungi kota Lewoleba ini dengan variasi tujuan dan kegiatan. Boleh saya sebutkan, antara lain: kegiatan Seminar Nasional dan pemberkatan serta persemian KSP KOPDIT OBOR MAS CABANG UTAMA LEMBATA dan kegiatan SVD (Societas Verbi Divini, Serikat Sabda Allah).
Ke Pastoran Paroki Waikomo
Seusai turun dari kapal Ina Maria 3 yang kami tumpangi, kami melanjutkan perjalanan menuju Pastoran Paroki Waikomo dengan menggunakan jasa angkutan kota, bemo. Biaya Angkota dari pelabuhan Lewoleba menuju Pastoran Waikomo sebesar Rp. 10.000. Kami mencarter bemo tersebut dengan alasan efektivitas dan efisiensi serta prinsip ekonomis. Prinsip paling substansial adalah prinsip komunitas dan Konfraternitas. Kedua hal terakhir boleh disebut menjadi pertimbangan utama.
Tiba di Pastoran Waikomo
Setiba di Pastoran Waikomo, kami diterima dengan penuh kehangatan oleh kedua Konfrater kami yakni: RP. Rein Kleden, SVD (Pastor Paroki) dan RP. Emanuel F.X. Weroh, SVD (Pastor Rekan). Ada juga Ketua Pelaksana dan Wakil Ketua Pelaksana DPP Waikomo serta beberapa wakil umat.
Oleh karena waktu yang tersedia bagi kami untuk istirahat lebih dari cukup, maka kami mengisinya dengan menikmati "snack", main kartu, syering kehidupan,dll.
Sekitar pukul 12.30 WITA kami menikmati santap siang bersama. Sungguh luar biasa.
Melihat Lingkungan Sekitar Gereja Baru Paroki Waikomo
Pada saat Konfraterku menikmati relaksasi di Bukit Waikomo, aku berkeliling di sekitar gereja megah Paroki Waikomo yang sedang dalam tahapan finishing. Sungguh anggun bangunan ini. Kekokohan dan kemegahan bangunan ini meyakinkanku bahwa biarpun proses pembangunannya memakan waktu lebih dari dua puluh tahun, tetapi bangunan ini diyakini bertahan lama. Memang ada informasi bahwa atapnya mulai bocor. Hal itu bisa disebabkan oleh faktor cuaca yakni menyebabkan penyusutan dan pemuaian. Singkatnya banyak faktor penyebab.
Komitmen Pastor, DPP dan Umat Waikomo: Menyelesaikan Pembangunan
Dalam wawancara sederhana dengan Pastor Paroki Waikomo, diperoleh informasi bahwa Pastor bersama umat Waikomo akan berjuang keras menyelesaikan bangunan gereja megah tersebut. Tentu dibutuhkan biaya yang masih besar. Karena itu dibutuhkan keterlibatan semua pihak.
Baca: Narasi Kecil: "SOS" Dan Viaticum
Penulis menyaksikan bahwa desain interior sudah, sedang dan terus dimaksimalkan. Gereja tersebut sudah dipakai untuk misa harian, mingguan dan perayaan keagamaan Katolik lainnya. Bangku sudah ada sebagian. Yang lainnya diletakkan banyak kursi. Di sana-sini masih tetdapat bahan bangunan, antara lain: semen, tumpukan pasir, tangga-tangga penopang, dll.
Selamat melanjutkan penyelesaian pembangunan gereja Paroki Waikomo.
Kegiatan SVD di Waikomo
Kami membuka secara resmi kegiatan SVD Distrik Larantuka-Lembata di Soverdi Bukit pada Senin, sore hari (22/3/24) jam 6 sore. Kegiatan tersebut dibuka oleh Rektor "DILAN", RP. Daniel Nara Gere, SVD. Dalam sambutan pembuka tersebut, Pater Rektor mengucapkan terima kasih atas kerelaan Konfrater yang meluangkan waktu terbaik dan rutinitas pelayanan di tempat masing-masing untuk boleh hadir di Waikomo. Pada sisi lain, Pastor Paroki Ritaebang tersebut menyampaikan limpah terima kasih kepada Konfrater di Waikomo yang dengan penuh hospitalitas yang tinggi menerima Konfrater sekalian. Lalu, pada penutupan sambutannya, Rektor yang ramah ini mengucapkan banyak terima kasih kepada Pater Simeon Bera Muda, SVD (Dosen dan Pakar Kitab Suci) yang berkenan menjadi Fasilitator dalam kegiatan rekoleksi di tingkat Distrik SVD Larantuka-Lembata pada bulan April 2024 ini.
Menjadi Sahabat Sang Sabda
Dalam introduksinya, Pater Simeon (demikian Pater Simeon Bera Muda, SVD, lazim disapa), mengingatkan konfrater SVD untuk menjadi Sahabat Sang Sabda Allah. "Kita sebagai SVD mestinya lebih komit menjadi Sahabat Sang Sabda Allah karena nama kita adalah Serikat Sabda Allah", demikian motivasi dari Dosen Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero ini.
Pater Simeon lalu mengajak peserta untuk membaca secara tekun dan teliti perikop injil Lukas 24:13-49. Setelahnya, secara bergiliran, setiap Konfrater membaca satu ayat hingga selesai.
Seusai membaca setiap ayat secara bersama dan merenungkannya lalu diberikan kesempatan kepada semua Konfrater untuk membagikan pengalaman iman sesuai kata, parafrase, ayat dan gabungan ayat dari perikop kitab suci yang telah direnungkan. Ternyata syering kehidupan itu sangat memperkaya penghayatan iman dan pelayanan nyata kepada umat Allah di bidang tugas masing-masing.
Lanjutan Kegiatan
Pada hari kedua, Selasa, 23 April 2024, kami melaksanakan Misa Integrasi di Ruang Doa Soverdia Bukit. Setelahnya dilanjutkan dengan acara sarapan pagi.
Pada pukul 08.00 WITA dimulai sesi "Sangat Serius" tentang Menjadi Sahabat Sang Sabda Allah. Pater Simeon Bera Muda, SVD begitu fasih (dan sungguh seorang pakar) menjelaskan kepada peserta terkait tema yang dibawakannya. Kami sungguh disegarkan lagi dengan pengetahuan kitab suci praktis, dengan metode yang modern serta mudah diaplikasikan di lapangan pelayanan. Dalam waktu yang relatif singkat (nyaris 2 jam) Konfrater dibimbing untuk menjadi animator Kitab Suci yang handal, bermutu, berwawasan luas fan menjadi pewarta Sabda Allah yang berkompeten. Untuk lebih detail memahami bagan yang dipresentasikan oleh Pater Simeon Bera Muda, SVD boleh dilihat pada tulisan beliau berjudul: "SOCII VERBI DIVINI".
Dialektika sungguh kentara dalam kegiatan ini. "Hujan pertanyaan" sangat terasa. Mayoritas pertanyaan berisikan tentang bagaimana Pater Simeon bisa "seahli itu" dalam memahami Kitab Suci. Di sisi lain, ada yang meminta bimbingan dan petunjuk praktis. Bahkan ada Konfrater yang menganjurkan supaya Pater Simeon boleh berjunjung ke paroki-paroki yang dilayani SVD untuk menganimasi umat di Paroki bersangkutan agar semakin menjadi Sahabat Sang Sabda Allah.
Rapat Internal untuk Internos
Usai pendalaman tema tentang Sahabat Sang Sabda Allah, yang dibawakan oleh Pater Simeon Bera Muda, SVD akhirnya di bawah bimbingan Pater Rektor Distrik Larantuka-Lembata, kami mengadakan pertemuan internal untuk Internos. Semua pembahasan tentang hal internal tersebut dibicarakan bersama hanya terbatas untuk anggota Distrik Larantuka-Lembata. Kami mengisi waktu tersebut dengan sangat efektif.
Berziarah ke "RUSABU" Mengunjungi Misionaris Senior, RP. Nick Strawn, SVD
Di siang hari yang cukup terik pada Selasa, (23/4/24), kami berjalan kaki menuju "RUSABU= RUmah SAkit BUkit". Adapun tujuan kami ke sana yakni mengunjungi Konfrater senior kami, RP. Nick Strawn, SVD. Beliau berusia hampir 90 tahun dan terbaring sekian lama di "RUSABU" ruangan paling ujung.
Saat kami masuk ke ruangan, kami memperkenalkan diri secara pribadi. Aneh rasanya. Beliau masih mengingat nama Konfraternya dengan sangat baik.
Di penghujung kunjungan, kami meminta Pater Maxi Seno, SVD untuk memimpin doa singkat dan memberkati Pater Nick Strawn, SVD. Setelahnya, kami meminta Pater Nick Strawn SVD agar berkenan memberkati kami semua. Luar biasa, Pater Nick memberkati kami semua dengan suara yang masih sangat jernih. Pemandangan inidah ini sungguh meneguhkan kami semua.
Ada cinta terpancar di wajahnya. Senyuman Misionaris sejati yang penuh makna.
Setelahnya kami berpamitan dengan Pater Nick lalu kembali ke Pastoran Waikomo untuk menikmati santap siang bersama.
Healing ke "BCL=Bukit Cinta Lembata", Singgah di Komunitas SSpS Pada
Dalam perjalanan menuju Bukit Cinta Lembata, kami singgah untuk minum sore di Komunitas SSpS paroki Pada. Rumah mereka "lumayan elit". Terletak di atas bukit. Sungguh strategis, indah, memesona. Pimpinan Komunitas dan anggotanya menerima kami dengan penuh keramahan. Mereka menghidangkan kepada kami "Pizza" buatan tangan mereka sendiri. Sungguh pizza yang lezat. Terima kasih banyak para saudari SSpS. "Pater Ekonom, Komunitas kami di Pada ini ada, karena bantuan SVD
Terima kasih saudara SVD", bisik seorang Suster kepadaku. Lalu, kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan menuju Bukit Cinta Lembata dengan menggunakan mobil dari Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata. Terima kasih banyak Pemda Lembata.
"Ada cinta di Lembata", demikian seruan Pater Rektor SVD Distrik Larantuka-Lembata, Pater Daniel Nara Gere, SVD ketika kami tiba di puncak Bukit Cinta. Saat itu sudah mulai senja. Mereka menuju tugu bertuliskan "LOVE" dan sebelahnya bertuliskan "LEMBATA" dalam huruf merah besar dan mencolok. Orang bermata rabunpun dengan mudah membaca tulisan itu.
Setelah menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan ini, lalu kami harus pulang ke Pastoran Waikomo. Setelah beristirahat sejenak selanjutnya kami mengikuti agenda makan malam bersama. Makan malam ini sekaligus menjadi makan malam perutusan kembali ke tempat tugas masing-masing.
Terima Kasih Ako Edy Lamanepa Sekeluarga, Terima Kasih Donatur
Kami sendiri belum mendapatkan bocoran terkait donatur kegiatan kami di Waikomo-Lembata. Hanya saja, hal yang pasti kami saksikan ialah begitu banyaknya umat yang membawa sesuatu ke pastoran Waikomo. Ada yang membawa kue, puding, ikan bakar, minuman bir bintang, bir hitam, sprite, fanta, cocca cola, dll. Kami belum mengenal siapa kalian tetapi kami berterimakasih kepadamu semua sembari memohon berkat Tuhan untuk Anda semua, para donatur.
Bersama Pater Alo Wuring, SVD, saya hendak berterimakasih secara khusus kepada Ako Edy Lamanepa Sekeluarga di Waikomo yang memperkenankan rumah mereka menjadi tempat kami beristirahat malam. Keluarga ini melayani kami dengan penuh hospitalitas yang tinggi. Mereka adalah pengusaha dan pebisnis yang amat sibuk. Mereka "dengan kepercayaan yang sangat penuh" memberikan kepada saya kunci pintu gerbang, kunci rumah dan kunci motor. Bahkan, kalau saya bisa menyetir mobil, maka kunci mobilpun bisa diberikan kepada saya....hahahaha. Saat saya pamit ke pelabuhan, Ako Edy mengantar dan memfasilitasi saya masuk kapal. Saya berterima kasih kepada mereka.
Misa Bersama Umat Waikomo
"Pergilah, kamu diutus". Mungkin ini kalimat yang pas untuk melukiskan kisah pagi ini, Rabu, 24 April 2024. Kami harus pergi. Kami harus pamit. Yah, kami pamit ke tempat tugas masing-masing. Sebelumnya, kami merayakan Ekaristi harian yang dipimpin oleh Pater Rein Kleden, SVD.
Dalam misa itu ada 3 intensi utama yakni:
Pertama, syukur atas suksesnya kegiatan SVD Distrik Larantuka-Lembata dan mohon berkat Tuhan untuk para donatur; Kedua, syukuran pertambahan usia Dokter Yuyun Kancung,
Ketiga, Syukuran atas wisuda Magister Hukum adik sepupu kami, Michael ADUR. Ada juga intensi lain, di luar yang saya berikan.
Sebelum berkat penutup, Pastor Paroki Waikomo memberikan kesempatan kepada Pater Rektor dan Konfrater untuk memperkenalkan diri kepada umat Waikomo yang sempat hadir misa.
Sayonara, See you Waikomo-Lembata
Selain berterima kasih kepada konfrater dan umat Paroki Waikomo, kami juga memohon pamit dari Waikomo menuju tempat tugas kami masing-masing. "See you Waikomo. See you Lembata. Untill we meet next time". Banyak permohonan maaf jika banyak kesalahan dan kekeliruan yang telah kami perbuat. Kami pamit untuk sementara. Kita saling mendoakan.
Menumpang Kapal Cepat Lembata Karya Express: Saat Pulang
Kapal Cepat (KC) Lembata Karya Express meninggalkan pelabuhan Lewoleba sekitar pkl. 08.35 WITA. Perjalanan melambat. Entah apa yang terjadi? Kami hanya bisa menikmati.
Dibandingkan dengan Kapal Cepat Ina Maria 3 dan Kapal Cepat FANTASI ENDE, kapal cepat Lembata Karya Express merupakan Kapal Cepat yang lebih lambat.
Saat saya menumpang Kapal Cepat Ina Maria 3, waktu tempuh Larantuka-Lewoleba satu jam lima belas menit, Kapal Cepat FANTASI ENDE waktu tempuh satu jam sedangkan Kapal Cepat Lembata Karya Express hampir menggunakan waktu sekitar dua jam. Apapun kondisinya saya sangat menikmati suasana di laut. Entah cepat, entah lambat, yang pasti semua kapal membawa kami ke pelabuhan penuh harapan.
Epilog
Demikianlah catatan hatiku tentang kegiatan kami di Waikomo-Lembata. Kami mencintai Tuhan.
Kami mencintai gereja-Nya,
Kami mencintai SVD,
Kami mencintaimu semua.
Sungguh, Ada cinta di Lembata.
**
*) Penulis adalah Pastor Rekan di Paroki SAMARASA (SANTA MARIA RATU SEMESTA ALAM) Hokeng, Moderator SOVERDIA Distrik Larantuka-Lembata dan Ekonom SVD Distrik Larantuka-Lembata. Baginya, pengalaman adalah guru terbaik, menulis itu mengabadikan kenangan.