Oleh: RP. Stefanus Dampur, SVD*)
Tetap Bersahaja Dan Murah Hati (Belajar dari Orang Samaria Yang Baik Hati Dan Menelisik Sisi Baik Keledai, Minyak dan Penginapan) |
Kita berkumpul di Gereja Katedral Renha Rosari Larantuka ini untuk mengikuti Kegiatan Rekoleksi Bulanan di Dekenat Larantuka. Bulan ini adalah bulan Mei. Kita secara khusus mendedikasikannya untuk menghormati Bunda kita, Maria. Kita dan semua umat yang kita layani sungguh sibuk dalam bulan ini.
Bulan Maria: Bulan Super Sibuk
Betapa tidak! Perayaan bulan Maria ini kita buka dengan perayaan Ekaristi Kudus. Setelahnya diadakan prosesi aeca bunda Maria ke setiap lingkungan dan Komunitas Basis Gerejawi (KBG).
Pengalaman pribadi saya membuktikan bahwa prosesi arca Bunda Maria pada tanggal 1 Mei 2024 di Stasi Bawalatang Paroki Hokeng sungguh menggembirakan. Ratusan umat berpawai dengan lilin bernyala du tangan juga terang senter dan handphone dengan radius lebih dari dua (2) kilometer di malam hari. Umat begitu antusias.
Pada hari yang sama, Rabu (1/5/24) kami juga memperingati Hari Buruh di seluruh dunia. Kami berdoa dan berharap bahwa hak para buruh diperhatikan. Mereka diperlakukan secara manusiawi dengan pengupahan yang layak dan manusiawi pula. Pada momen istimewa ini pula bertepatan dengan perayaan Santo Yosef Pelindung para pekerja, kita berdoa semoga Santo Yosef mendoakan dan melindungi para pekerja agar memperoleh berkat dan rahmat Tuhan dalam kehidupan mereka.
Pada tanggal 1-5 Mei 2024, di pusat Paroki Hokeng dilaksanakan pula Seminar Pembaharuan Hidup dalam Roh Kudus, yang dimediasi oleh Tim Kebangunan Rohani Katolik (KRK) Denpasar dan Tim PD Karismatik Santo Paulus Waibalun. Kegiatan ini sungguh membangunkan kesadaran spiritual umat.
Lalu, pada tanggal 6-11 Mei 2024 dilaksanakan Kegiatan Pastoral Kunjungan KBG di dalam 9 lingkungan Pusat Paroki Hokeng. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di KBG yakni:
Pertama, memberkati air dan garam. Setelahnya, umat kembali ke rumah mereka, membawa pulang air dan garam berkat lalu menunggu Pastor dan petugas yang memberkati rumah mereka, dll.
Kedua, Memberkati semua rumah umat.
Ketiga, Merayakan Misa/Ekaristi bersama umat di KBG.
Keempat, Makan Bersama dalam suasana sukacita dan ketulusan.
Kelima, Dialog dari hati ke hati Pastor dan umatnya.
Agenda lain, pada tanggal 19 -24 Mei 2024 dilaksanakan kegiatan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) di pusat paroki Hokeng.
Tanggal 27-31 Mei dilaksanakan Misa Penutupan bulan Maria di beberapa lingkungan dan Stasi yang telah disepakati Pastor dan Umat.
Baca: Renungan Romo Agustinus rame Pr (Part 3)
Dengan agenda bulan Mei yang sangat padat di atas, satu kesimpulan yang bisa kita buat ialah bahwa bulan Mei adalah bulan super sibuk. Karena itu, kita membutuhkan isi tenaga dan kekuatan lainnya (charge) untuk menghadapi banyak tantangan (challenges) dan akhirnya membawa perubahan (change). Semoga, semuanya itu kita bisa dapatkan dalam kesempatan rekoleksi kali ini.
Mengakrabi dan Mengkaji Intipati Perikop Lukas 10:25-37, tentang Orang Samaria yang Baik Hati
Saya mendasarkan refleksi biblis ini pada tafsiran Bergant dan Karris (Lihat, Bergant dan Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, pp. 135-136).
Bergant dan Karris menegaskan bahwa cerita ini (orang Samaria yang murah hati,-pen), (...) memberikan suatu gambaran tentang hidup pemuridan kristen dalam istilah kasih kepada sesama (pelayanan aktif) dan kepada Yesus (doa). Keduanya digabungkan untuk melukiskan jalan menuju kehidupan kekal yang diberikan dalam jawaban ahli Taurat (ayat 27; tentang kasih kepada Allah, kepada sesama seperti kepada diri sendiri,-pen).
Menurut Bergant dan Karris, ketika menjawab dengan pernyataan mengenai kasih kepada Allah dan kepada sesama, ahli Taurat itu mengutip doa Ibrani, Shemma Esreh (Kitab Ulangan 6:4-5), menggabungkannya dengan ucapan Imamat 19:18. Gabungan ini jelas, aslinya berasal dari Yesus (Markus 12:29-31) dan diketahui oleh ahli Taurat, yang menggunakannya ketika Yesus balik bertanya kepadanya.
Untuk "membenarkan dirinya" (karena Yesus sudah mempermudah pertanyaan ahli Taurat, maka ia (ahli Taurat, -pen) membangkitkan perdebatan mengenai siapa sebenarnya sesamanya itu. Dalam Kitab Imamat, sesama adalah teman sebangsa Israel (Bdk. Kitab Imamat 19:18). Hanya saja bangsa Israel terbuka juga terhadap orang asing yang berada di bawah pengawasan dan pengajaran orang Yahudi. Kitab Imamat 19:34 berbunyi: "Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir ...".
Sebagai suatu perumpamaan, cerita mengenai orang Samaria yang baik hati (baca: murah hati; lihat Injil Lukas 10:25-37), dimaksudkan untuk menentang suatu pola pikir yabg salah tetapi diterima sehingga nilai-nilai dari Kerajaan Allah dapat masuk ke dalam sistem yang ketat. Hal ini menunjukkan seorang Samaria, anggota dari kelompok yang dihina dan dicemooh oleh orang-orang Yahudi (justru, -pen) melakukan pelayanan kasih yang dihindari oleh para Pemimpin agama Yahudi (baca: Imam dan Orang Lewi). Ini mengejutkan. Bagi banyak orang Yahudi tidak dapat dipercaya dan diterima (bahwa orang Samaria bisa berbuat baik,-pen).
Rekan-rekan sekerja Allah yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Cerita ini (Orang Samaria yang baik dan murah hati,-pen) begitu duterina seperti apa adanya, (ternyata,-pen) juga memberikan suatu contoh hidup mengenai pemenuhan perintah kasih.
Pertanyaan ahli Taurat meliputi orang yang bukan sesamaku. Cerita Yesus ini menjawabi kebenaran bahwa tidak ada orang yang bukan sesamanya.
"Sesama" bukanlah soal hubungan darah, atau kebangsaan atau persekutuan keagamaan (...).
Imam dan orang Lewi tahu benar mengenai perintah Allah. Seperti ahli Taurat, mereka pasti dapat menafsirkannya bagi orang lain. (Anehnya, mereka hanya tahu menafsirkannya untuk orang lain dan tidak untuk mereka sendiri). Pesan untuk kita yakni penting berteori tentang perbuatan baik tetapi lebih penting lagi melakukan kebaikan. Seribu kali berkotbah tentang kebaikan sama mutunya dengan satu kali berbuat baik. Kebaikan itu sesungguhnya bukanlah teoretis tetapi praksis kehidupan. Ketika kita berbuat baik, kita tidak sedang menambah kemuliaan Tuhan tetapi sungguh berguna untuk kebaikan sesama dan keselamatan jiwa kita.
Rekan-rekan sekerja Allah yang terkasih,
Dari kisah indah tentang Orang Samaria yang baik hati ini, saya mengajak kita semua untuk merenungkan bersama Pesan dan Sisi Baik keledai, minyak dan penginapan.
Pertama, Memetik Makna dan Sisi Baik Keledai.
Keledai mempunyai sifat rendah, hina dan bodoh, yang tidak dimiliki oleh binatang atau hewan lainnya. Dalam ungkapan bahasa Arab, perumpamaan keledai adalah sebuah ejekan kasar bagi orang lain (...).
Namun keledai mempunyai sisi baik juga:
1. Hewan yang kuat memikul beban.
Hikmahnya untuk manusia. Hendaknya kita menjadi pribadi yang kuat untuk menanggung banyak tugas dan tanggung jawab dalam hidup. Sebagai pelayan Pastoral baik terbaptis maupun tertahbis, kita semua melayani umat Allah dalam bidang personalia (man), keuangan (money), sarana-prasarana (matterial) juga kinerja (method). Hendaknya kita menjadi pribadi yang kuat dalam tata lahir dan batin, jiwa dan raga.
2). Keledai mempunyai telinga yang besar dan lebar. Telinga yang besar dan lebar keledai membantunya untuk mendengar satu sama lain dari jarak jauh. Telinga besar keledai memiliki permukaan yang lebar, yang membantunya untuki memindahkan panas dari tubuh keledai sehingga membuatnya tetap dingin. Pesan untuk kita:
1). Hendaknya kita bisa saling mendengarkan. Jika satu orang berbicara, baiklah yang lainnya mendengarkan. Dengan mendengarkan secara baik, kita bisa meminimalisir penafsiran yang keliru dan membantu komunikasi efektif. Contoh:
#. Menurut kabar, burung Anton mati.
Iru berarti, kabar itu menegaskan bahwa hewan berupa burung yang dipelihara oleh orang bernama Anton, mati. Entah apa penyebabnya.
## Menurut kabar burung, Anton mati. Itu artinya menurut kabar yang tidak pasti, kabar yang tidak menentu menginformasikan bahwa si Anton yang mati. Itu namanya kabar yang masih simpang siur. Dua contoh kalimat di atas harus dipahami secara baik dan benar karena kita bisa mendengarkan dengan baik. Dengan demikian tidak ada kesalahan dalam menafsirkan informasi atau berita yang kita terima.
3). Keledai Sanggup Menghemat Air (Lihat: www.poulingrain.com)
Keledai diduga memiliki kemampuan untuk menghemat simpanan air secara internal dan menghindari rasa haus dengan mengurangi keringat untuk mengontrol suhu dan mengurangi air yang hilang dalam kotorannya. Keledai memiliki kebutuhan air paling rendah dibandingkan dengan semua hewan lain, kecuali unta.
Dalam kondisi panas 80-100 derajat Farenheit, keledai mengonsumsi air sebanyak 9 % BW per hari. Dalam kondisi lebih dingin, kedai mengonsumsi air sebanyak 4-5 % dari berat badannya per hari. Pesan bagi kita:
# Manusia perlu berpikir tentang investasi. Perlu juga berpikir tentang antisipasi tentang masa depan.
## Manusia juga diajak untuk hidup hemat, cerdas konteks. Supaya bisa hidup sehat, kita perlu mengonsumsi air bening per hari sebanyak 2 liter atau setara 8 (delapan) gelas per hari (gelas berukuran 230ml).
Kedua, Memetik Sisi Baik Minyak
Minyak itu melenturkan yang kaku. Mknyak juga berfungsi untuk mempercepat penyenbuhan luka. Belajar dari mutu minyak, kita semua mungkin menjadi manusia terluka, namun kita bisa menjadi penyembuh yang terluka (the wounded healer). Orang terluka yang bisa menyembuhkan. Kita memastikan bahwa dalam dunia yang terluka ini, kita hadir sebagai penyembuh. Kita sebagai Pastor yang bekerja di paroki, kita mempunyai tugas utama yakni memelihara jiwa-jiwa (currae animarum). Kita bisa menjadi "dokter" jiwa dan raga secara holistik. Semoga kita "SEROJA= SEhat ROhani JAsmani".
Ketiga, Memetik Sisi Baik Penginapan.
Penginapan adalah tempat yang aman, nyaman dan membahagiakan. Di penginapan kita bisa beristirahat. Di penginapan, kita mengambil jarak terukur dengan keramaian dunia. Dengannya penginapan memastikan adanya privasi. Dalam penginapan, semua pribadi (person) memiliki hak untuk mengurusi dirinya sendiri tanpa mesti diganggu oleh orang lain.
Pesan untuk kita:
1. Kita membutuhkan tempat dan suasana yang aman, nyaman dan sehat untuk membentuk diri (formasi diri).
2. Kita perlu mengambil jarak yang pas dan terukur untuk menjauhi hiruk-pikuknya dunia. Kita memerlukan suasana doa, meditasi, kontemplasi, ret-ret, dan kegiatan rohani lainnya untuk mengisi energi baru demi pelayanan kepada Allah dan umat.
3. Kita membutuhkan sillentium, keheningan. Dalam keheningan, kita akhirnya lebih produktif, lebih konstruktif.
4. Adanya kita selalu berarti ada bersama yang lain. Oleh karena itu, perlu menghormati hak orang lain, termasuk untuk menikmati kehidupan yang tenang, aman, nyaman dan membahagiakan.
5. Di tempat yang hening, aman dan nyaman, kita menjauhi racun (toxic) kehidupan seperti suka iri hati, dendam, dengki, gosip, meremehkan orang lain, fitnah, dan lain-lain.
Epilog
Segenap Rekan Sekolegialitas yang terkasih dalam Kristus Yesus,
Mari kita semua tetap menjadi pribadi yang bersahaja dan murah hati. Kita perlu "memetik" sisi baik dari keledai, minyak dan penginapan berdasarkan perumpamaan Yesus tentang "Orang Samaria yang Baik Hati". Semoga Tuhan memampukan kita sekalian. Amin.
*). Penulis adalah Pastor Rekan Paroki SAMARASA (SAnta MAria RAtu Semesta Alam) Hokeng.
Dia juga dipercayakan oleh Romo Deken Larantuka sebagai Pemberi Rekoleksi untuk para Pastor, Bruder dan Frater se-Dekenat Larantuka pada hari Selasa, 14 Mei 2024, pkl. 17.00-17.35 WITA di Gereja Katedral Renha Rosari Larantuka.
Terima kasih kepada Yang Mulia Bapa Uskup Keuskupan Larantuka, Romo Vikjen, Romo Sekjen, Romo Deken serta semua Pastor Paroki dan Tim Pastor, Frater dan Bruder se-Dekenat Larantuka yang telah mendukung penulis selama ini. Dalam Yesus, kita bersaudara.