Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menyambut Tubuh Dan Darah Kristus Dengan Penuh Iman

Suara BulirBERNAS
Saturday, June 15, 2024 | 12:44 WIB Last Updated 2024-06-15T06:10:15Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur, SVD*)


Menyambut Tubuh Dan Darah Kristus Dengan Penuh Iman


Catatan Awal


Renungan ini penulis bawakan saat berkarya di Lio Utara, tepatnya di Paroki Roh Kudus Detukeli sekitar tahun 2011 yang lalu. Saat itu ada perayaan Komuni Pertama. Orang Flores menyebutnya Pesta Sambut Baru (tahun A/II). Adapun bacaan yang menjadi referensi yakni: Kitab Ulangan 8: 2-3, 14-16, 1 Kor 10: 16-17 dan Injil  Yoh 6: 51-58. Penulis juga merefleksikan bacaan-bacaan suci ini dalam konteksnya.


Baca: Kostum Olahraga Paguyuban Fratres SVD Asal Manggarai Raya


Ekaristi Kudus: Wasiat Yesus: "Lakukanlah ini sebagai Kenangan akan Daku"


Perayaan ekaristi kudus yang kita rayakan sejak lama hingga saat ini merupakan pelaksanaan perintah Tuhan Yesus, sebagaimana yang dikatakan-Nya pada perjamuan malam terakhir bersama para murid-Nya: “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”. Merayakan ekaristi berarti mengenang Yesus yang telah menyerahkan diri seutuhnya untuk keselamatan kita. Oleh karena itu, ketika hendak merayakan ekaristi kudus, baiklah kita masing-masing menyatakan rasa syukur atas karya agung Allah bagi kita. Di sisi lain, sebagai satu keluarga umat beriman kita perlu bersatu, baik dalam suka maupun duka. Seperti roti itu satu, maka kita biarpun banyak anggota tetapi satu tubuh dan Kristuslah sebagai kepala kita. Dialah junjungan kita. Dia yang kita sembah.


Pada hari ini, bersama anak-anak kita (sebut jumlah dan informasi lain…), kita hendak bersatu dalam iman yang sama akan Kristus sebagai penyelamat kita. Kita mengantar peserta sambut baru/komuni pertama untuk makan roti kehidupan dan minum darah keselamatan. Kita kenangkan dengan rasa syukur, bahwa Yesus telah mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan kita. Dialah jaminan hidup kita.


 Sambutlah Tubuh dan Darah Kristus dengan Penuh Iman


Bapa/Ibu/Saudara/i, segenap anak calon sambut baru yang terkasih dalam Kristus… 

Syukur dan pujian tak terhingga patut kita lambungkan ke hadirat Allah yang Mahapengasih karena atas kasih setia-Nya kita boleh bersua rupa dan bertatap wajah di dalam rumah-Nya ini, berkenaan dengan sambut baru bagi (sebut jumlah peserta Komuni Pertama) anak-anak kita, adik-adik kita, keluarga kita.


Baca: Kunjungan Yang Bermakna (Memetik Pesan Mulia Pesta Maria Mengunjungi Elisabeth, Saudarinya)


Kita merefleksikan beberapa hal,

Pertama, perihal nama, sambut baru & ekaristi, komuni pertama. Istilah sambut baru mungkin hanya akrab di telinga orang Flores, Sumba, Timor dan Alor tetapi istilah komuni pertama lebih luas pemakaiannya di Indonesia. Dalam teologi sakramen, orang menyebut ekaristi. 


Baik sambut baru maupun komuni pertama sebenarnya menerangkan situasi dimana seseorang, baik anak-anak maupun orang dewasa baru pertama kali menyambut Tubuh dan Darah Tuhan Yesus dalam rupa hosti & anggur suci. Sebelum menyambut Tubuh dan Darah Kristus, biasanya gereja menyiapkan kondisi yang perlu sebagai persiapan jasmanai-rohani, ada pembinaan-pembinaan, ada ibadat tobat, ada pengakuan pribadi, ada latihan-latihan upacara, dan lain-lain. Semua itu diperlukan agar peserta sambut baru dapat dengan sadar, penuh, aktif dan merayakan ekaristi dengan penuh iman serta  penghayatan yang tepat sehingga berbuah dalam hidup.


Kedua, ekaristi mengubah kita menjadi serupa dengan Kristus (Hayon, p.129). Bersatu dengan Kristus sebagai roti kehidupan berarti bersedia diubah oleh Kristus. Itu berarti indra kita diresapi untuk berjumpa dengan terang Kristus. Budi kita dibimbing oleh iman untuk memilih Kristus sebagai satu-satunya pemandu dan ideal kita (…) Ekaristi mempersatukan semua anggota gereja dalam satu ikatan persaudaraan yang kokoh: saling membantu, membutuhkan. Dalam dan lewat ekaristi orang yang lemah dikuatkan, yang hina-dina diangkat, yang kecil (…) yang tidak punya apa-apa, diperhatikan.


Ketiga, Manfaat menyantap tubuh & darah Kristus (Hayon, p. 129 dan refleksi penulis). 

Tuhan Yesus bersabda: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan Dia pada akhir zaman…”.


Jadi sesungguhnya, menyantap tubuh dan darah Kristus itu tidak ada efek samping atau pengaruh negatifnya, melainkan mendatangkan kebaikan bagi kita yaitu memperoleh hidup kekal dan kebangkitan pada akhir zaman.


Beberapa pesan untuk kita. 

Pertama, semoga dengan menyantap tubuh darah Kristus dengan penuh iman, kita menjadi pribadi yang suka menolong, menghargai, mengasihi dan membuat dunia ini menjadi tempat yang membahagiakan untuk dihuni. Di samping itu pribadi yang diresapi ekaristi kudus akan menjadi pribadi yang membawa damai, mengampuni, memperhatikan mereka yang terlupakan, yang tersingkir, yang dikucilkan. Pribadi ekaristis bukanlah orang yang menunjuk kesalahan orang dengan satu jari dan lupa bahwa dia menunjuk kesalahan sendiri dengan empat jari, pribadi yang ekaristis  adalah dia yang dengan rendah hari mengakui kekurangan diri dan dengan demikian tidak menganggap bahwa kalau sudah pulang misa, hanya dia yang layak masuk surga.


Kedua, Pribadi ekaristis adalah dia yang solider, bergembira bersama yang sedang bergembira, bersedih dengan yang sedang bersedih, bukannya senang kalau orang lain susah dan susah kalau orang lain senang/gembira atau bahagia. Semoga pesta sambut baru atau komuni pertama kita tidak menjadi ajang pertumpahan darah (karena mabuk, perkelahian, dan hal jelek lainnya) tetapi kita maknai sebagai ajang persahabatan dan kekeluargaan. 


Baca: Tetap Bersahaja Dan Murah Hati (Belajar dari Orang Samaria Yang Baik Hati Dan Menelisik Sisi Baik Keledai, Minyak dan Penginapan)


Ketiga, menyantap tubuh dan darah Kristus itu tidak efek sampingnya, tidak ada ruginya. Yang ada adalah manfaat. Yang ada adalah kegunaan untuk jiwa kita, untuk keselamatan kita. Oleh karena itu hendaknya kita tidak mencari-cari alasan untuk menghindari misa atau perayaan Ekaristi Kudus. Hendaknya kita mulai menghentikan kritikan terhadap orang Katolik dari para pengkritik bahwasannya orang Katolik hanya sopan empat kali, yaitu sopan pada baptis anak, sopan pada sambut baru anak, sopan pada saat menikahkan anak, sopan pada saat mau mendapat minyak suci. 


Semua kritikan itu …. tidak mendasar, karena kita menjadi orang Katolik yang tekun, setia, dan tulus, bukan hanya sesaat tapi sepanjang hayat kita. Mari kita sambut Tubuh dan Darah Kristus dengan penuh iman. AMIN.




*) Penulis adalah Pastor Rekan di Paroki Roh Kudus Detukeli-Keuskupan Agung Ende tahun 2010-2012 dan kini (sejak akhir tahun 2023) berkarya di Paroki SAMARASA (SAnta MAria RAtu Semesta Alam) Hokeng-Keuskupan Larantuka.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menyambut Tubuh Dan Darah Kristus Dengan Penuh Iman

Trending Now

Iklan