Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Mensyukuri Lima Belas Tahun Tahbisan Imam (Semacam Garis Besar Otobiografi Pelayanan Imamat)

Suara BulirBERNAS
Monday, August 12, 2024 | 19:27 WIB Last Updated 2024-08-13T00:30:36Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur, SVD


Mensyukuri Lima Belas Tahun Tahbisan Imam (Semacam Garis Besar Otobiografi Pelayanan Imamat)
Momen perayaan ultah Romo Stefanus D. SVD bersama umat (foto ist.)




Tahun 2009, tanggal 12 bulan Agustus merupakan momentum bersejarah dalam kehidupanku. Betapa tidak! Bersama banyak teman (SVD, Projo Ruteng, dll) kami ditahbiskan menjadi Imam oleh Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Keuskupan Agung Ende. Beliau meninggal tahun ini (2024). Tempat kami ditahbiskan yakni Gereja Katedral Ruteng (yang baru).


Baca: Abraham dalam Angka, Suatu Momentum Bersejarah


Sejak 12 Agustus 2009 itu tentu akan dihitung terus setiap tahunnya sebagai momen spesial untuk bersyukur. Bersyukur dalam segala situasi; entah sukses, entah gagal, entah bahagia maupun derita dalam hidup, karya perutusan dan panggilan sebagai imam-biarawan, religius -misionars.


Lanjutkan Pelayanan sebagai Diakon dan Imam Baru di Kantor Ekonom Provinsi SVD Ende 


Masa Diakonat saya dihabiskan di Kantor Ekonom Provinsi SVD Ende. Ini benar. Saya melayani "meja altar dan para janda" di lingkup wilayah kerja tersebut (boleh tertawa sedikit). Saya juga melayani Konfrater di Komunitas Biara Santo Yosef Ende. Teman-teman Diakon yang lain mengisi masa Diakonat mereka di paroki sedangkan saya santai juga serius di Kantor Ekonom Provinsi SVD Ende. Pelayanan mulia tersebut terjadi hingga enam bulan lebih menjadi Imam dalam SVD (Societas Verbi Divini, Serikat Sabda Allah).


"Diutus" ke Paroki Roh Kudus Detukeli-Keuskupan Agung Ende 


Pada bulan Mei tahun 2010, saya "diutus" ke Detukeli oleh Pembesar SVD masa itu. Jadi, kelanjutan untuk pelayanan di Paroki dimulai. Ketika berkarya di Detukeli yang indah itu, saya mulai menyadari bahwa lokasi belajar yang paling luar biasa itu adalah Universitas Kehidupan.


Saya mengalami bahwa daerah Detukeli merupakan "wilayah potensial" yang "belum terkontaminasi" dengan "permainan dunia". Jalannya jelek. Airnya berwarna coklat. Penerangan kami memakai lampu pelita. Genset listrik dihitung dengan jari. Syukurlah di Pastoran Paroki Detukeli ada genset listrik yang lebih banyak onarnya daripada baiknya. Ringkasnya, jalan, air, listrik dan pelbagai hak dasar warga negara yang dijamin oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu tidak ada yang dipenuhi oleh negara (tahun 2010 itu). Sekarang (tahun 2024 sudah sangat berbeda). Rekan kami, Pater Charles Beraf, SVD yang bekerja di Detukeli sekarang sudah mengalami "situasi kemajuan". Kini di Detukeli air lancar mengalir, jalan mulus, listrik menyala 24 jam, sarana pendidikan bagus, fasilitas kesehatan memadai, dll. Lalu saya diutus ke Paroki Wolowaru pada pertengahan tahun 2012.


Diutus ke Paroki "HAK" Yesus Wolowaru 

 

Saya diminta oleh Pimpinan lain lagi dalam SVD untuk berkarya di Paroki Wolowaru. Karena prinsip ketaatan, maka saya taat. Saya melayani umat di Paroki Wolowaru sejak tahun 2012-2015. 


Di Wolowaru, saya melayani "umat Kota dan pinggir jalan negara". Kondisinya jauh berbeda-beda dari pengalaman di Detukeli. Di Wolowaru air lancar bahkan terbuang-buang. Soal jalan, jalan sangat mulus (di pusat Paroki) tapi jangan tanya tentang jalan di pedesaan seperti ke Niramesi, Detupau, Wololele A, hancur berantakan. Bahkan ada wilayah yang hanya mengikuti "jalan babi hutan". Bahasa setempat (Lio): "deko jala wawi du'a" artinya ikut jalan babi hutan. Bahasa Manggarai: "wetas de ngaruk". Listrik di Wolowaru, saat itu lumayan baik. 


Baca: Menyambut Tubuh Dan Darah Kristus Dengan Penuh Iman


Saya bersama rekan imam melayani umat Wolowaru dengan penuh kesungguhan. Saya ingat baik bahwa saat itu kami merenovasi gereja, Pastoran, membuat lapangan multifungsi seperti bola volley, futsall, basket, dll. Ada juga pembangunan "Panggung Permanen" untuk aneka acara di Paroki. Gua Maria Paroki Wolowaru dan Stasi Pemo juga dirancang dan dibuat pada masa itu. 


Saat berkarya di Paroki Wolowaru saya merasakan bahwa semangat melayani umat dalam aneka sumber dayanya (man, money, matterial, method, machine/technology, marketing, etc.) sungguh terasa. Ada kekuatan lebih dan manfaatnya terasa. Intinya, saya merasakan hidup dalam kegembiraan imamat bersama umat terkasih. Saya mengalami bahwa geliat kehidupan umat dalam hal menggereja sungguh membesarkan hati. 


Saat saya merasa "nyaman dengan pelayanan kepada umat" tiba-tiba, ya memang betul tiba-tiba saja pimpinan mendekati saya untuk mutasi. Saya dipercayakan untuk menjadi Pastor Paroki di Boba. Saya sangat menolak permintaan tersebut dengan alasan di sana masih ada dua Pastor dan saya juga masih muda. Saya hanya mau menjadi Pastor Rekan. Namun, ketaatan kepada Pimpinan merupakan kemestian, maka saya mesti taat. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, saya akhirnya meluncur menuju Paroki Boba Kevikepan Bajawa.


Berkarya di Paroki Boba-Bajawa


Saya berkarya di Paroki Boba-Bajawa sebagai Pastor Paroki selama dua tahun (awal 2015 sampai 2017).

Di Paroki Boba kami membangun Gereja megah dengan biaya sekitar 3,8 myliard. Waktu pembangunannya sekitar setahun. Luar biasa.


Bapak Uskup Keuskupan Agung Ende saat itu, Mgr. Vincentius Sensi Potokota meminta semua Pastor Paroki agar menertibkan aset Gereja baik yang bergerak (kendaraan bermotor) maupun tidak bergerak (tanah, bangunan, dll). Sayapun menaati perintah Uskup dan menertibkan aset-aset Gereja Katolik di Paroki Boba.


Ada masalah aset yang sudah diselesaikan, adapula yang sedang dalam proses penyelesaian.


Lalu,  saya dipindahkan ke Ledalero, sebagai Sekretaris Komisi Sejarah SVD Ende. Sebelum ke Ledalero, saya berdomisili sementara di Paroki Wudu bersama almarhum Pater Gorgon, SVD (asal Polandia).


Nyaris Tujuh Tahun di Ledalero 


Di samping menjalankan tugas di Komisi SVD bidang sejarah, saya juga merupakan anggota Komunitas Patres Santo Paulus Ledalero-Maumere. Dengan demikian, banyak tugas komunitas yang saya jalankan. Saya juga menjadi Pastor Moderator Paguyuban Fratres SVD Asal Manggarai Raya (2018-2023), Pastor Moderator Paguyuban Keluarga Toraja Sikka (2021- kini), Penasihat Rohani KSP KOPDIT OBOR MAS, Pastor Moderator Komunitas Sant Egidio (Flores-Lembata) berpusat di Maumere, Pastor Moderator untuk Paguyuban Keluarga Besar Congkar LENGKO AJANG Maumere, Pastor Moderator Kelompok Tani Kolisia Maumere, dll.


Baca: Kostum Olahraga Paguyuban Fratres SVD Asal Manggarai Raya


Saya juga diminta menjadi "Bapa Pengakuan dan Bapa Rohani"  kelompok Frater. Di samping itu, saya juga memberikan Rekoleksi untuk para Bruder Nazaret Nita, melayani misa di banyak biara dan Paroki sekeuskupan Maumere pada hari minggu maupun misa votif dalam aneka intensinya.


Meskipun banyak kegiatan yang saya lakukan di Ledalero dan sekitarnya namun saya sungguh merasakan "kejenuhan". Ya, ada semacam ttik jenuh. Saya merenungkan dengan serius. Akhirnya saya merasa perlu untuk memutuskan dan merasa harus mendapatkan variasi pelayanan juga mendapatkan kesempatan untuk berkarya di bidang Pastoral Parokial. Sayapun meminta waktu untuk boleh bertemu dengan Pimpinan.

Tak lama berselang, Pimpinan baru SVD Ende (2023-2026) merestui permohonan saya agar berkarya di Paroki.


Saya Dibenuming ke Paroki "SAMARASA= SAnta MAria RAtu Semesta Alam"  Hokeng-Keuskupan Larantuka 


Saat itu bulan Agustus 2023. Itu momen penting dalam hidup saya. Saya berbicara pribadi dengan Pimpinan baru. Beliau "memahami" argumentasi saya dan merestui niat hati dan permintaan saya untuk bekerja di Paroki dalam wilayah teritorial Provinsi SVD Ende, khususnya di Flores. Bulan September 2023, SK Pimpinan Provinsi SVD Ende dan SK USKUP Keuskupan Larantuka, saya terima. Sayapun dipercayakan oleh Pimpinan untuk menjadi Ekonom Distrik Larantuka-Lembata.


Dengan demikian saya mesti membersihkan kamar saya di Ledalero dan mengatur barang-barang yang mesti saya bawa ke Paroki Hokeng. Barang yang dominan berupa buku (85%), selebihnya pakaian, kasula, stola, perlengkapan misa, dll. 


Pindah ke Paroki Hokeng


Saya pamitan dari Komunitas Patres Santo Paulus Ledalero pada tanggal 10 Oktober 2023. Saya diantar oleh beberapa Konfrater dan beberapa orang keluarga Maumere ke Hokeng. Mereka, antara lain: Pater Marsel Vande Raring, SVD, Pater Muche, SVD, Fr. Daniel Bunga, SVD, Mas Andang (Obor Mas), Bpk. Silvester Gudu dan Bpk. Robertus Sildeku. Kami tiba di Pastoran Hokeng siang hari (sekira pkl. 11.30  WITA). Suasana Pastoran sangat sepi. Maklumlah para pastor sedang rekoleksi. 


Setiba di Hokeng, kami diterima oleh karyawan dan beberapa umat yang ada di situ. Lalu, kami disuguhkan air kelapa muda. Belum selesai meminum air kelapa muda, makan siang seadanya sudah dihidangkan. 


Usai makan siang, semua pengantar kembali ke Maumere. Tinggallah aku seorang diri ditemani pastoran tua yang "dimakan usia". 


Sejak tanggal sepuluh bulan sepuluh tahun dua ribu dua puluh tiga, sahlah saya menjadi "Penghuni Pastoran Tua Paroki Hokeng". Kini, 12 Agustus 2024, saya genap sepuluh  bulan dua hari sebagai warga Pastoran Paroki Hokeng, saat mana saya merayakan 15 tahun Imamat. 


Sebelum hari ini, Senin, (12 Agustus 2024), kemarin, Minggu, (11 Agustus 2024), keluarga besar umat Paroki Hokeng, Paroki Lewolaga, Paroki Watobuku, yang tergabung dalam Paguyuban "Lalong Liba" Keluarga Besar Manggarai Raya Hokeng, kami merayakan Syukuran 15 tahun imamat saya di Dulipali-Paroki Hokeng. 


Dari lubuk hati terdalam saya hendak mengucapkan syukur kepada Tuhan Allah dan terima kasih yang berlimpah kepada semua pihak antara lain, orang tua kandung saya, Saudara-i, Keluarga besar, para sahabat-kenalan, Para Guru dan Pendidik sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, semua donatur,  Bapa Uskup Keuskupan Larantuka, Kuria, Romo Deken Larantuka, Pater Rektor Distrik Larantuka-Lembata, Konfrater  SVD, Para Imam, Biarawan-biarawati,  terutama kelompok Arisan "Lalong Liba" Hokeng yang "secara sengaja dan kentara mendukung saya" dengan doa dan perayaan syukuran yang mereka siapkan dengan SANGAT LUAR BIASA. Saya tak sanggup membalas kebaikanmu semua. Saya berdoa untuk kalian semua, semoga diberkati oleh Tuhan sendiri dalam hidup dan karya selanjutnya.


Semoga kita masih diperbolehkan oleh Tuhan agar merayakan Imamat bersama kami seumur hidup kalian dan seumur hidup kami. Tiada gading yang tiada retak. Saya merasakan bahwa selama 15 tahun menjadi Imam, banyak kesuksesan dan kegagalan, banyak tawa dan air mata yang menemani dinamika dan dialektika kehidupan kita. 


Oleh karena itu, untuk menyempurnakan ucapan terima kasih atas banyak alasan, sayapun mrmohon maaf untuk semua hal dan alasan yang kurang berkenan di hatimu semua. Maafmu adalah kekuatanku untuk percaya bahwa bumi ini adalah tempat hunian sementara yang bisa membahagiakan sebelum akhirnya kita menikmati kebahagiaan paripurna bersama Allah san segenap orang kudus-Nya dalam Kerajaan Surgawi. 


Saya berdoa dan berharap bahwa kita semua "SEROJA= SEhat ROhani JAsmani", kitapun mengalami kebahagiaan dalam hidup, saya mengirimkan salam "SEBAS= SEmoga BAhagia Senantiasa". Kita semua dijauhkan dari segala malapetaka baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan. Tuhan memberkati kita sekalian.


Lembah Hokeng, Senin, 12 Agustus 2024.


*) Penulis adalah Imam-Biarawan Religius -Misionars Tarekat Sabda Allah Provinsi SVD Ende. Sejak tahun 2023 dia menetap dan tinggal di Pastoran Tua Paroki Hokeng, Keuskupan Larantuka.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mensyukuri Lima Belas Tahun Tahbisan Imam (Semacam Garis Besar Otobiografi Pelayanan Imamat)

Trending Now

Iklan