Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Kaum Muda Mabar "Melek Politik"

Suara BulirBERNAS
Friday, September 6, 2024 | 10:27 WIB Last Updated 2024-09-06T04:31:52Z

Oleh: Sil Joni*


Kaum Muda Mabar "Melek Politik"




Sangat intersan bahwa mayoritas orang muda Manggarai Barat (Mabar) begitu 'terpikat' dengan dunia politik. Antusiasme yang tinggi untuk bermain dalam panggung politik itu, setidaknya terkonfirmasi dari seabrek aktivitas dari mereka yang menamakan dirinya 'relawan' dari Pasangan Calon (Paslon) tertentu. Animo yang luar biasa itu juga terlihat dari keaktifan mereka mengkonstruksikan dan mendiseminasikan narasi politik tentang Paslon jagoannya dalam ruang publik digital.


Baca: Pilkada Mabar, Lanjutkan Gerakan Perubahan!


Ketika sebagian besar kawula muda kita 'terseret' dalam arus pragmatisme politik dalam momen Pilkada, masih tepatkan kita mengambil konklusi tegas bahwa orang muda Mabar telah melek politik? Dengan rumusan lain, apakah orang muda yang bergiat dalam blok-blok politik dilihat sebagai indikasi menguatnya literasi politik dalam diri mereka?


"Buta terburuk adalah buta politik!”, ungkap penyair asal Jerman, Bertolt Brecht. Ungkapan itu lahir dari keprihatinannya perihal implikasi politik yang begitu kompleks. Pasalnya, keputusan politik akan melahirkan harga pangan, harga obat, akses pendidikan, kesehatan, kesejahteraan buruh, dan segala hal yang menyangkut persoalan hidup menjadi tidak menentu jika para pembuat kebijakan publik tidak diawasi. 


Baca: Seusai Pelantikan, Anggota DPRD Periode 2024-2029 Fraksi Nasdem Gelar Acara Syukuran Bersama


Pertanyaan kita adalah apakah orang muda yang masuk dalam barisan tim pemenangan Paslon tertentu itu benar-benar 'sadar' bahwa hanya dalam dan melalui politik, perbaikan tingkat kebaikan dan kesejahteraan hidup bersama bisa terwujud? Apakah mereka mempunyai stok pengetahuan dan wawasan yang luas perihal kualitas Paslon dan kemungkinan Paslon itu memenuhi ekspektasi publik?  


Membaca derasnya gelombang anak muda terjun ke gelanggang politik, maka  rasanya  survei dari Indopol yang dirilis oleh news.republika.co.id, tidak tepat. Apa lacur? Dalam  survei itu  ditemukan bahwa mayoritas generasi Z dan milenial kurang informasi politik. Temuan itu, dengan demikian tidak berlaku untuk generasi muda Mabar.


Idealnya di tengah fakta surplus informasi, aktivitas literasi politik menjadi bagian dari cara berada (mode of being) kita. Boleh jadi anak muda yang aktif dalam politik Pilkada itu, telah dilengkapi dengan basis pengetahuan yang merupakan buah dari kegiatan literasi politik. Jika asumsi ini benar, maka tesis bahwa anak muda Mabar melek politik, tidak meleset.


Penulis sosialis demokratis asal Inggris, Bernard Crick mengemukakan bahwa literasi politik adalah pengimplementasian senyawa pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai politik yang dimulai dari hal-hal kecil sampai pada isu-isu politik yang krusial. Publik yang literat secara politik, bisa mempengaruhi diri sendiri dan orang lain dalam pengambilan keputusan. 


Melek politik sangat penting sebagai bentuk implementasi dari nilai-nilai demokratis yang menjunjung tinggi hak masyarakat dalam berpartisipasi politik. Untuk itu, masyarakat perlu dididik dan diberi pemahaman politik secara substantif dan intensif agar mereka dapat kompeten dan rasional dalam berpartisipasi atau mengikuti kegiatan politik. 


Mengetahui dan memahami esensi politik menjadi sebuah 'kebajikan etis' bagi orang muda agar peka dan peduli pada pelbagai upaya untuk memperbaiki tata kehidupan bersama (bonum commune). Mereka harus segera disadarkan tentang kompleksitas politik yang kerap membelenggu dan menindas masyarakat.


Baca: Yopi Widyanti dan 'Politik Kepedulian Pada Perempuan'


Kita berharap agar orang muda Mabar yang saat ini sangat bergairah 'unjuk kebolehan dalam arena politik' benar-benar distir oleh motivasi dan intensi yang mulia, yaitu ikut bertanggung jawab untuk mengubah kondisi tubuh Mabar itu sendiri. Politik menjadi semacam 'undangan' untuk coba berkontribusi sesuai potensi untuk menata Mabar ke arah yang lebih baik.


Kesan saya, orang muda Mabar memiliki stok pengetahuan dan wawasan yang cukup terkait pelbagai persoalan yang mendera Kabupaten ini. Pengetahuan yang luas itulah yang mendorong mereka untuk mencari solusi alternatif melalui instrumen Pilkada.


Tanda-tanda melek politik itu bisa terlihat juga dari massifnya analisis dan narasi politik yang dipasarkan di media sosial. Ada banyak anak muda Mabar yang secara rutin meracik tulisan pendek di akun media sosial mereka. Saya memang jarang membaca tulisan-tulisan  tersebut. Tetapi, secara sepintas saya selalu 'melihat' pelbagai narasi itu.



*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kaum Muda Mabar "Melek Politik"

Trending Now

Iklan