Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Perkawinan Sebagai Sakramen (Salah Satu Materi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik)

Suara BulirBERNAS
Thursday, October 10, 2024 | 19:46 WIB Last Updated 2024-10-10T12:58:49Z
Perkawinan Sebagai Sakramen (Salah Satu Materi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik)
Perkawinan Sebagai Sakramen (Salah Satu Materi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik)




Pengantar Singkat

Materi tentang Perkawinan sebagai Sakramen, sering kali saya presentasikan di depan peserta KPPK (Kursus Persiapan Perkawinan Katolik) di banyak Paroki yang pernah saya layani maupun di tempat lain yang meminta bantuan saya untuk menjadi fasilitator. Bahkan dalam setiap kesempatan "Penyelidikan Kanonik", materi ini sepertinya "diulangi dan ditegaskan" lagi. 


Saya merasa bersyukur bahwa saya diberikan kesempatan untuk mendalami ilmu yang kami pelajari waktu kuliah dulu dalam kenyataan di medan kehidupan nyata. Kami secara langsung bisa bertemu dengan calon pasangan suami-isteri Katolik dan juga pasangan suami-isteri Katolik yang sudah senior yang memberikan kami input bernas dan sungguh berguna. Ada semacam "perkawinan" antara teori di bangku kuliah di satu sisi dan praktik serta pengalaman hidup nyata terkait perkawinan di sisi yang lain. Sungguh, kami saling memperkaya dan melengkapi serta menyempurnakan satu sama lain dalam hal pengetahuan dan pemahaman. 

Fokus dan Konsentrasi Presentasi 

Fokus dan konsentrasi serta inti sari dari materi yang saya presentasikan kira-kira demikian:
Poin pertama, Ada semacam jembatan keledai: "ADATUSIMO= Arti, DAsar, TUjuan, SIfat, MOdel" Perkawinan Katolik. Catatan: Semua materi ini hanya akan saya jelaskan dalam kesempatan KPPK.

Poin kedua, Tantangan dalam Kehidupan Perkawinan (Bandingkan buku pedoman/pegangan bagi Fasilitator KPPK dengan judul: Keluarga Sejahtera. Buku tersebut berkulit sampul depan berwarna merah. Bukunl pegangan ini disusun oleh Imam-imam muda Keuskupan Larantuka. Imprimaturnya diberikan oleh Mgr. Darius Nggawa, SVD. Buku itu berusia sekitar 37 tahun (1987-2024). Nyaris 40 tahun ya. Mungkin saatnya direvisi saat berusia 40 tahun. Tujuannya, supaya lebih kontekstual dan "up to date".

MetodePendampingan KPPK

Metode pendampingan dalam kesempatan KPPK yang saya pakai adalah;
Pertama, Syering terpimpin. Saya memberikan berapa pertanyaan penuntun dan selanjutnya peserta KPPK membagikan pengalaman iman dan kehidupan mereka dalam suasana terpimpin supaya prosesnya terarah dan dikontrol alurnya sehingga tidak terlalu membuang banyak waktu dan memastikan pembicaraan tidak keluar rel tema pembicaraan. Dalam konteks ini, tidak ada diskusi. Hanya ada pendalaman dan penajaman serta penegasan dari fasilitator.


Kedua, Dialog.

Saya, sebagai fasilitator, bertanya,  dan peserta KPPK menjawab serta sebaliknya. Dengan rendah hati, sesungguhnya saya banyak belajar dari para peserta KPPK dari angkatan ke angkatan serta dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Kami membangun  komunikasi dua arah yakni dari fasilitator di satu sisi dan peserta KPPK di sisi yang lain.
Sungguh terasa, karena keasyikan dengan proses yang terjadi, maka waktu dua jam terasa tidak cukup. Maunya ditambah lagi durasinya, tetapi apalah daya, panitia membatasinya. 

Ketatatan Dalam Doa dan Harapan 


Dengan adanya jadwal KPPK yang padat dan bersambung, saya dan peserta KPPK hanya berjuang untuk "taat" sembari berkomitmen agar kami tetap belajar seumur hidup. Kepada para peserta KPPK, saya menegaskan (dan sebenarnya lebih tepat, ini adalah sebuah doa) agar mereka tetap ingat dan menghayati bahwa PERKAWINAN KATOLIK ITU SEBAGAI SAKRAMEN. Sakramen artinya tanda atau bukti kasih Allah kepada manusia dalam diri Kristus Putera-Nya. Sama seperti Kristus mengasihi gereja-Nya, semoga setiap pasangan suami-isteri Katolikpun saling mengasihi satu sama lain, sehingga mereka tetap bersatu, setia seumur hidup bersama pasangannya sampai maut memisahkan. Semoga mereka bahagia, subur berketurunan, menjadi pendidik pertama dan paling utama dalam keluarga, ikut membangun Gereja dan negara baca: motto: "100% Katolik, 100% Indonesia". Umat bagi Gereja, rakyat bagi negara. Semuanya dijaga baik keseimbangannya). Mereka juga ingat pesan biblis ini: "Apa yang dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia". Semoga demikian.



Oleh: RP. Stef Dampur, SVD*)
*) Penulis adalah Pastor dan Fasilitator KPPK
Lembah Hokeng, 30 September 2024.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Perkawinan Sebagai Sakramen (Salah Satu Materi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik)

Trending Now

Iklan