Oleh: Yustina Samung, S. Pd*
![]() |
"Antara 'Ibu Guru' dan 'Ibu Rumah Tangga' (Kisah Perjuangan dan Cinta di SMK Stella Maris") |
Jelang perayaan ‘Valentine’s Day, saya ingin berbagi kisah perihal perjalanan hidup saya setelah tamat kuliah tahun 2015 di Universitas Flores (Unflor) Ende. Setelah lulus, saya tidak langsung bekerja alias menganggur.
Baca: Kasih Sayang Sebagai Kunci Sukses (Kisah Guru Inspiratif di Labuan Bajo)
Butuh waktu dua tahu bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Saya menjadi guru SMKS Stella Maris Labuan Bajo, sejak 2017 hingga sekarang. Tentunya ini adalah waktu yang tidak singkat. Awal saya masuk di sini tentu hal yang yang dicari pertama adalah upah untuk ‘menyambung hidup’.
Waktu itu, jujur saja upahku tidak seberapa kalau dibandingkan dengan biaya hidup di Labuan Bajo. Kalau dibilang pas tentu saja tidak. Tetapi, dengan berjalannya waktu saya bisa melewati semua itu dengan lapang dada.
Segala suka dan duka saya sudah lewati semua. Jujur, dalam masa pengabdian itu, ada begitu banyak persoalan yang saya lewati baik dengan siswa maupun dengan sesama guru.
Saya yakin, itu semua adalah bagian dari proses yang sangat membantu saya untuk berkembang hingga sampai di titik ini. Tentu dalam mendidik anak bangsa tidaklah mudah. Yang pasti, hal itu membutuhkan energi serta pikiran yang baik. Cita-cita semacam ini tentu ini menjadi sebuah tantangan terbesar untuk saya. Mengapa?
Di sini saya seorang ibu yang di mana memiliki dua peran yaitu ibu di sekolah dengan ibu di rumah. Jelas sekali bahwa tugas dan fungsi pokok (tupoksi) dari dua peran ini sangat berbeda.
Baca: Pelukan Kasa (Sebuah Pengalaman ‘Menangani Luka’ di SMK Stella Maris)
Untuk itu, saya harus cerdas mengelola (mange) waktu. Harus ada persiapan yang sangat luar biasa, baik dari segi mental maupun fisik ketika saya ‘tampil sebagai ibu guru’.
Saya berhasil melakukan semua ini karena berkat campur Tuhan yang selalu memberi saya kesehatan dan kekuatan dalam mejalankan tugas di lembaga ini. Hanya berkat campur tangan-Nya saya masih dipercakan untuk mengabdi di lembaga Ini.
Terima kasih SMKS Stella Maris yang tercinta. Karena ‘engkau’, aku betah untuk mengarungi bahtera hidup di kota ‘wisata super premium’ ini.
Hidup ini memang ‘butuh perjuangan’. Saya sudah merasakan hal itu semenjak saya menjadi staf pengajar di Stella Maris.
Baca: Urgensi Merayakan Cinta, Merawat Kemanusiaan (Dari Stella Maris Teruntuk Dunia)
Tidak ada yang gratis dalam hidup ini. Sebagai ‘ibu rumah tangga’, saya juga punya tanggung jawab bagaimana agar ‘asap dapur’ tetap mengepul. SMK Stella Maris bagi saya, merupakan ‘kebun’ yang setiap hari mengalirkan kelimpahan dalam hidup saya dan keluarga.
*Penulis adalah guru Bahasa Indonesia di SMK Stella Maris Labuan Bajo.